Biasa saat eskul Eca sangat bahagia, tapi karna kejadian 3 hari lalu dia menjadi murung hari ini.
Ditambah lagi, pelatih basket sekarang diganti, padahal Eca sudah dekat dengan kak Herald.
Pelatih yang sekarang sebenarnya sama-sama bagus, tapi yang sekarang lebih galak sedikit.
Namanya... Shawn! Ya, Kak Shawn.
"Itu, nomor 14...Eca! Sini pemanasan!"
Pelatihnya tiba-tiba memanggilnya.
Eca yang sudah pw pun mau tak mau berdiri dan ikut pemanasan bersama teman-temannya.
Saat pemanasan, Eca merasa Shawn terus memperhatikannya.
Eca memperhatikan Shawn balik, dan anehnya Shawn tidak menoleh sama sekali ke arah lain, malah membuat Eca yang tersipu sendiri.
"Oke, pemanasan udah... Kebetulan hari ini Kakak bawa permen! Yang bisa ngelewatin kakak, terus masukin bolanya ke ring, dapet permennya."
Para anak-anak disana berdiskusi satu sama lain.
Eca yang saat itu sedang memegang bola basketnya langsung berdiri.
"Goceng kak."
Shawn terkekeh melihat keberanian perempuan satu ini, dia mengangguk dan menantang Eca.
Eca langsung mendribble bola basketnya menuju ring basket. Terlihat wajah Shawn yang meremehkannya.
Eca hendak melompat. Tapi, seakan peramal, Shawn lompat lebih dulu, membuat Eca terkecoh dan melempar bola ke arah lain.
Shawn tertawa sambil menepuk bahu Eca.
"Nice try adik kecil, lain kali coba lagi ya."
Shawn berjalan ke depan, kembali menantang anak yang lain.
Eca yang merasa di permalukan berjalan sambil menghentakkan kakinya ke pinggir lapangan.
Dia duduk di pinggir lapangan lalu melihat teman-teman yang lain mencobanya, dan tidak ada yang berhasil.
Jujur saja, Shawn lebih terampil bermain basket daripada Herald. Padahal Herald 2 tahun lebih tua dari Shawn.
Teman-teman yang gagal pun ikut duduk di pinggir lapangan bersama Eca, dan berbincang sambil menunggu Shawn selesai dengan ujiannya.
Shawn sudah selesai dengan tesnya, memanggil anak-anak yang berada di pinggir lapangan untuk mulai latihan, apalagi 3 bulan lagi mereka lomba.
Hari ini seleksi siapa saja yang akan ikut lomba.
Dulu Eca sengaja mengambil Jersey nomor 14, karna 1+4 = 5. 2005 adalah tahun kelahiran Riki.
Tapi sekarang, rasanya Eca ingin membuang Jersey itu jauh-jauh.
Saat sedang asyik latihan, bola futsal tiba-tiba menggelinding, mengenai kaki Eca dengan pelan.
Para anak basket itu menoleh ke arah datangnya bola futsal itu.
Benar dugaan mereka, itu dari anak futsal, yang kebetulan bolanya di tendang oleh Riki.
Eca yang melihat itu menjadikan ini kesempatan untuk mencaci maki Riki.
"HEH, SABAR KOCAK! GALIAT LAGI LATIHAN?" Seru Eca pada gerombolan futsal itu.
"LIATNYA CALON-CALON KALAH TANDING!" Riki berteriak pada Eca yang memegang bola futsalnya.
"FUTSAL KALI, KALAH TERUS GAPERNAH MENANG! HAHAHAH." Anak basket yang lain ikut tertawa karna perkataan Eca.
Memang benar, futsal sering sekali kalah tanding, bahkan basket sekolah mereka lebih sering lomba karna lebih bisa diandalkan.
"SEMBARANGAN KALO NGOMONG! MINGGIR, KITA MAU PAKE LAPANGANNYA." Seru Riki pada Eca.
Eca maju, memegang bola futsal yang di tendang pelan tadi.
"Gamau, wle." Eca tersenyum sinis sambil menatap wajah Riki yang merahnya sudah sama seperti jerseynya.
Eca sengaja terlihat menyebalkan, agar bisa balas dendam pada Riki yang lebih kurang ajar.
Riki hendak merebut bolanya, tapi Eca sebagai small forward di timnya tidak akan membiarkan itu terjadi.
Eca menjauhkan bola futsal itu dari Riki terlebih dulu, masih dengan senyum menyebalkan.
"Eitss, mau ngapain? Gua kira udah dikasih ke kita bolanya." Kata Eca sambil meledek Riki.
"Balikin, ca. Sebelum gua marah."
"Mau liat dong marahnya."
Diantara Eca berusaha terlihat menyebalkan atau memang ini sifat aslinya, karna sorot matanya pun ikut menyebalkan bagi Riki.
"Lo, marah sama gua, Ca?" Tanya Riki dengan wajah memelasnya.
"Kalo orang waras, mikir."
Eca berbalik tanpa mengembalikan bolanya dan melanjutkan berlatih basket.
"Ki, itu bolanya kaga dibalikin." Kata salah satu temannya yang menyenggol bahu Riki.
Riki menghembuskan napas panjang sebelum meneriaki nama Eca.
"ANANDA MEYSA ANEISHA."
Eca berbalik badan karna nama panjangnya yang di sebutkan dengan lantang.
"LETAKAN BOLANYA DI TANAH, SEBELUM SAYA BILANG KE GURU BUAT BATALIN ESKUL BASKET IKUT LOMBA."
Eca yang bingung menatap teman-temannya, termasuk pelatihnya yang menyuruh Eca mengembalikan bola futsalnya.
"Balikin, Ca..." Kata Shawn.
Eca menatap Riki, dan sedikit memiringkan kepala dengan senyum menyebalkannya.
Eca mendekat ke arah Riki, hendak memberikan bolanya pada Riki.
Riki pun tersenyum puas, layaknya seorang pemenang.
Eca berdiri di depan Riki yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengannya.
Dengan wajah yang masih tersenyum, Eca melemparkan bolanya ke kebun sekolah, yang jalan masuknya sulit kalau dari lapangan.
Riki menatap Eca dengan marah.
"MEYSA!"
"Apa, Riki?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Shawn
HEHE, MAKASIH YAA YANG UDAHH BACAA!!! I LUVYU SO MAC
KAMU SEDANG MEMBACA
About us | Chaemura
FanfictionBayangkan kamu sudah terbang tinggi, tapi dibanting dan di tiban satelit.
