TM 05 || Beli kambing 🐾

732 133 45
                                    

"Pokoknya Gugu tidak boleh beli Kambing, titik! Gak ada komanya," larang Luke pada putranya yang kini menangis sesenggukan sambil menggendong tas kambing merk kartun Shaun the Sheep dibelakang punggung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Pokoknya Gugu tidak boleh beli Kambing, titik! Gak ada komanya," larang Luke pada putranya yang kini menangis sesenggukan sambil menggendong tas kambing merk kartun Shaun the Sheep dibelakang punggung.

Bibir pluem itu mencibikkan bibirnya ke bawah. Mata bulat yang basah habis menangis, langsung berubah menjadi singa menatap galak Luke.

"Gugu janji, nanti tai-tainya Gugu buang sendiri. Rumputnya juga Gugu nyari sendiri. Baba tidak perlu repot-repot bantu Gugu. Gugu bisa, kok, mengadopsinya. Kan, Gugu sayang banget sama Mbing," paparnya yang kukuh berharap lelaki dewasa itu mengerti dan mengijinkannya membeli Kambing.

Morgan duduk manis di sofa menonton perdebatan antara anak dan Ayah. Laki-laki itu tadi awalnya menolak, tapi siapa sangka tubuh besarnya di seret oleh tubuh kecil Gugu yang tak seberapa dengan tenaganya seperti pria dominan.

Luke membuang nafasnya perlahan. "Gugu, dengerin Baba," katanya yang langsung di balas anggukan sang anak.

"Okeh!" Gufeli semangat mendengarkannya.

"Kamu masih kecil—"

"Gugu sudah besar, Baba! Gugu bukan anak kecil lagi!" Gufeli memotong cepat ucapan Luke membuat lelaki yang menyandang sebagai kepala keluarga dan Ayah— merotasi bola matanya kesal.

"Tapi di mata Baba, Gugu masih kecil," komentar Luke.

"Bilang aja kalau Gugu pendek! Gak usah ngata-ngatain Gugu kecil," protes Gufeli membuat cowok yang duduk di sofa mengulum bibirnya menahan tawa.

"Kapan Baba ngatain Gugu pendek, hm?" tanya Luke berusaha melunakkan kembaran betina di depannya.

"Barusan. Kecil 'kan persamaan kata pendek."

Luke kembali membuang nafasnya. Kepalanya terasa berdenyut ditambah usia bertambah tua menambah beban pikiran di kepala. Tetapi anak kecil dihadapannya ini, lebih sulit dibujuk daripada membujuk sang istri.

"Baba mau tanya. Kenapa harus Kambing? Kenapa enggak kucing, kelinci, burung atau melihara kupu-kupu? Mereka hewan menggemaskan dan cocok buat Gugu yang menggemaskan. Kambing itu bau, Sayang. Kotor dan wangi tubuhnya tidak sewangi bayi tubuh Gugu." Luke mencoba bernegosiasi sekalian merubah cara pandang pikir anaknya.

"Baba tidak akan pernah mengerti perasaan Gugu sama Kambing. Dia cinta pertama Gugu. Dia gemas, kok, buktinya Gugu terpincut sama dia." Gufeli mencoba mejelaskan.

"Biarin aja lah, Mas, Gugu memelihara Kambing. Daripada anaknya tantrum terus, yang pusingkan kamu juga nantinya." Namtran datang membawa secangkir kopi panas untuk suaminya.

Helaan nafas kasar kembali berhembus dari hidung mancung pria itu. Mau menolak pun ujung-ujungnya pasti sang anak tetap membeli hewan berbulu itu. Dengan berat hati, Luke mengangguk pelan. Memberikan ijin putra manisnya membeli hewan Kambing.

"Baba ijinkan," putusnya membuat Gufeli berjingkrak senang. Morgan yang menonton sejak tadi dan berakhirnya Gufeli dibolehkan beli Kambing— tersenyum tipis. Eric mengerti sekarang, kenapa Morgan menjuluki Kambing lonte. Karena Kambing itu membawa pengaruh buruk bagi hubungan mereka.

Transmigrasi MorganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang