20. Pingsan

10.8K 73 2
                                    

Angel tidak ingin berpisah dengan Angga, tapi pekerjaan laki-laki itu mengharuskan mereka LDM. Dan Angel tidak mungkin menahan Angga hanya karena ego kecilnya, lagipula dia juga belum bisa ikut karena masih harus menyelesaikan satu semester lagi. "Nanti kalau udah nyampe sana, kabari Adek ya, Abaaaang," pintanya manja. Ia dekap tubuh suaminya dari depan. Posisinya dia duduk di tepi ranjang sementara Angga sibuk menata pakaiannya ke dalam koper.

"Iya, sayang. Nanti Abang kabari."

"Janjiiiii?" rengek Angel, mengurai dekapan lalu ia acungkan jari kelingking.

Angga menghentikan aktivitas, menurunkan pandangan, seringai nakalnya muncul. Ia sejajarkan wajahnya dengan wajah Angel kemudian ia sambar bibir si gadis dengan bibirnya. Angel memeluk leher Angga dan menyambut ciuman laki-laki itu. Nyaris satu minggu menjadi pasangan suami istri yang hampir setiap detik mereka habiskan diatas ranjang, membuat pelayanan Angel naik level.

Tangan Angga meremas-remas kedua payudara Angel yang makin besar, bulat, dan berisi lalu ia hela pagutan bibir mereka, ditatapnya Angel yang balik menatapnya penuh damba. Kalau kemarin-kemarin Angel masih malu-malu dan banyak ragu, tidak untuk hari ini dan seterusnya, karena selama hampir seminggu ini Angga selalu memperlakukannya dengan baik. Seolah-olah dia perempuan yang Angga pilih untuk menjadi pasangan. Oleh karena itu, akan Angel berikan seluruh hati dan hidupnya untuk Dewangga.

"Selama gak ada Abang, kamu jangan nakal ya?" pesan Angga.

"Dan selama gak sama aku, Abang gak boleh lirik cewek lain!" balas Angel.

Angga tidak menjawab, ia turunkan posisi mensejajari dada Angel. Gadis itu masih mengenakan lingerie berwarna krem. Pandangan Angga tertuju pada Angel yang menunduk membalas tatapan matanya. "Kalau lagi gak di rumah, harus pakai bra, ngerti?"

"Ngerti, Abaaaang," jawab Angel dengan senyum lucu.

"Nyobain ini bentar boleh gak, sayang?" izin Angga, menyentuh pentil susu Angel yang mengintip malu-malu. Angel menggeliat geli, lalu mengangguk. Dengan senang hati, Angga berpindah—beranjak naik ke atas ranjang, menyusul Angel yang lebih dulu berbaring dengan posisi menyamping, mengeluarkan salah satu payudaranya—memancing Angga yang dengan sorot lapar langsung menerjang pentil susunya.

Angel belai rambut hitam suaminya dengan lembut, ia tatap wajah tampan laki-laki itu, membiarkan Angga yang belagak laiknya bayi besar menyusu padanya. "Kalau kita udah punya baby, Abang masih begini ke aku?"

"Emangnya gak boleh?" Angga mendongak, bertanya disela hisapan.

"Boleh," angguk Angel. "Tapi gak barengan juga kan sama baby kita?"

"Kalau bisa dan baby kita mau, why not?" timpal Angga.

"Abang ihh!" rajuk Angel.

Angga tidak menggubris, ditariknya puting susu Angel yang agak mancung dengan bibir, buat sang empunya meringis protes. Tapi Angga gak peduli. Hingga jarum jam menunjukkan pukul delapan pagi, segera mereka akhiri adegan panas tersebut. Angel mengganti pakaiannya dengan blouse crinkle dan celana bahan. Angga memindai penampilan Angel dari atas sampai bawah, lalu kembali lagi ke manik mata Angel.

"Good, baby," pujinya.

"Abang janji ya jangan selingkuh," ingatkan Angel lagi setibanya di bandara.

"Gak, sayang. Sudah ya, Abang mesti berangkat." Angga peluk istrinya itu sebagai salam perpisahan, lantas tak lupa ia parkirkan kecupan di kening gadis itu. "Kalau ada apa-apa, langsung kabari Abang. Dan jangan lupa tengok Mami sesekali. Biar bagaimanapun Mami tetap ibu kamu."

Angel mengangguk. "Aku tunggu bulan depan ya! Abang harus pulang jenguk aku!"

"Siap, cintaku." Mensejajarkan wajah, senyum Angga tersungging lebar. Ia tempelkan keningnya dengan kening Angel, hingga si gadis bisa merasakan deru nafasnya sebelum perlahan bibir mereka bertemu—menyecap sesaat, dan Angel buru-buru mengendalikan diri. Angga menjauhkan tubuh. "Mau peluk lagi?"

Angela; I'm Yours [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang