"Eh, anak Bubu udah pulang," sambut Namtran masih mengenakan celemek menutupi baju daster bunganya sambil membawa spatula menghampiri putra cantiknya.Wanita cantik dengan rambut ia ikat asal mengerutkan kening memperhatikan wajah sang anak yang terlihat masam dan cemberut.
"Muka Baby Gugu kenapa, sayang? Kok, masam gitu?" tanya Namtran pada Gufeli tapi hanya dibalas senyum tipis putranya.
"Capek aja Bubu karena banyak tugas di sekolah. Gugu ke kamar dulu, ya? Dadah Bubu!" Gufeli berbohong. Dia tidak mau menunjukkan raut sedih setelah dikasih harapan pahit dari Morgan. Gufeli juga tidak mau membuat Bubu-nya khawatir pada dirinya.
Namtran mengangguk pelan sembari terus memandang punggung kecil Gufeli yang semakin jauh menaiki anak tangga menuju kamarnya. Sepertinya ada yang tidak beres dari Gufeli. Tapi apa, ya? Pikir Namtran bingung.
Menutup pelan pintu bercat putih, langkah kecil si manis melangkah gontai tak bersemangat lalu menghempaskan tubuh mungilnya ke kasur empuk.
Bibirnya mengerucut sedih. Cukup lama disekolah tadi menahan air mata mengingat kata kejam dari Tuan Badak-nya, akhirnya genangan air itu meluruh membasahi pipi gembulnya. Gufeli menangis dalam diam, membiarkan dadanya sesak karena tidak bisa berpuas diri melepaskan perasaan sakit ini.
"Kapan Kak Momo peka sama Gugu?" cicitnya serak sambil meneguk Saliva susah. Badan yang tadi tengkurap, kini berganti terlentang dengan menyeka air mata yang jatuh pada pipinya.
"Cinta sendiri itu sakit. Gugu capek nungguin Kak Momo balas cinta Gugu ...," tangisnya terus meracau mengeluarkan semua unek-unek dihatinya.
Mengingat kecelakaan Morgan bulan lalu, hatinya sangat sakit mengingat kejadian itu. Darah terus keluar dari Pria yang Gufeli cintai, air matanya terus turun sambil meraung meminta pria-nya bangun dari pingsan. Di tambah, fakta jika Morgan harus pergi ke New York dan itu bukan waktu yang sebentar, sangat lama. Sebulan.
Sebulan lebih Gufeli menunggu, terus menunggu sampai akhirnya pada hari ini .... Hatinya mulai lelah.
"Kapan Kak Momo sadar?" Suara tangis terendam karena ditahan, mulai terdengar kencang bersama isakan yang terus menyayat hati. Dada Gufeli sesak menahan tangisannya, dia berusaha kuat agar tangisan ini tidak keluar terus menerus dan membuat kedua orangtuanya khawatir.
Bangkit dari posisi telentangnya. Gufeli membawa langkahnya berjalan ke satu sofa panjang berwarna biru langit dimana ketiga boneka kambingnya bertata rapi sambil menatap Gufeli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Morgan
FanfictionBerawal dari saudara kembar namun beda dimensi. Eric Rayanza- dimensi dimasa lalu dikenal sebagai lelaki yang pemberani. Musuhnya dimana-mana sampai namanya dikenal di seluruh penjuru ibu kota. Namun, di saat melakukan tawuran dengan ancaman nyawa s...