Suara dering ponsel yang berbunyi cukup keras menghentikan aktivitas Jevan dari berkas pekerjaannya. Pria paruh baya itu mengambil benda digitalnya, alisnya terangkat satu lantaran nomor asing menghubungi dirinya. Tanpa lama berpikir pun, ia mengklik ikon hijau.
"Hallo?" sahut Jevan pada si penghubung tersebut.
"......."
"Oh, benarkah? Baik, saya akan segera ke sana." Mematikan sambungan tersebut, pria paruh itu beranjak dari kursi kekuasaannya bersamaan Bumi baru datang membuat langkah Jevan terhenti.
Bumi menatap bingung Jevan. "Daddy mau kemana?" tanya anak pertama kepada pria paruh di depannya. Rautnya menunjukkan rasa penasaran karena Jevan terlihat buru-buru.
"Kantor polisi," jawab Jevan cepat. Dia tidak berbohong.
"Kantor polisi?" Jevan mengangguk pelan. "Ngapain? Daddy kena kasus penipuan atau semacamnya?" tanya Bumi lagi. Kali ini ia jadi khawatir dengan kondisi Jevan.
"Bukan. Lebih baik kamu ikut Daddy, tapi jangan beritahu Mommy sama Morgan. Cukup kita berdua saja yang mengetahuinya," pesan Jevan sebelum anaknya itu berbicara kepada istri serta anak bungsunya perihal kepergian mereka.
Sejenak, Bumi terdiam mencerna maksud perkataan Jevan untuk tidak memberitahu kepergian mereka ke kantor polisi. Pikirannya ribut dengan segala pertanyaan memenuhi isi kepalanya.
"Bumi?" panggil Jevan menyadarkan sang putra.
Tersadar dari lamunannya, Bumi segera mengangguk. "Oke," putusnya cepat dan dua pria berbeda usia itu pergi meninggalkan perusahaan Jevan.
🐑🐑🐑
"Kirim kotak ini ke alamat yang saya berikan." Kao memberikan sebuah kotak cukup besar, sedang, kepada seorang kurir paket yang langsung orang itu terima.
"Ini uang ongkirnya. Ambil aja kembaliannya," lanjut Kao lagi.
"Baik, terima kasih banyak, Mas." Kao mengangguk menatap motor pengirim paket yang mulai menjauh dari pandangannya.
Seutas senyum di ujung bibirnya membentuk seringai tajam, bersama perasaan bahagia—Kao tak sabar menunggu penantiannya yang lama ini.
Ya, beberapa hari lalu Kao berkunjung ke orang pintar, untuk mengetahui siapa sosok lelaki yang ia temui di supermarket itu. Kao rasa Eric sudah mati di tangannya dan ia pun menyaksikan tubuh hancur mantan lawannya sudah di kubur di bawah tanah. Tapi di pertemuan mereka, ia tak menyangka jika Eric masih hidup.
Maka dari itu, munculnya Morgan membuat Kao tidak percaya kalau lelaki itu memang asli pemilik nama Morgan. Dia juga sempat berpikir mungkin kembaran Eric, tapi jika kembar bukan kah usia mereka sama dan status Morgan sebagai mahasiswa?
Aneh! Namun ke anehan ini tidak berlangsung lama setelah ia datang ke para normal. Kakek tua itu pun mengatakan jika jiwa Eric yang sudah mati berpindah ke tubuh Morgan dengan alasan mencari dalang kematian adik Morgan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Morgan
FanficBerawal dari saudara kembar namun beda dimensi. Eric Rayanza- dimensi dimasa lalu dikenal sebagai lelaki yang pemberani. Musuhnya dimana-mana sampai namanya dikenal di seluruh penjuru ibu kota. Namun, di saat melakukan tawuran dengan ancaman nyawa s...