3. Pertemuan Kedua

28K 170 4
                                    

Angga sedikit curiga pada adik angkatnya itu. Memang selama ini mereka tidak pernah ngobrol. Kalaupun Mami dan Daddy video call, pasti yang aktif ngomong Mami. Tapi di setiap obrolan, Mami selalu menceritakan Angel yang begini lah, yang begitu lah. Mami selalu membangga-banggakan gadis itu, sama halnya beliau yang kerap membangga-banggakan Angga di depan siapapun. Cinta Mami ke anak-anaknya sebanding. Porsi yang wanita itu takar sama.

Begitupun Daddy.

Jadi meskipun agak tertarik dengan sosok Angel yang sekarang, Angga tidak sampai hati untuk menjalin hubungan serius dengan adik angkatnya itu. Walaupun Chloe yang dia bawa saat ini berstatus sebagai pacarnya, tapi sungguh, tidak ada cinta di hati Angga untuk perempuan blasteran tersebut.

Angga kalah taruhan. Maka sebagai hukuman, ia harus memacari seseorang selama satu bulan ke depan. Kebetulan, Chloe sedang mengincarnya. Oleh karena itu Angga memilih Chloe sebagai targetnya. Padahal perasaan Chloe ke Angga itu betulan. Dan bahkan perempuan berambut pirang itu rela melakukan apapun demi menyenangkan Angga, termasuk memperlihatkan tubuh mulus tanpa sehelai kain.

Sayangnya, itu bukan jaminan.

Angga tetap pada kebekuan hatinya. Meski setiap kali bertemu dia selalu mendapat jatah nenen, tapi payudara Chloe yang lebih besar dari Angel itu sama sekali tidak menarik perhatian Angga. Malah setelah bertemu lagi dengan Angel, hatinya justru kembali merasakan getaran.

Shit!

Yang sedang bersamanya saat ini ... Chloe, tapi kenapa fokusnya malah ke Angel?

"Sepertinya keluargamu memang tidak menyukaiku," gumam Chloe yang berbaring di pangkuan Angga.

Tangan Angga sibuk melepas kancing cardigan rajut yang dikenakan Chloe.

Sementara Chloe melanjutkan kalimatnya. "Aku tahu semua butuh proses, tapi kalau endingnya kita malah jadi orang asing gimana? Aku butuh pendamping, By. Aku-aw!" Chloe meringis ketika Angga menekan lalu menarik pentil susunya yang tebal dan berwarna pink hingga ASInya muncrat. "By, jangan ditarik."

"Ya makanya gak usah bahas itu. Aku males debat."

"By, kita harus bahas ini. Kan hubungan kita untuk serius." Chloe bangkit, duduk di samping Angga. Ia biarkan kedua payudaranya yang telah terekpos bergelantungan, tanpa peduli sedang berada dimana ia sekarang. Tatapan matanya tertuju pada mata hitam Angga. "Dan asal kamu tahu, aku mau ngasih jatah tiap kita ketemu, karena aku yakin kamu bakal jadi jodohku."

"Kita cuma manusia, Chloe." Angga mengingatkan.

"Makanya itu kita harus sama-sama effort," timpal Chloe.

Angga paling kesal kalau Chloe membahas soal hubungan mereka. Tapi dia juga tidak bisa menyalahkan Chloe begitu saja. Pasti perempuan itu menganggap Angga sudah serius padanya. Padahal kenyataannya, Angga cuma memanfaatkan keberadaan Chloe karena kalah taruhan. Ah, double shit!

"Kamu sudah tahu bagaimana masa laluku kan? Dan kalau kamu lupa, waktu itu kamu bilang gak masalah," ingatkan Chloe pada jawaban Angga saat itu. Dan kepala Angga mengangguk membenarkan. Tapi sebetulnya, Angga tidak mempermasalahkan perihal status Chloe yang janda anak satu, bukan karena laki-laki itu mau menerima Chloe apa adanya, melainkan ... yah, memang dia tidak perlu ambil pusing kan? Toh, dua minggu lagi hubungan mereka akan berakhir.

"Iya, By. Aku inget kok. Sudah ya, gak perlu diperpanjang," bujuk Angga, merangkul pundak Chloe, dan ia bimbing perempuan itu mendekat, bersandar di dadanya.

Saat ini mereka sedang berada di sofa ruang tengah.

Payudara Chloe yang besar, bulat, dan berisi masih bergelantungan. Tangan Angga meremas payudara kiri Chloe, lalu ia urut perlahan, dan ia sejajarkan wajahnya dengan pentil susu yang kemudian mengeluarkan ASI. Chloe langsung mengubah posisi duduk, pindah ke pangkuan Angga dengan posisi saling berhadapan. Ia ambil alih tugas Angga, ia urut payudaranya hingga pentil susunya mengeluarkan ASI lagi, sesekali ia gesek-gesekkan pentilnya yang tebal ke lidah Angga. Dan adegan tersebut hanya berlangsung sekitar tiga menit sebelum terdengar bunyi derap yang mendekat.

Chloe segera membenahi bajunya.

"Silahkan diminum, Non," ujar Bik Minah, meletakkan secangkir teh ke atas meja. Lalu tatapannya jatuh pada Angga yang berdehem singkat. "Mas Angga mau dibuatkan kopi atau teh?" tawarnya, "Tadi Bibik mau nanya lupa."

"Kopi aja, Bik," balas Angga.

Bik Minah mengangguk. "Oh, siap. Biar pas ya?"

"Hah? Pas apanya?" Angga keliatan bingung.

"Pas kalau disandingin sama susu."

Setelah itu Bik Minah pamit ke dapur.

Angga melirik Chloe yang tampak malu. "Udah ketahuan ini, biarin aja."

"Kalau pembantu kamu lapor ke Mami dan Daddy gimana?" panik Chloe.

"Gak akan." Angga menggeser posisi lalu rebahan di pangkuan Chloe.

Chloe berdecak. "Again?"

"Menurut kamu?"

"Aku malu, By, ketahuan Bibik. Nanti kalau Bibik dateng, terus liat aku nyusuin kamu gimana? Please, jangan kayak bocah!" kesal Chloe, "Aku emang cinta sama kamu. Aku juga gak masalah ngasih kamu jatah. Tapi ... ya gak seblak-blakan ini juga dong, By. Kita harus punya privasi."

"Di kamar aku mau?" ajak Angga.

"Tapi-"

"Ayo!" Angga tidak memberi kesempatan Chloe untuk membantah, ia gendong sang kekasih ala bridal style, dibawanya menuju kamar yang letaknya berada di lantai dua. Dan sebagai alternatif, ia gunakan lift untuk menuju ke sana. Tepat ketika pintu lift terbuka dan Angga hendak masuk, mendadak niatnya terurung kala mendapati Angel keluar dari lift dengan muka datar. "Katanya ke kampus?"

"Ini mau berangkat."

Kemudian Angel melangkah menjauh.

Tanpa menyapa Chloe yang nyaris mengulurkan tangan begitu turun dari gendongan Angga. Perempuan itu menoleh menatapnya. "Dia kenapa?"

"Gak tahu. Aku gak deket sama dia."

"Oh."

Saat berada di dalam lift dan pintu hampir tertutup, Angga bisa melihat Angel yang berada tidak jauh darinya menghentikan langkah lalu menoleh. Ada raut kecewa di wajah cantiknya sebelum pintu lift tertutup. Membuat Angga bertanya-tanya; ada apa dengan adik angkatnya?












Lebih suka Angga-Angel atau Angga-Chloe?

Angela; I'm Yours [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang