Sinar matahari menyinari langitnya Indonesia, sama seperti hari ini, cahaya matahari menyambut kedatangan sang ketua Anthoni memasuki area sekolah bersama Gufeli— pria cantik dibelakangnya.Suara bising dari knalpotnya mengundang tatapan para murid untuk sejenak menatap pengendara tersebut. Apalagi jaket yang dikenakan lelaki itu, serta pin emas kebanggaan ketua Anthoni— menambah raut penasaran para murid untuk mengetahui siapa gerangan laki-laki tersebut.
"Itu, Morgan?" tanya siswi yang masih diparkiran bersama temannya. Biasalah ciwik-ciwik kakak kelas hobi nyantai di parkiran hanya untuk melihat wajah tampan adik kelas mereka.
Cewek berambut blonde, menajamkan matanya. "Kayanya, sih," jawabnya agak ragu.
"Tapi dari pin yang cowok itu pake, kayanya sih Morgan. Soalnya di geng Anthoni cuman dia yang make," timpal satunya, namanya Devi.
Bertepatan Morgan memarkirkan kendaraannya sambil membantu Gufeli turun, lelaki itu melepas helm full facenya membuat pekikan para murid terdengar jelas.
"Nah, 'kan bener! Itu Morgan anjir!" seru berambut blonde itu sambil memukul lengan temannya.
"Iya gue tau! Tapi gak usah mukul tangan gue juga anying!" kesalnya, yang hanya dibalas senyuman tanpa dosa dari sahabatnya.
"Gila si Morgan tambah cakep aja pas bangun dari koma," seloroh Devi menatap kagum Morgan dari jauh.
"Pasti obat impusnya dikasih skincare, makanya dia tambah cakep," ujar Rita yang dibalas anggukan polos dua sahabatnya.
Di sisi lain, pria itu mengacuhkan teriakan para murid yang menatap dirinya. Mata amber itu menatap sekeliling sekolah yang begitu tinggi, luas, dan terlihat dari depan kalau sekolah ini sangat mewah.
Morgan menyukainya dan bahagia bisa kembali ke masa putih abu-abu.
Gufeli melihat raut wajah Morgan menatap gedung sekolah, ikut tersenyum membuat dimple pipinya naik ke atas, hingga mata bulat itu menyipit membentuk garis senyum.
"Kangen sama sekolah, ya?" tanya Gufeli pada Morgan.
Morgan mengangguk. "Hm. Selama gue gak sekolah, ada yang nyakitin Lo gak?" Lelaki itu berbalik bertanya membuat senyum Gufeli seketika luntur. Tapi itu hanya beberapa detik, kemudian si manis kembali tersenyum. Ya, tersenyum palsu.
"Gak ada. Selama Kak Momo ninggalin Gugu, tidak ada yang nyakitin Gugu." Gufeli berbohong.
Namun raut wajah Gufeli mudah terbaca. Morgan tidak sebodoh itu, selama menjadi ketua Leon dulu sudah tahu karakter wajah seseorang disaat berbohong, jujur, memanfaatkannya dan sebagainya. Tapi Morgan memilih diam, tekadnya menjadi kuat untuk menjaga Gufeli.
"Kalau ada yang nyakitin Lo, cari gue. Pokoknya ponsel Lo harus aktif terus, kalau gak aktif, gue hukum Lo!" perintah Morgan tegas membuat Gufeli mengangguk cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Morgan
FanfictionBerawal dari saudara kembar namun beda dimensi. Eric Rayanza- dimensi dimasa lalu dikenal sebagai lelaki yang pemberani. Musuhnya dimana-mana sampai namanya dikenal di seluruh penjuru ibu kota. Namun, di saat melakukan tawuran dengan ancaman nyawa s...