19. Kita Bikin Romantis

14.2K 94 1
                                    

Gila!

Angga memang gila. Saking gilanya, dia benar-benar menikahi adik angkatnya setelah kepergok melakukan hubungan intim di tepi kolam. Padahal insiden tersebut bisa dibicarakan baik-baik tanpa harus terikat pernikahan. Tapi Angga juga tidak mungkin memilih opsi pertama—dimana ia tidak boleh berhubungan lagi dengan Angel, karena setiap kali melihat tubuh Angel—terutama bagian dada gadis itu—hasratnya selalu menyala-nyala. Seperti pagi ini—setelah melewatkan malam pertama karena Angel tidur lebih dulu, Angga tidak membiarkan Angel kabur lagi.

Ia peluk Angel dari belakang dan tangannya nemplok ke payudara sang istri untuk diremas. Terdengar desahan Angel yang membuat Angga kontan tersenyum puas. Ia angkat tubuhnya agar bisa melihat tubuh Angel, disingkapnya baju tidur si gadis hingga payudaranya yang mulus terpampang nyata di depan mata. "Madep sini, baby," pinta Angga.

Angel menoleh ke belakang. "Barusan Abang panggil aku ... baby?"

"Iya." Angga mengangguk. "Kan kamu udah jadi istri Abang."

"Kenapa Abang mau nikahi aku?" tanya Angel serius.

"Karena kamu bisa bikin Abang puas," jawab Angga, membimbing Angel berbalik—menghadapnya. Tapi kemudian tanpa Angga duga, Angel justru beranjak naik ke atas tubuhnya, lalu melepas baju tidur, dan berbaring di sana dengan posisi menyamping. Angga menyambut pentil susu yang diarahkan Angel ke mulutnya selagi tangannya yang lain memainkan pentil susu sebelah. Lidah Angga memutari pentil susu Angel, melahap, menghisap, dan melepasnya. Diulang berkali-kali.

Membiarkan Angga menyusu, Angel mengalihkan tatapan ke bawah, menuju ke milik Angga yang menonjol dibalik boxer. Tangan Angel terulur—mengusap milik Angga dari luar boxer. Menyadari itu, Angga melepas kuluman, ikut menurunkan tatapannya ke bawah—dimana tangan Angel berada. "Lepas aja, baby." Mendapat izin, Angel lepas boxer Angga, dan tanpa permisi mengelus-elus kejantanan laki-laki itu sementara Angga kembali menyusu.

Sesekali tatapan Angel tertuju pada Angga, disambut tatapan hangat Angga. Entah kenapa, Angga tidak ingin menyudahi momen ini. Ia juga sudah tidak peduli bahwa saat ini statusnya bukan lagi abang angkat Angel, melainkan suami dari gadis itu. Tapi, bagaimana dengan bisnisnya di luar negeri? Sebab Mami sudah lepas tangan karena Angel telah menjadi tanggungjawabnya, bahkan Mami meminta Angel dan Angga untuk hengkang dari rumah mereka—tepatnya rumah lama yang kini disinggahi Mami. Dan sebagai alternatif, Angga memboyong istrinya ke apartemen.

Kembali pada Angel, gadis yang ia pikir polos itu lagi-lagi membuatnya takjub. Begitu Angga melepas kuluman puting, Angel bangun, kemudian pindah ke bawah—berada diantara paha Angga. Mata Angga sontak melebar saat Angel menempelkan kedua payudaranya ke kejantanannya. Angga sedikit mengangkat tubuh, tatapan matanya mengikuti gerak pentil susu Angel yang menyapu kejantanannya, lalu gadis muda itu menjepit miliknya dengan payudara, berikutnya Angel jilati milik Angga dan dimasukkan ke dalam mulut. Angga kaget, tapi sangat menikmati permainan Angel.

Tak lama Angel beranjak naik ke atas tubuhnya lagi, lalu melepas celana tidur—juga celana dalam. Angel arahkan lubang kewanitaannya tepat di depan bibir Angga, dan seolah tahu apa tugasnya, Angga jilati milik Angel, buat si gadis menggelinjang geli sementara tangan Angga meremas lembut payudara Angel dan memainkan pentil susunya yang agak mancung dengan jari-jari.

