TM 18 || Takdir 🐾

381 80 48
                                    

"Heh, Gembrong bangun! Udah pagi masa masih molor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Heh, Gembrong bangun! Udah pagi masa masih molor."

Pukul enam pagi di hari Sabtu, cahaya matahari yang timbul dari sela gorden di sertai guncangan lembut dari Tuan Badaknya, tubuh mungil Gufeli dibalik selimut tebal merasa sangat terusik dari tidurnya.

Gufeli enggan membuka mata. Pelukan pada boneka kambingnya semakin erat pria cantik itu memeluk boneka tanpa mempedulikan decakan sebal dari Morgan.

"Gembrong," panggil Morgan bernada lembut. Tangannya yang tadi mengguncang tubuh kecil Gufeli, berpindah mengelus pipi chubby si bayi kesayangannya.

Rasa cinta, sayang dan ketakutan berkumpul menjadi satu dalam diri Eric. Ya, perasaannya sangat besar kepada bayi Gembrongnya. Eric mencintai Gufeli tapi takdir Tuhan hanya memberikan waktu sementara dirinya menikmati kebersamaan bersama Gufeli.

Takut itu pasti, apalagi takut kehilangan orang tersayang untuk selama-lamanya.

"Kagak mau bangun lo," bisik Morgan membuat Gufeli kesal sekali.

"Gugu masih ngantuk!" bentaknya parau sambil menjauhkan badan besar Morgan dari jarak mereka.

Morgan berdecak kembali. "Gue tahu tapi kita harus sekolah Gugu sayang," tekannya dengan kalimat itu yang mana langsung membuat mata Gufeli terbuka!

"Euh? Sayang?" gumamnya serak yang langsung konek.

Kekehan geli terdengar pelan dari Tuan Badak. Mengucap kata 'sayang' saja langsung konek apalagi 'hunny'. Dasar bayi Gembrongnya.

"Iya sayang, sayang si Lulu maksud gue." Morgan mengoreksi dan itu merubah raut wajah segar Gufeli menjadi cemberut.

"Enggak seru!"

"Berharap banget lo gue panggil sayang?" tanya Morgan santai.

"Tidak tuh!" Ngegas menjawabnya.

"Dih, santai aja kali, Gu. Lo ngejawab kaya orang mau perang aja."

"Apasih! Tidak jelas banget. Sana kalau mau sekolah, sekolah aja. Tidak usah ngajak-ngajak Gugu!" Gufeli merajuk, tubuh kecil itu berbalik membelakangi Morgan yang tertawa berat atas sikap lucu sahabat Morgan ini.

"Pundungan lo. Ayo bangun, kita sekolah ntar lo dapat alpa lagi kalau kagak sekolah." Morgan bangun dan bersiap hendak ke kamar mandi.

"Gugu males sekolah. Hari ini ada pelajaran Matematika ditambah gurunya jahat suka nunjuk-nunjuk Gugu buat maju ke depan," curhatnya bercerita sambil bibir itu selalu cemberut kalau ia tengah kesal.

"Itu tandanya Guru lo sayang sama lo, Gu."

"Itu namanya bukan sayang, tapi penyiksaan terhadap murid." Gufeli tak suka dengan pendapat Morgan.

"Terus?" Morgan menaikkan sebelah alisnya.

"Gugu bolos aja. Tidak mau berangkat ke sekolah, titik!"

Pagi-pagi dibuat tekanan darah tinggi oleh Tuan Lonte satu ini. Sebentar memijit kening yang tiba-tiba pusing menyerang kepalanya, Morgan tanpa ancangan dan berujar apapun—mengangkat tubuh Gufeli menuju kamar mandi.

Transmigrasi MorganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang