18. Pilihan Terberat

15.4K 79 1
                                    

"Abang gak yang aneh-aneh kan?" Sedetik setelah pertanyaan bernada panik itu terlontar, Angga membungkam bibir Angel dengan bibirnya selagi tangan laki-laki itu meremas kedua payudara Angel dengan lembut. Dan Angel nyaris kehilangan nafas karena tidak tahu bagaimana cara berciuman. Untungnya Angga peka dan langsung mengurai pagutan bibir.

Angel mendesah merasakan remasan tangan Angga. "Sshhh, Abaaang."

"Sini, cil!" Angga mengangkat tubuh Angel untuk didudukkan ke tepi kolam, sedang ia tetap berada di bawah—diapit kedua paha Angel. Angel membungkukkan tubuh ketika Angga menangkup salah satu payudaranya, lalu lidah Angga memutari pentil susu Angel, buat sang empunya menggeliat geli sementara tangan Angga yang lain memainkan pentil susu yang nganggur.

Angga sedot pentil susu Angel sekuat tenaga, seakan pentil susu tersebut mengalirkan ASI. Angel memperhatikan Angga di bawahnya, ia mirip seorang ibu yang tengah mengASIhi anaknya, padahal pentil susunya tidak memproduksi ASI, tapi Angel cukup menikmati momen pagi ini.

Seperti biasa, Angga selalu iseng menggigit pentil susunya.

"Abang ih!" gerutu Angel, "Sakit!"

"Angga, Angel," dehem sebuah suara, mengagetkan Angga dan Angel dari kegiatan mereka. Lalu dengan kompak keduanya menoleh, Mami berdiri di depan pintu—yang menghubungkan area belakang dengan ruang keluarga. Shit! Mati lo, Ngel! Segera Angga melepas kuluman puting dan naik, duduk di samping Angel. Mami mendekat, tatapan matanya tertuju pada payudara Angel. Dan Angel sendiri hanya bisa menunduk merasa bersalah. "Begini?"

"Mi, aku bisa jelasin," ujar Angga.

"Jelasin apa, Angga?" balik Mami, "Jelasin gimana rasanya nenen adik angkat?"

"Mi—"

"Semalem Mami pulang karena mau jemput kalian, tapi kalian gak ada di rumah. Bik Minah bilang kalian pergi berdua. Mami chat, bahkan telepon, gak ada satupun yang balas dan angkat. Terus Mami cek CCTV; bener gak kalian pergi berdua, tapi ternyata ... Mami justru nemuin bukti lain," ujar Mami, dengan nada kecewa. Sungguh, Angel merasa sangat berdosa sekarang. "Mami nemuin banyak adegan gak pantas yang dilakukan sepasang kakak-beradik."

"Mami, pasang CCTV di setiap tempat?"

Tidak hanya Angga, Angel pun kaget bukan main.

Mami mengangguk, pandangannya terlempar pada Angel yang mengangkat wajah. Tersirat jelas sorot kecewa di kedua mata Mami. "Mami pasang CCTV di tiap sudut untuk berjaga-jaga, karena Mami sering ninggalin Angel sendirian. Tapi ..."

"Mami, maaf," gumam Angel.

"Kalian pasti kaget ya Mami bisa sampai sini?" Mami tertawa sumbang, lalu kembali menatap Angga. "Kamu lupa ya, Ngga, kalau Mami dan ART di rumah ini punya kunci cadangan?" Sial! Angel tidak kepikiran sampai sana, padahal waktu pertama kali datang, Angga sempat memberitahu, tapi karena nafsu yang mulai menguasai diri, Angel mendadak lupa.

Astaga.

"Dan kedatangan Mami kesini karena kita udah gak punya hak atas rumah itu," lanjut Mami. "Rumah Daddy dengan selingkuhannya disita bank. Oleh sebab itu Daddy membawa simpanannya ke rumah dan akan tinggal di sana."

Deg.

Jantung Angel berdegup kencang. Apa ini?

"Dia berani melakukan itu pada Mami?" desis Angga geram.

"Tidak perlu membela, Mami!" hardik Mami, "Kamu sama saja." Tatapan Mami teralih pada Angel. Kehangatan Mami tidak lagi Angel rasakan. Yang ada pada wanita itu sekarang adalah ... rasa dingin dan hampa. Angel tahu ini salahnya. Ia sadar apa yang diperbuatnya keliru. Tapi, sungguh, Angel tidak bermaksud menyakiti Mami.

Mami sudah sangat baik padanya.

Mami yang merangkulnya setelah ia kehilangan keluarga.

Mami yang mengajaknya ke tempat paling indah setelah ia kehilangan rumah.

Dan Mami lah yang selama 14 tahun ini menggantikan peran Bunda.

Tapi, apa balasannya?

"Kemarin Mami masih punya harapan, tapi hari ini, harapan Mami sudah hilang," lirih Mami, pilu. Angel bangkit, berlari ke arah Mami, lalu bersujud di kakinya. "Tidak perlu memohon ampun atas rasa bersalah yang menghantui kepalamu. Mami bukan tipe orang yang pendendam. Tapi untuk bisa seperti kemarin-kemarin, sepertinya mustahil."

Angel menitikkan air mata. Telah ia lupakan kedua payudara yang bergelantungan hingga pentil susunya menyentuh lantai. Ia abaikan celana dalam yang tersisa di tubuhnya. Fokus Angel hanya sekarang hanya Mami. "Mami ... maafin Angel, Mi. Maafin Angel. Angel tahu ini sangat menyakitkan buat Mami—"

"Kamu tahu tapi kamu tetap melakukannya?" potong Mami.

"Aku yang memaksanya, Mi," sela Angga. Tatapan Mami terlayang pada Angga setelah Angel menegakkan tubuh dan sempat melihat reaksi kaget Mami, sebelum ia arahkan pandangannya ke belakang. Dari tempatnya, Angel melihat gerak kepala Angga yang mengangguk tegas lalu mendekati Angel. "Aku yang memaksanya."

"Karena?"

"Aku menyukainya sejak pertama kali Mami menunjukkan foto Angel versi anak kuliah," kata Angga yang entah kenapa malah bikin Angel bingung. Ini beneran gak sih? Bukannya Abang cuma suka tetekku? "Aku menyukainya," ulang Angga meyakinkan. "Mami boleh hukum aku, karena aku yang memaksanya. Dan kami ... bisa ada di sini karena aku ingin memiliki dia seutuhnya."

"Kalian saling tertarik?"

Angga menoleh pada Angel yang juga menoleh padanya. "Ya, kami saling tertarik."

What?!

Kami?

Saling tertarik?

Oh, ralat.

Kalau Angel ... benar, dia tertarik pada Angga.

Tapi Angga ... aduh, ya ampun!

"Mami tanya sekali lagi, apa kalian saling tertarik?" cecar Mami.

Angga dan Angel mengalihkan tatapan ke arah Mami, lantas keduanya sama-sama mengangguk, dan dua tamparan dari Mami untuk dua orang yang berbeda, membuat suasana makin panas. Mami menancapkan sorot tajam pada manik mata Angel. "Kalau kamu tertarik sama Abang, kamu bilang ke Mami, dan gak perlu nurutin permintaan gila abangmu untuk melakukan hal menjijikkan kayak gini!"

Angel menunduk.

Bergegas Angga pasang badan. "Mi, salahkan saja aku."

"Jangan sok pahlawan kamu, Ngga!" kecam Mami, sejurus dengan itu salah seorang ART muncul dan mengulurkan handuk untuk Angel. Angel menerimanya dengan rasa malu yang sudah tidak bisa ia jabarkan lagi, kemudian ia bungkus tubuhnya dengan handuk. "Mami tahu kamu bisa cari uang sendiri, kamu bisa menghidupi diri sendiri, bahkan pasanganmu nanti. Dan kalau memang Angel yang kamu pilih, Angel yang kamu targetkan untuk menjadi istri, gak sepantasnya kamu rusak anak angkat Mami!" seru Mami murka. "Kamu memang anak kandung Mami, tapi kamu salah!"

"Aku memang gak pernah benar di mata Mami sejak hubungan Mami dan Daddy hancur," tandas Angga.

"Soal itu, memang kesalahan kami. Kami gagal menjadi orangtua. Ki gagal merawat rumah yang sudah kami bangun. Tapi yang lagi Mami bahas sekarang, tentang kamu dan Angel!" Tatapan Mami kian tajam. "Sekarang kalian pilih; berhenti berhubungan atau menikah."

Hah?!

Angel masih punya cita-cita.

Tapi rupanya Angga lebih menuruti nafsu. "Menikah."

Angela; I'm Yours [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang