Pulang sekolah, dan Eca terkena sedikit hantaman bola di wajahnya karna mengerjai anak-anak futsal minggu lalu.
Yura mengecek keadaan mata Eca yang sedikit membiru karna hantaman bola.
"Buset, Ca.... Itu mata lu udah kaya pake eyeshadow tau..."
Eca tertawa, lalu memegang mata kanannya yang biru.
"Ketawa anjir bocahnya," Yura menggaruk kepalanya sendiri karna heran dengan tingkah laku sahabatnya itu.
"Biasa itu, otaknya kena gara-gara ditinggal si Riki," Ririn mengatakan dengan nada acuh tak acuh.
Eca yang tidak terima langsung melempar sepatunya ke arah tas Ririn yang sedang di gendong.
"Tapi udah lapor ke guru, kan?" Tanya Arisa panik.
Eca mengangguk, "Udah, santai aja... Habis ini lapangan bakal anak basket yang kuasai."
Eca berandai-andai, lapangan sekolah akan dia dan teman-temannya pakai tanpa gangguan dari anak futsal jamet itu.
"Tapi, Ca. Lu udah sedeket itu sama kak Iki, kok bisa lupa secepet itu, Ca?" Tanya Yura yang heran karna Eca terlihat cepat sekali move on dari lelaki brengsek itu.
Eca menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu tertawa canggung, "Belum kok, belum move on..."
"Yeuu!!" Kata mereka bertiga kompak.
Malam ini ada latihan basket lagi. Eca mulai lupa dengan Riki karna kesibukannya 1 bulan terakhir ini. Ibunya pun tak henti-hentinya menanyakan hubungan Riki dan Eca setiap hari.
Tentu saja Eca muak, yang ibunya tahu Riki adalah anak baik, tampan, pintar, dan sempurna, apalagi sekarang Riki ketua OSIS, membuat ibunya makin tidak percaya dengan kelakuan Riki.
Sudah berkali-kali Eca bilang, bahwa Riki tidak sebaik itu, bahkan bisa dibilang brengsek. Padahal keluarga Riki sangat baik.
Minggu lalu, Ila; adiknya Riki yang masih kelas 2 SMP mendatangi Eca yang sedang latihan basket disekolah dengan sekotak kue.
"Teteh! Teh Eca!!" Serunya dari gerbang sekolah.
Eca yang tidak kenal siapa yang memanggilnya tidak berani keluar, Eca hanya berdiri di depan gerbang dan mulai mengobrol dengan Ila.
Ila memperkenalkan dirinya, lalu memberikan sekotak kue kering berbentuk hati dengan selai strawberry di tengahnya.
Eca awalnya bingung, tapi tak lama Ila menjelaskan siapa dia dan apa maksudnya dia kemari.
Ila minta maaf atas kelakuan kakak laki-lakinya itu, bahkan bersedia mengadu ke ibunya jika Eca mau.
"Teteh mau aa Iki dimarahin mamah?" Tanyanya polos.
Eca tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "Engaa, Kayla... Teteh gapapa kok..."
Ila menunduk sejenak, "Tapi cookies buatan aku di terima, ya? Jangan bilang aa Iki aku kesini. Ya, teh?"
Eca mengangguk, lalu menerima kue kering dari adiknya Riki melalui sela-sela gerbang sekolah, "terimakasih kue nya, Kayla... Semoga hubungan kakak kamu langgeng ya..."
Ila menggelengkan kepalanya dengan sangat keras, menandakan bahwa ia tidak setuju, "No, no! Ila gasuka sama pacar a Iki yang sekarang!"
Eca tidak ingin bertanya lebih banyak, dari perlakuan dan kata-kata Ila, Ila lebih menyukai Eca daripada Dela yang seumuran dengan Riki.
Eca mengajak Ila berjabat tangan tiba-tiba, "Mulai sekarang, Kayla temennya teh Eca, ya?"
Ila langsung mengangguk dengan semangat, dia pun menerima jabatan tangan Eca, "Iya, teh! Nanti kalau butuh apa-apa chat aku aja ya! Sebentar..."
KAMU SEDANG MEMBACA
About us | Chaemura
FanfictionBayangkan kamu sudah terbang tinggi, tapi dibanting dan di tiban satelit.
