"Gufel, makan dong, Sayang. Kamu dari pagi tadi belum makan, nanti sakit terus perut pongkatenya hilang." Wanita paruh baya terus membujuk anak semata wayangnya yang duduk di ruang bermain sambil memainkan boneka Kambing favoritnya.
"Gugu tidak mau makan sebelum ketemu Kak Momo! Bubu jangan terus maksa Gugu buat makan. Biar aja pongkate Gugu hilang, ini semua salah Kak Momo!" kesalnya sambil memanyunkan bibir dengan mata menatap kesal ke arah Namtran.
Namtran Evalinna Zander ibu kandung Gufeli- tersenyum tipis mendengar penolakan putranya yang tidak mau makan. Anak itu sangat nakal dan susah di beritahu. Namtran hanya bisa bersabar selama sebulan ini dan menunggu kabar baik dari tetangga seberang rumah.
Namtran lagi-lagi menghela nafas. Dia tidak bisa memarahi Gufeli dengan nada tinggi, anaknya itu sangat takut kalau ada yang membentaknya.
"Gufel, tau bukan kalau Kak Morgan ke New York sedang apa?" Gufeli terdiam dengan wajah ditekuk. Lalu ia mengangguk. Namtran tersenyum tipis. "Kak Morgan sakit, dia butuh Dokter buat nyembuhin lukanya. Gufeli cukup kirim doa agar Kak Morgan lekas sembuh. Dan Gufel juga saat bertemu Kak Morgan nanti dalam keadaan sehat."
Anak manis berusia 16 tahun— menatap Namtran dengan mata berkaca-kaca. Gufeli sangat merindukan Tuan Badaknya yang dikenal galak, suka marah-marah, cerewet tapi juga, perhatian padanya. Semua kenang-kenangannya bersama Morgan membuat Gufeli sangat merindukan sosok pria besar itu.
"Bubu, apa luka Kak Momo cepat hilang dan sembuh? Gugu merindukan Kak Momo. Sebulan itu terlalu lama bagi Gugu. Gugu tidak kuat menahannya lagi," katanya yang tidak dapat menahan bendungan air mata itu. Gufeli menangis sekencang-kencangnya.
Morgan dan Gufeli adalah sahabat kecil sekaligus tetangga yang sudah lama bersama. Mereka di ibaratkan seperti langit dan bulan, tidak bisa terpisahkan oleh apapun.
Jarak umur keduanya hanya terpaut satu tahun. Morgan kelas dua SMA, sementara Gufeli kelas satu SMA. Keduanya sering berangkat sekolah bersama dan bermain bersama, hanya saja jika malam Gufeli sesekali menginap ke rumah Morgan karena kamar pria itu bau harum yang sangat menenangkan. Jika kamar Gufeli bau minyak telon.
"Pasti sembuh. Di sana banyak Dokter baik yang menyembuhkan luka Kak Morgan dan juga, doa Gufeli pasti dikabulkan sama Tuhan." Namtran mengusap lembut surai tebal putranya.
"Bubu tidak berbohong 'kan?" Mata bulat Gufeli menyipit seperti detektif yang ia tonton di kartun Upin Ipin.
Wanita cantik itu tertawa gemas sampai mencubit pipi bulat anaknya. "Bubu mana mungkin bohongi, Gufel. Bubu takut dosa sama anak."
Senyum anak nakal itu tertarik lebar menampilkan giginya yang rapi. Saat tengah mengobrol tentang Morgan— pintu dibuka sangat kencang membuat Gufeli terlonjak kaget. "Kecoa mati suri!" Seru Gufeli sambil mengusap dadanya yang berdetak cepat karena terkejut.
Namtran juga ikut terkejut. Saat tahu siapa yang membuka pintu sangat kencang, matanya menatap sang suami yang hanya tersenyum tanpa dosa.
"Mas, ish! Kamu itu bikin aku sama Gufel kaget tahu!" marah sang istri sambil melototkan matanya galak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Morgan
FanfictionBerawal dari saudara kembar namun beda dimensi. Eric Rayanza- dimensi dimasa lalu dikenal sebagai lelaki yang pemberani. Musuhnya dimana-mana sampai namanya dikenal di seluruh penjuru ibu kota. Namun, di saat melakukan tawuran dengan ancaman nyawa s...