"Sshhh, Abaaaang ..."

Angga menaikkan pandangan, suara Angel yang manja—ditambah panggilan gadis itu, selalu menambah gairah Angga. Angga kemudian bangkit setelah Angel turun dari atas wajahnya dan Angga beralih menaiki tubuh Angel. Ia remas lagi kedua payudara Angel, lalu ia dekatkan bibirnya ke pentil susu berwarna cokelat tersebut untuk dihisap dan dimainkan sesuka hati. Angel mendesah dengan tangan dinaikkan ke atas kepala, membiarkan Angga bermain-main di sekitar payudaranya. "Terus, Abaaaang."

Kembali Angga melirik istrinya dengan senyum yang disembunyikan, lalu ia hela jarak, dan ganti menyatukan miliknya dengan milik Angel. Untuk sepersekian detik keduanya saling tatap. Dari posisinya sekarang, Angga bisa melihat ringisan Angel. "Kalau Abang kekencengan bilang ya?" Angel mengangguk. Tangan mereka saling bertaut. Lantas dengan hati-hati ia hentakkan miliknya. Angel mendesah pasrah. "Abang janji gak akan nyakitin kamu, baby."

"Iya, Abang."

Kicauan burung di luar sana, tidak Angga hiraukan. Kewajibannya untuk mencari nafkah juga tidak ia ingat. Padahal mulai hari ini, selain ada hati yang harus ia jaga, ia pun harus belajar merawat raga lain yang akan menemaninya hingga tua. Tapi, tunggu ... apa ia betulan ingin menghabiskan sisa waktunya dengan Angel? Bukankah ia hanya mendambakan tubuh molek gadis ini?

Ditengah nafasnya yang tak beraturan, Angga berperang dengan isi kepala.

Laki-laki itu menggulingkan tubuh ke sisi kanan Angel, berbaring di sana dengan kondisi sudah telanjang bulat. Angel memiringkan posisi, menatap Angga dengan senyum tipis. "Abang," panggilnya. Angga ikut memiringkan posisi. Bertanya ada apa lewat pandangan. "Jangan tinggalin aku ya, Bang?" pintanya, "Sekarang aku cuma punya Abang."

Angga tidak langsung menjawab. Pandangannya turun ke bawah, mengamati gerak tangan Angel yang semakin berani—mengelus kejantanannya. "Sekali lagi Abang tanya, kamu nyesel gak ngelakuin ini? I mean, untuk konsekuensi yang lebih besar."

"Punya anak?" tebak Angel, mengangkat satu alis.

Tatapan Angga kembali pada Angel lalu mengangguk. "Kamu siap punya anak?"

"Bentar lagi kuliahku selesai, Bang."

"Tapi setelah ini Abang mesti balik ke Amerika untuk mengurus bisnis Abang di sana. Jadi, kita harus LDM dulu," ujar Angga, menyandarkan kepalanya ke payudara kanan Angel, kemudian jari-jarinya memainkan pentil susu yang mengeras. Angel meringis geli. "Gak selamanya kita bakal LDM kok."

Tangan Angel mengusap lembut rambut hitam Angga. "Aku serahkan semuanya ke Abang. Jadi, aku minta supaya Abang jaga kepercayaanku ini. Kalau sampai ada perselingkuhan dan kekerasan di rumah tangga kita, aku gak akan pikir panjang untuk gugat pisah Abang." Angga mengangguk, ia kecup payudara Angel, lalu ia lahap pentil susunya, dan perlahan kelopak matanya terpejam.

Sebelum pergi ke alam mimpi, Angga sempat merasakan kecupan di puncak kepala—disusul gumaman lirih Angel. "Good night, Abang. Terima kasih untuk pernikahan ini. Meskipun aku tahu, ini bukan pernikahan yang Abang mau."

Angela; I'm Yours [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang