22. "Oke, bagus. Lanjutkan."

14.1K 71 0
                                    

"Hai, Angela," sapa sebuah suara begitu Angel terbangun. Betapa kagetnya Angel saat sadar cowok yang duduk di ujung ranjang yang ia tempati adalah ... Abraham.

"Abra?" pekik Angel, mendadak ia merasa aneh dengan tangannya. Lalu tatapan matanya teralih ke samping kanan dan kiri. Shit! Kedua tangannya diikat di kepala ranjang. Tapi yang lebih membuatnya shock setengah mati adalah ... pakaiannya saat ini.

Hanya bra yang tidak mampu menampung kedua payudaranya dengan sempurna—ditambah modelnya yang transparan—dan celana dalam. Sial!

"Payudaramu indah sekali, Angela. Boleh aku mencicipinya?" Abra bangkit, melangkah mendekati Angel yang menggeleng panik. Mata Abra tertuju pada payudara Angel yang semakin sering gadis bergerak, maka payudaranya akan menyembul keluar, hingga Abra berhenti di tepi ranjang—beranjak duduk di sana, sejurus dengan itu pentil susunya menyembul keluar. Abra ternganga takjub. "Wow!"

"LEPASIN GUE, ABRA! BAJINGAN LO!" seru Angel, menendang-nendang tak karuan. Abra menyeringai, disentuhnya pentil susu Angel, sontak yang disentuh langsung ngamuk. "MINGGIRIN TANGAN NAJIS LO ANJING! JANGAN SENTUH PENTIL GUE!"

"Payudara dan putingmu gak menarik di mataku, Angela. Aku bahkan sudah ratusan kali mencicipi payudara dan puting yang lebih besar dari milikmu," ejek Abra, kemudian merogoh saku celana—mengeluarkan ponsel, dan ia rekam tubuh Angel. "Ini bisa jadi konsumsi publik kalau kamu tidak meminta maaf padaku atas perlakuanmu saat itu."

"GUE EMANG GAK CINTA SAMA LO ANJING! GUE KASIHAN AJA SAMA LO! PUAS!" Angel bisa saja bicara baik-baik, tapi masalahnya ... Abra sudah keterlaluan. "Lagian lo banci banget, ngancem cewek pakai cara sampah kayak gini! Cuih!" Angel meludah sembarangan.

"Atittudemu bagus sekali, Angela," sarkas Abra.

"LEPASIN GUE DAN JANGAN PERNAH SENTUH GUE! GUE UDAH NIKAH ANJING!" seru Angel makin murka sekaligus panik—sebetulnya. Belum ada sehari Angga pergi, tapi harinya sudah semenakutkan ini. Angel menitikkan air mata. "Bra, lepasin gue."

"Tetap jadi kekasihku, aku akan melepaskanmu," tawar Abra.

"Hah? Gila lo?" Angel mendelik.

"Mau bibirku mencicipi putingmu yang sudah menegang itu?" Abra mengendikkan dagu.

Angel segera menggeleng, dia tidak rela pentil susunya dinikmati laki-laki yang bukan suaminya. Tapi, dia juga tidak mungkin mengkhianati suaminya. Angel harus meminta bantuan siapa? Yang ia harapkan cuma Angga, tapi laki-laki itu sedang di belahan bumi lainnya. Maka untuk menyelamatkan diri, terpaksa ia anggukkan kepala seraya berkata, "Deal."

Sejak kejadian kemarin, Angel harus berakting menjadi kekasih Abra ketika berada di kampus. Kebetulan tidak ada yang tahu perihal pernikahannya, kecuali Gita yang sekarang mendadak heboh.

"Lo ... serius?"

"Terpaksa," balas Angel malas.

"Ya tapi—" Gita kehabisan kata-kata, "kata gue sih, mending lo bilang ke laki lo."

"Gak semudah itu, Gita. Pertama, gue gak mau Abang khawatir. Terus kedua, Abra sengaja foto badan gue—yang cuma makai bra dan celana dalam—untuk disebar ke temen-temen kampus kalau gue nolak permintaannya. Mana pas tu foto diambil keliatan pentil gue."

"Kaaan!" Gita menjetikkan jari, "Psiko emang tu cowok!"

"Gimana dong?" Angel menggigit bibir panik.

"Lo tenang, gue bantu cari solusi, tapi gak sekarang, okay?"

"Kapaaaan?" cecar Angel tak sabar.

"Nanti lah, traktir gue makan ayam geprek dulu," dengus Gita.

"Ya udah, ayok!" Mereka melipir ke kedai ayam geprek dekat kampus.

Angela; I'm Yours [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang