Chapter 11-15 bisa dibaca di KaryaKarsa. Link gue taro di bio.
"Nonton apa?"
"Ini."
Angel membelalakkan mata shock saat Angga mengarahkan ponsel ke arahnya. Bukan soal merk ponsel yang Angga miliki—karena Angel sendiri pun punya, tapi video vulgar yang tengah laki-laki itu putar. "Abang?" Tatapannya tertuju pada wajah tengil Angga. "Kok, nonton beginian?" tanyanya kemudian menggeleng. "Gak, ah. Aku gak mau liat."
"Biar lo tahu caranya, cil," decak Angga.
"Ya ngapain juga! Kayak aku mau ngelakuin itu—"
"Oh, mau langsung praktek?" Angga salah sangka. Ia letakkan ponsel tersebut ke atas meja, lalu kembali membimbing Angel duduk di pangkuannya. Gadis itu langsung menepis cekalan Angga pada pergelangan tangannya seraya menggeleng. "Tadi katanya mau ngelakuin itu? Gimana sih, bocil?! Labil amat."
"Kalimatku belum selesai!" gerutu Angel.
"Terus sekarang kita mau ngapain? Diem-dieman sampai besok pagi?"
"Ya ngapain kek, tapi gak gituan!" dengus Angel.
"Tapi hal yang paling gue suka ya liatin tetek lo," kata Angga frontal.
Angel mendelik malu. "Abang ihh!"
"Udah sih, buka aja kaos lo!" titah Angga.
"Ogah! Aku mau nonton drakor. Bye!" Angel bangkit, melenggang menuju kamar, diekori Angga. Gadis itu menghentikan langkah karena merasa diikuti. Kepalanya menoleh. "Abang mau ngapain?"
"Setelah gue pikir-pikir, mending gue ikut nonton deh, meskipun gue gak kenal siapa pemerannya. Daripada gabut kaaan. Soalnya kalau gabut, gue suka nonton video di Twitter," cerocos Angga, random. Angel sampai geleng-geleng. Abang angkatnya ini punya banyak sisi yang tidak semua orang tahu. Dan sepertinya hanya dengan Angel, Angga menujukkan semua sisi dalam dirinya. Dari sisi cool bad—kalau kata anak gaul, sisi agresif, sisi humoris, dan yang paling sering Angga tonjolkan adalah sisi mesumnya.
Apalagi kalau udah liat tetek Angel.
Tanpa sadar Angel menurunkan pandangan. Emang semenggoda itu ya tetek gue?
"Oke deh." Angel setuju.
Mereka duduk bersandar di kepala ranjang dengan Angel yang memegang ponsel—menonton drakor. Tapi kemudian Angga mengubah posisi menjadi berbaring di pangkuan Angel. Angel mulai waswas. Karena dugaannya selalu benar; ketika Angel sibuk menikmati jalan cerita, Angga diam-diam menyusupkan tangan ke dalam kaos yang dikenakan Angel. Angel berdecak. "Abang tuh emang gak bisa dipercaya ya?"
"Nonton doang mana seru, cil?" balas Angga.
"Ya tapi gak harus mainin puting aku dong!" sungut Angel.
"Salah siapa punya pentil enak banget buat dimainin?" timpal Angga. "Naikkin dikit. Gue mau nenen," titahnya kemudian. Angel berusaha menggagalkan aksi Angga, tapi percuma ... tenaga laki-laki itu jauh lebih kuat. Dan ketika Angga berhasil menggapai pentil susunya dengan bibir, Angel menghela nafas gusar. Tapi dia tidak punya pilihan selain membiarkan abang angkatnya menyusu sembari ia menikmati drakor favoritnya.
Sambil menyusui Angga, Angel larut dalam cerita. Sesekali ia omeli Angga yang iseng menggigit pentil susunya, kadang menarik-nariknya dengan jari-jari, tidak jarang dengan bibir. Hingga dua jam berlalu, Angga terlelap tanpa melepas kuluman pentil. Angel menggersah. Ia letakkan ponsel ke atas nakas, lalu beralih menatap Angga yang tampak damai dalam tidurnya.
Dengan lembut ia belai rambut hitam Angga selagi bibirnya mengurai senyum.
"Emang boleh secute ini kalau lagi nenen?" Angel terkekeh pelan. Ia usap pipi abang angkatnya, lalu iris cokelat terangnya teralih pada pentil susu yang nganggur. Ia tangkup payudaranya, ia angkat sedikit dan diamati dengan serius. Pentil susunya tampak mengkilap. "Dasar bayi gede!" cibirnya geli.
Kemudian Angel membangunkan Angga agar mengubah posisi karena dia sendiri sudah mengantuk. Angga mengindahkan—berpindah ke atas ranjang, sementara Angel ikut berbaring di sebelahnya. "Gak usah dibenerin," bisik Angga dan Angel membiarkan tangan Angga menangkup payudaranya untuk diremas, mengantarkan ia ke alam mimpi.
"Ini beneran yang disini cuma kita doang kan, Bang? Kalau besok ada ART dateng gimana?" tanya Angel, membuat Angga membuka kelopak mata—menatapnya. "Aku gak mau mereka salah paham gara-gara kita sekamar."
"Besok pagi gue pindah kamar sebelah," kata Angga.
Tapi tidak cukup meyakinkan Angel. "Gak percaya."
"Ya udah, lo hidupin aja alarm hape lo, biar kita bisa bangun pagi," ujar Angga, tapi selang beberapa detik, laki-laki itu mengusulkan ide lain. "Atau ... kita olahraga aja sampai pagi? Biar sekalian gue ajarin lo banyak gaya." Angga mendadak sumringah, ia paksa tubuhnya bangun. Angel langsung menggeleng, menahan tangan Angga yang hendak melepas celana. "Kenapa sih?"
"Gak mau, Abaaaaang!" sungut Angel bete.
"Cil," panggil Angga, memiringkan posisi—menjadikan siku sebagai tumpuan. "Lo kan udah gede, udah pernah pacaran, udah tertarik sama lawan jenis, masa gak pernah gituan sih? Minimal lo nonton video vulgar dong. Baca novel dewasa aja sering."
"Baca doang, Abaaaang. Itu juga karena gak sengaja liat di platform," tegas Angel.
"So, selama baca novel gituan, apa yang lo rasain? Dan emang lo gak pengen nyoba?" pancing Angga.
Angel mengangguk. "Tapi sama suamiku nanti."
"Kalau yang jadi suami lo ... gue, gimana?" pancing Angga lagi.
Sontak pipi Angel merona malu. "Apaan sih, Abang! Mana mungkin?"
"Mungkin aja," timpal Angga, menurunkan pandangan menatap pentil susu Angel yang mengeras. "Tadi lo muji gue cute pas lagi nenen kaaan?" Mata Angel melotot kaget. Jadi, Abang gak beneran tidur? Angga menowel pentil susu Angel dan sang empunya kontan menggeliat geli. "Kayaknya lo seneng banget ya gue hisap pentilnya?"
"Abang jangan ngomong-ngomong pentil gituuu. Aku maluuuu."
Menaikkan pandangan menatap Angel yang tersipu malu, Angga tertawa geli. So cute, batinnya. Lalu ia lepas kaos yang dikenakan adik angkatnya dan gadis yang usianya tujuh tahun di bawahnya itu tidak protes. Angga lempar kaos tersebut ke sembarang arah, lantas ia bimbing Angel agar naik ke atas tubuhnya.
Shit!
Angel terhipnotis. Bahkan gadis yang telah menggelung rambut panjangnya dengan gaya jedai itu seakan tahu apa yang harus ia lakukan. Otaknya mengingat setiap adegan yang kerap ia baca di salah satu platform. Dan Angga dengan senang hati melahap pentil susu yang diarahkan ke mulutnya. Lidah Angga memainkan pentil susu Angel dengan lihai, sampai gadis berkulit putih itu tergetar.
Selang beberapa saat, tanpa diperintah Angga, Angel beranjak turun dari atas tubuh Angga, lalu tatapan matanya tertuju pada resleting celana Angga, ia turunkan, membuat Angga terkesiap kaget. Laki-laki itu sedikit mengangkat tubuh—melihat apa yang tengah Angel lakukan. "Cil, lo mau apa?"
Jangan lupa follow IG @seladahitam.wp yee. Yang nyari akun Twitter gue tapi gak nemu, bisa klik link di bio IG gue, atau DM gue di IG.
Thanks.
See u on next chap!
![](https://img.wattpad.com/cover/367317552-288-k685867.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Angela; I'm Yours [21+]
RomanceBeing adopted by a wealthy family was a surprise for Angela. However, that doesn't mean his life will always be privileged. There is one person who doesn't want it. And then that person pulled him into a dark hole. What will Angela encounter there?