17. Berenang

20.1K 81 0
                                    

"Cil, lo mau apa?" Angel langsung menghentikan gerak tangannya seolah sadar lalu berangsur turun dari ranjang dan berlari menuju kamar mandi. Secepat kilat Angga menyusul—membiarkan resleting celananya tetap terbuka, ia tahan pintu kamar mandi yang hendak Angel tutup. Dan diantara celah pintu yang menjadi ruang bagi mereka untuk saling tatap, Angga berkata, "Gak pa-pa kalau lo gak keberatan."

"Aku khilaf."

"Khilaf?" ulang Angga, menaikkan satu alis.

Angel mengangguk tegas. "Iya, khilaf. Jadi Abang jangan ge-er."

"Gitu?" Angga mengulum senyum geli saat Angel menganggukkan kepala, kemudian ia langkahkan kaki menuju ranjang, memungut kaos milik Angel, ia berikan pada sang pemiliknya. Angel menerima kaos tersebut seraya mengucapkan terima kasih. Angga mengangguk lalu karena kantuk yang mendera, ia biarkan Angel menutup pintu kamar mandi sementara ia kembali naik ke atas ranjang—berbaring di sana dan tidur.

Hingga pagi menjelang, Angga membuka kelopak mata, ia tolehkan pandangan—tidak ada siapa-siapa di sekitarnya. Angga menguap sejenak lalu bangun. Ia langkahkan kaki menuju dapur dan ternyata Angel sedang mencari bahan di kulkas. Angga mendekat, memeluk Angel dari belakang, buat adik angkatnya itu terkesiap kaget. Kepala Angel menoleh ke belakang dan Angga langsung menyunggingkan senyum saat bersitatap dengan Angel. Tapi kemudian si gadis malah mendengus dengan tampang sebal.

"Ngagetin mulu jadi orang. Heran," gerutu Angel.

"Seksi mulu jadi cewek. Heran," tiru Angga.

Gemas, Angel cubit dada Angga dari depan, dibalas laki-laki itu dengan remasan di kedua payudaranya. Reflek Angel mendesah. "Abaaang," sebutnya manja. "Jangan mulai deh," peringat Angel. "Udah pagi lho. Nanti kalau ada ART dateng gimana?"

"Tenaaang. Pintunya gue kunci," bisik Angga.

"Tapi aku mau masak buat kita sarapan." Angel meringis karena Angga iseng menjepit pentil susunya yang tercetak dibalik kaos dengan jari-jari. "Ahhh, Abaaaang, sakit. Jangan dijepit gitu."

"Berenang yuk?" ajak Angga mengabaikan keluhan Angel barusan.

Angel masih merem melek sambil mendesah penuh nikmat. "Aku gak bawa baju ganti."

"Di sini masih ada bra sama celana dalam kok," kata Angga.

"Hm?" Angel membuka kelopak mata, ia hela pelukan, dan balik badan menghadap sang kakak. "Bra sama celana dalam?" ulangnya tampak kebingungan. Dan Angga mengangguk santai. "Punya ... Mami?"

"Bukan."

"Terus?"

"Rahasia." Sejujurnya, Angga lah yang menyediakan pakaian dalam untuk Angel karena ia telah merencanakan momen ini dari kemarin. "Ayok gue tunjukkin!" Angga giring Angel menuju salah satu kamar, ia buka lemari di sana, dan diambilnya bra serta celana dalam untuk dikenakan Angel, sementara ia memakai boxer saja. "Mau ganti di sini juga boleh."

"Aku pengen berenang, tapi masa pakai ini doang?" gumam Angrmel, menatap bra dan celana dalam di tangan.

Angga menaikkan satu alis. "Terus lo mau pakai kostum apa? Mermaid?"

"Ya gak gitu juga, Abaaang. Maksud aku ... malu tahu pakai ginian doang depan Abang." Angel cemberut, ekspresinya lucu sekali. Bahkan di mata Angga, Angel masih anak umur delapan tahun yang diadopsi Mami 14 tahun silam.

"Emang kenapa? Kan gue udah liat tetek lo, malah nyicipin pentil lo jugak."

"ABANG IIHHH!! JANGAN FRONTAL!" peringat Angel.

"Ya udah makanya cepetan! Lo mau lama-lama di sini?"

"Kenapa gak pulang sekarang aja?" tanya Angel, mengerjap penuh harap.

"Nanti. Gue pengen renang dulu," dusta Angga.

Terdengar helaan nafas Angel sebelum gadis itu pamit masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaian, sedang Angga mengganti pakaian di kamar tersebut. Ia lepas celana jeansnya dengan boxer miliknya yang masih tertinggal di sini, lalu ia lepas kaosnya—bertelanjang dada.

Tak lama Angel muncul dengan bra dan celana dalam.

Angga sampai tak berkedip untuk beberapa saat. Angel benar-benar definisi wanita tercantik yang pernah Angga temui. Tidak hanya dari rupa, tetapi fisik, juga hatinya sama-sama cantik. Ck! Angga langsung tersadar. Ia gelengkan kepala. Tidak. Dia tidak boleh jatuh hati dengan adik angkatnya. Dia memanfaatkan kedatangannya ke Indonesia untuk bersenang-senang, salah satunya menikmati tubuh seksi Angel.

Agar gadis itu tahu bahwa kehadirannya sempat menghadirkan dengki di hati Angga. Bahwa kemunculannya di keluarga ini nyaris membuat Angga hengkang dari marga Wang. Sebab Angel telah merebut banyak perhatian, terutama perhatian Mami dan Daddy. Memang keberadaan gadis itu atas keinginan Mami, atas keputusan Mami yang dengan terbuka menyuguhkan cerita hangat tentang keluarga, tapi dibalik semua yang terlihat, dibalik sudut pandang Angel mengenai sosok Daddy dan Mami, ada Angga yang terluka. Ada Angga yang merasa tersaingi. Ada Angga yang kemudian menyingkirkan diri.

Kini saatnya Angga membagi luka-lukanya dengan sang adik angkat.

Ya.

Mata Angga tersita pada bagian cokelat yang mengintip tepian bra. "Tetek lo gede banget, sampai pentilnya gak bisa ngumpet," komentar Angga, tertawa ngakak. "Kata gue, mending gak usah pakai bra. Udah sini gue bantu lepasin!"

"Gak. Biarin aja kayak gini," tolak Angel saat Angga berniat menghampiri Angel untuk melepas bra yang ia pakai. "Tapi berenangnya jangan lama-lama ya, Bang? Aku pengen cepet pulang. Lagian aku ada jadwal ke kampus."

Angga tidak menjawab, digiringnya Angel menuju kolam renang, keduanya turun ke dalam air setinggi satu meter. Bagi Angga, ini cetek sekali, tapi buat Angel, ini cukup membahayakan karena dia tidak terlalu tinggi. Menyadari ekspresi takut Angel, Angga dengan sigap menahan lengan gadis itu. "It's okay, ada gue."

Angel mengangguk.

Shit! Angga mengumpat dalam hati. Semakin sering Angel bergerak, pentil susu yang awalnya mengintip, akhirnya terlihat. "Cil, pentil lo keliatan tuh. Mending lepas aja. Gak akan ada yang mergokin. Kan pintu depan masih gue kunci. Lagian gue juga udah liat. Gak usah malu."

"Huh!" Dengan muka memerah malu, Angel lepas pengait bra, dan ia bebaskan bukit kembarnya yang bulat, besar, dan berisi dari bra yang tidak mampu menampungnya. Tentu pemandangan tersebut menjadi saluran energi buat Angga. "Abang," panggil Angel, menyadarkan Angga dari lamunan. Laki-laki itu mengalihkan tatapan dari pentil susu Angel ke mata si gadis. "Abang, bisa berenang?"

"Bisa lah," jawab Angga percaya diri.

"Jago gak?" tanya Angel lagi.

"Lumayan," jawab Angga, seikit ragu karena sudah lama ia tidak berenang. "Kita balap dari sini ke ujung, terus balik lagi ke sini, dan yang kalah ... harus mau dihukum, deal?" Sepertinya Angel yakin dengan kemampuannya, karena tanpa bertanya apa hukumannya, atau setidaknya menimbang-nimbang tantangan Angga, ia langsung menyetujuinya.

Baiklah.

Angga mengerahkan kemampuan yang ia miliki. Well, dulu di SMP dan SMA ada ekstrakurikuler renang, jadi Angga cukup mahir untuk melawan. Tapi di tengah jalan, ia hampir kehilangan nafas karena terlalu tergesa-gesa, untungnya ia bisa mengatasinya sendiri, dan ... wow! Angga lah pemenangnya!

"Kok Abang duluan siiiiih?! Curang ya?" tuduh Angel.

"Gimana ceritanya gue curang? Logikanya kita ada di tengah-tengah dan tadi yang nyelem duluan gue, harusnya lo yang punya peluang buat curang!" balas Angga, agak kesal. Tapi setelah mengingat perjanjian mereka, ditambah melihat pentil susu Angel yang selalu menggoda, Angga batal kesal. "Sini!" titah Angga, menarik pergelangan tangan Angel, ia pojokkan si gadis ke tepi kolam.

"Abang gak yang aneh-aneh kan?"

Angela; I'm Yours [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang