1. mamah ga bilang bilang.

58 9 0
                                    


Ini adalah hari terakhir kelas Eca bersekolah di SMP Bina Jaya.

Hari ini adalah hari kelulusan anak kelas 9, suasana sangat ramai karna banyak yang menangis dan mengucapkan kata sampai jumpa satu sama lain.

Acara hampir selesai dan anak kelas 9 di perbolehkan masuk ke kelas masing-masing untuk beristirahat sebentar sambil menunggu di jemput orang tuanya.

Eca duduk di bangkunya sambil melamun, menatap seisi kelas dengan perasaan sedih.

Gadis itu memainkan pulpennya dan terus melamun.

Banyak hal yang dia pikirkan, dari nilai raport sampai bagaimana caranya dia berkenalan dengan teman barunya saat SMA nanti.

Dia juga senang karna akhirnya dia merasakan MPLS. Iya, Eca angakatan corona.

Dia sudah membayangkan mengincar teman seangkatannya nanti saat MPLS. Dia yakin saat SMA akan ada banyak pria tampan.

🐕💨

Eca merebahkan tubuhnya di kasur kamarnya.

Dia masih sibuk membalas pesan dari teman-temannya yang mengucapkan kata perpisahan.

Mungkin nanti ada beberapa temannya yang akan satu SMA dengan Eca.

Acara kelulusan SMP nya seminggu lebih lambat dari SMP lain, jadi sekarang Eca sedang mengecek website PPDB, memantau apakah namanya masih ada dalam daftar.

Dia menggunakan nilai raportnya untuk masuk ke SMA negeri terfavorit di daerahnya.

Terakhir Eca memeriksa, namanya masih ada di urutan ke 21 dari total 38 kuota yang tersedia dengan nilai 89,7.

Nilai anak anak yang diatas Eca hanya berbeda angka belakang, di peringkat kesatu pun nilainya 93,8.

Itu juga karna lumayan banyak yang nilainya sama dengan Eca.

Eca masih santai karna urutannya termasuk aman untuk saat ini, apalagi PPDB ini waktunya tinggal satu setengah hari lagi.

Eca mengecek website itu tiga kali setiap satu jam.

Nama Eca terus turun dan turun.

Eca mulai khawatir karna namanya sudah berada di peringkat 29 dan waktu PPDB tersisa satu hari lagi.

Dalam waktu setengah hari Eca turun sampai 8 peringkat.

Eca menggigit jarinya saat namanya sudah berada di peringkat 34 dalam waktu kurang lebih 6 jam.

"Jangan turun lagi please..."

Besoknya nama Eca sudah hilang dari urutan sementara itu.

Eca meneteskan air matanya. Dia terus me refresh website itu, berharap namanya muncul kembali.

Sudah pasti sekarang dia masuk menggunakan jalur zonasi di SMA yang berada di dekat rumahnya.

Jujur saja, Eca sebenarnya menghindari SMA itu.

Eca keluar kamarnya dengan keadaan matanya yang berkaca-kaca akibat menangis.

"Mah..."

Eca menunggu jawaban dari ibunya, tapi sepertinya hanya ada Eca dirumah.

"Ah, gue kasih taunya pas mamah udah pulang aja."

Eca menebak ibunya sedang ke pasar atau sedang berbelanja karna ini masih pagi.

Eca duduk di sofa ruang tengah dan menyalakan TV. Eca menonton TV untuk melupakannya kesedihannya sejenak.

Eca iseng membuka website PPDB lagi, dia melihat satu-satu SMA negeri yang ada di kabupatennya.

Sampai dia melihat ada namanya di salah satu SMA yang sangat dia hindari.

Yang di dekat rumahnya dia hindari, tapi SMA yang ini lebih dia hindari.

Eca memeriksa data orang yang mungkin namanya sama dengannya.

Awalnya Eca berharap itu orang lain yang namanya sama sampai ke mama panjangnya. Tapi dia salah, itu benar-benar dia.

Eca membuka mulutnya kaget, dia berkali-kali memeriksa datanya dan tidak ada yang salah, itu benar-benar dia.

Pasti ibunya tidak ada di rumah karna sedang mendaftarkan dia ke SMA itu.

Eca bingung harus senang apa sedih, dia berada di urutan ke 12 dari 29 kuota yang ada.

Itu aman untuk waktu yang tersisa 1 jam lagi.

SMA itu terkenal dengan anak anaknya yang berprestasi, tapi letaknya 9 km dari rumahnya.

Jalannya pun sangat aduhai.

Eca tau karna dia pernah lomba cerdas cermat di sana tahun lalu.

🐕💨

Pintu rumah terbuka, memperlihatkan ibu Eca yang baru pulang dari SMA itu.

Eca langsung menghampiri ibunya yang sedang menutup pintu.

"mamah kenapa ga nanya Eca dulu? Eca gamau sekolah disana!!", rengek Eca pada ibunya.

Ibu Eca hanya menatap Eca yang sedang tantrum akibat dimasukkan ke sekolah yang paling Eca hindari.

SMA itu terkenal dengan anak anaknya yang berprestasi, tapi letaknya 9 km dari rumah nya.

Eca sangat menghindari sekolah itu karna jalanan menuju kesana yang sangat jelek, apalagi Eca harus naik angkot dua kali.

Eca tahu itu karna dia pernah kesana untuk lomba cerdas cermat.

Nilai raport Eca yang lumayan bagus sia sia, ditambah dia harus mengorbankan 10 rb uang sakunya untuk membayar angkot.

Sungguh menyebalkan.

"kamu kegeser tadi di sekolah yang kamu pingin itu, nilai kamu ga cukup. Daripada kamu sekolah disitu mending disana."

Mendengar itu Eca langsung terdiam lalu kembali ke kamarnya.

🐕💨

Hari ini daftar ulang, Eca mau tidak mau harus ikut karna dia harus tanda tangan nanti.

Mood Eca sangat jelek saat berangkat, bahkan dia hanya memakai Hoodie dan celana jeans kulot.

Sudahlah moodnya jelek, dan jalanan yang rusak membuat moodnya menjadi amat sangat jelek.

Sesampainya di sana Eca menunggu namanya dipanggil untuk mengambil formulir pendaftaran.

Eca duduk di sebelah ibunya, dia melihat sekeliling. Sampai matanya berhenti di salah satu pria yang sedang berlatih futsal.

Eca menebak namanya adalah Riki, karna  itu terpampang jelas di punggungnya.

Awalnya wajahnya tidak terlihat karna dia membelakangi Eca.

Akhirnya wajahnya terlihat saat dia sedang mengejar bola yang mengarah ke gawang timnya.

Oke, sekarang Eca bersyukur dia akan bersekolah disini.

About us | ChaemuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang