Chapter 7

7 4 0
                                    

[ Red's pov ]

Usai mengusir kedua teman baru Lilac, aku menghampiri gadis itu yang berjalan cepat di koridor. Berhenti tepat di depannya sambil menampilkan senyum miringku. Lilac mendongak dan melototkan mata. Kenapa aku baru sadar dia memiliki garis-garis wajah lembut.

Pupil matanya berwarna cokelat seperti orang kebanyakan, hidung kecil dan mulut mungil serta pipinya yang sedikit tembem adalah perpaduan yang pas. Ehem, itu asumsiku pribadi. Lagi pula jika diamati, dia mempunyai wajah yang tidak simetris. Namun, kombinasi itulah yang membuat wajah Lilac unik.

Tunggu, bukan begini maksudnya.

"Mohon maaf, Tuan Red. Saya tidak punya banyak waktu. Jadi, mohon agar Tuan jangan menghalangi jalan saya lagi," ucap gadis itu dengan tatapan tajam.

Aku tertawa mendengar kalimatnya. Kemudian sedikit membungkukkan badan agar wajah kita berdua sejajar. "Tapi aku ingin memberitahumu sesuatu lagi, Nona Lilac. Mulai hari ini hidupmu tidak akan monoton lagi. Aku bisa jamin itu."

Lilac memundurkan langkahnya. Membuat jarak kepadaku. Dia mengembuskan napas kasar. Kemudian terdiam sambil menatapku.

Apa yang dipikirkan gadis berambut panjang sepinggang ini? Rambutnya yang tergerai bebas diterpa angin serta badan tegap berdiri layaknya boneka hidup. Kulitnya yang putih susu itu tampak seiras dengan rambut panjang bagai ekor kuda. Apa aku berlebihan mendeskripsikan Lilac?

"Aku juga ingin memberitahumu sesuatu, Red. Bahwa ucapanmu itu tidak benar!" Lilac lantas melangkah maju. Pundak kanannya menabrak pundak kiriku seolah sengaja.

Aku sebenarnya merasa tidak terima. Namun, karena yang melakukannya adalah Lilac, maka aku maafkan. Untuk kali ini aku biarkan dia lari. Sedangkan besok tidak akan semudah itu.

"Tidak kau kejar?" Grey tiba-tiba saja sudah berada di samping dan merangkul pundakku.

"Tidak."

"Aku heran, apa yang membuatmu begitu tertarik mengusik hidup Lilac?"

"Hanya untuk bersenang-senang."

"Kau bukan lelaki idaman, Red. Lilac itu sudah memiliki banyak cobaan di hidupnya, tapi kau bukannya membantu mengurangi justru menambahkan. Ingat sistem timbal balik itu nyata, Kawan."

"Tidak usah sok menceramahiku. Lebih baik kau pulang ke rumah dan tidur."

"Tapi, Red, apa kau tau kutukan turun-temurun di keluarganya? Publik hanya mengetahui keluarga Lilac terkena kutukan. Namun, tidak ada yang tahu pasti kutukan apakah itu."

Aku tidak menjawab pertanyaan Grey karena sebetulnya aku juga tidak tahu. Untuk mengetahui hal itu, apakah aku harus bertanya langsung kepada Lilac? Cih, mana mungkin. Walaupun aku sedikit penasaran.

Aku masih tetap memandang sesosok Lilac hingga dia berbelok ke koridor lain. "Apa tidak ada yang membahas kutukan macam apa itu?" Aku menengok ke samping sembari melepaskan rangkulan Grey.

Grey mengerutkan kening. Terdiam lama sekali yang membuatku kesal. Maka, aku pergi meninggalkannya. Sekolah yang cepat sekali sepi ini membuat suara Grey jadi tambah menggelegar.

~~~

"Memangnya apa yang menyebabkan keluarga itu dikutuk?" tanyaku seraya  mengamati gerak-gerik seseorang dari balkon kamar.

Terlihat orang itu berbicara dengan serius sekali saat sedang menelepon. Bahkan mungkin sampai memaki. Dasar bodoh, memangnya dia tidak malu jadi tontonan orang-orang? Namun, aku juga melakukan hal yang sama, hanya berbeda emosi saja.

"Menurut komentar para netizen di sosial media, ada yang bilang leluhur mereka melakukan kesalahan yang sangat besar. Lalu ada juga yang mengatakan kalau nenek moyang mereka melakukan pengkhianatan. Tapi, ya itu hanya asumsi tak berdasar para netizen, Red." Grey yang berada di balik telepon menjelaskan.

"Lalu akibat dari kutukan itu bagaimana?"

"Mana aku tahu, Kawan! Tanyakan saja langsung kepada yang bersangkutan. Atau kau mau aku yang bertanya? Mumpung sekarang aku masih berada di rumahnya."

"Apa yang kau lakukan di rumah Lilac malam-malam begini?"

"Hei, nadamu seperti menuduhku saja. Sudah pasti mamaku yang menyuruh, Red. Mamaku bikin brownies tadi."

"Lalu kenapa kau tidak segera pulang? Tunggu aku di sana dan jangan ke mana-mana."

"Kau mau ke sini? Lebih baik tidak perlu, Red. Kalau ada yang ingin kau sampaikan kepada Lilac, lewat aku saja."

"Tidak. Aku sendiri yang akan kesana."

Tut

Aku mematikan sambungan telepon secara sepihak. Masuk ke dalam kamar, menyambar jaket hitam serta kunci motor di atas nakas. Kemudian turun ke bawah untuk pamit kepada mama. Jangan dikira aku tidak punya adab dan sopan santun. Hal sepele begini tentu wajib bagi kami laksanakan.

"Jangan lama-lama, kau harus cepat pulang, Red!" Peringat mama di ruang tamu tatkala aku mengeluarkan motor dari garasi.

Rumah Lilac berada tepat di depan rumah Grey yang baru ini. Pagar rumah Lilac pun masih terbuka. Berarti memang benar Grey masih di sana. Aku memarkirkan motor di depan rumah gadis itu terlebih dahulu.

Dari halaman depan, suara samar obrolan terdengar. Mereka membicarakan apa? Seru sekali sepertinya. Pintu juga terbuka lebar, jadi aku langsung masuk saja begitu?

"Kapan-kapan kau harus pergi ke pasar malam, Lilac. Kalau kau mau, aku bisa mengajakmu ke sana sekarang."

Apa-apaan ini? Grey mau mengajak Lilac ke pasar malam? Yang benar saja!

"Ehem, permisi," ucapku berdiri tepat di depan pintu.

Lihatlah di ruang tamu sederhana rumah ini. Mereka berdua duduknya berjauhan dan sekarang kompak sekali ekspresi mereka saat melihat kedatanganku. Kemudian Grey kelabakan hendak menjelaskan sesuatu kepada Lilac.

"Bolehkah aku masuk, Nona Lilac?" Aku mengangkat kedua alis menatap Lilac yang masih terkejut.

Gadis itu langsung berdiri dan mengangguk. "Kau mau minum apa, Red? Teh atau kopi?"

"Tidak perlu jamuan. Aku hanya sebentar di sini."

"Oke." Lilac kembali duduk di tempatnya. Jam segini dia sudah pakai piyama? Mana bermotif hewan pinguin.

Aku duduk di samping Grey yang tiba-tiba saja memukul lenganku. Sialan, yang harusnya dipukul itu dia! Ke rumah seorang gadis malam-malam dan lama sekali. Dasar tidak kenal waktu.

"Ada perlu apa kau ke sini?" Arah pertanyaan Lilac tertuju kepadaku.

Aku berdeham sebelum menjawab. "Orang tuamu tidak di rumah?"

~~~

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LILAC [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang