TM 10 || Pasar Malam 🐾

600 128 81
                                    

Motor ninja Kawasaki ZX10R berhenti didepan pekarangan rumah Gufeli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Motor ninja Kawasaki ZX10R berhenti didepan pekarangan rumah Gufeli. Pria bersurai hitam lebat itu membantu si cantik turun dari kendaraannya lalu membukakan pengait helm.

Suara ringisan pelan dari bibir berbentuk love merah muda, terdengar jelas di indera pendengar Morgan. Pria itu menatap heran dengan raut wajah penasaran.

"Kenapa? Sariawan?" tanya Morgan sembari menyentuh bibir Gufeli yang si cantik itu gigit. "Jangan digigit bibirnya, nanti berdarah."

Gelengan pelan dari Gufeli. "Gugu tidak sariawan, kok."

"Terus? Ambeien? Kebelet boker Lo?"

Wajahnya yang menahan ringisan tadi seketika berubah kesal plus merajuk. Bibir merah jambu Gufeli semakin anak manis itu majukan membuat Morgan masih setia menatap wajah cantik Gufeli— ingin sekali melahap habis dan merasakan tekstur bibir kenyal Gufeli.

"Bukan, ish! Pinggang sama bokong Gugu sakit. Nungging terus, mana pantat Gugu menghadap sinar matahari. Pasti gosong," ocehnya panjang lebar dengan bibir monyong menjelaskan.

"Sabun kambing Gugu udah habis. Kalau Gugu dekat Cimay, pasti Cimay minder dekat Papa-nya." Morgan merotasi bola matanya jengah menghadapi sifat alay dari Tuan Lonte.

Eric menyetujui tubuh asli yang ia tempati ini menamakan kambing Gufeli; lonte. Menyebalkan, tidak sedetik, semenit bahkan tidak lewat sejam saja, yang dibahas kambing-kambing! Apa tidak mendidih kepalanya ini penuh lonte.

Masih mendengar suara ringisan Gufeli, Morgan jadi tak enak hati. Tangan besar Pria itu ikut memijit pinggang ramping Gufeli membuat tubuh mungil pria didepannya, menegang dan kaku.

"Gue bantu pijitin pinggang Lo. Pantatnya mau sekalian gue pijitin?" tawar Morgan dengan tampang santainya.

_"Dada Gugu kenapa berdebar, ya?"_

Gufeli membatin kembali merasakan debaran aneh di hatinya. Sentuhan fisik yang Morgan berikan pada pinggangnya, terasa aneh seperti ada sengatan listrik yang menyetrum bagian sensitifnya.

"Eum.. Kak Momo dulunya tukang pijat, ya? Kata Phuwin, rata-rata tukang pijat itu mereka dulunya adalah dukun santet. Kak Momo bukan dukun, 'kan?" tanya Gufeli polos. Sorot pupil matanya takut-takut menatap Morgan jika apa yang Phuwin katakan ada benarnya.

"Siapa Phuwin? Kang Cilok dekat gerbang sekolah kita?" tanya Morgan dengan pertanyaan lain. Dia baru dengar nama Pria yang Gufeli sebut, tapi tadi dekat gerbang sekolah ia melihat gerobak bertulis cilok Phuwin.

"Bukan, ish!" Gufeli kesal dan gemas sama pemikiran Morgan setelah bangun dari koma. Lelaki itu tidak bertingkah seperti sekarang, dulu irit bicara, dingin kepadanya namun sangat perhatian kepada Gufeli. Aneh, satu kata itu menggambarkan sifat Morgan yang berubah.

Gufeli juga baru teringat kejadian di supermarket tadi pertemuannya dengan Pria asing yang menyebut Morgan dengan panggilan Eric. Siapa Pria itu?

Morgan membuang nafasnya pelan. "Iya, maaf, ya? Tapi gue bukan dukun pijat, dukun santet, apalagi dukun beranak. Gue manusia biasa yang mau hidup sama pasangan gue kelak."

Transmigrasi MorganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang