27 | let me love you

5.2K 455 147
                                    

Raline

Samudera mengomel tadi pagi karena aku bersikeras ingin tetap bekerja. Well, memang kondisiku belum benar-benar pulih. Hidungku masih tersumbat dan suaraku agak bindeng. Namun sehari saja aku libur, pekerjaanku akan semakin menumpuk. Belum lagi, saat ini kami tengah mengembangkan strategi pemasaran, khususnya untuk produk-produk terbaru hotel. Aku nggak bisa beristirahat dengan tenang di saat aku tahu ada banyak sekali yang harus aku tangani.

"Oke, kalau gitu nanti kirim list content creator-nya ke saya," aku mengakhiri meeting dengan tim pemasaran yang menyampaikan ide-ide menarik yang mereka miliki.

Beberapa menyarankanku untuk bekerjasama dengan agency. Terpikir olehku menggunakan agency tempat Samudera bekerja. Namun aku takut hal itu malah membuatku kesulitan berkonsentrasi. Mengingat perasaanku pada Samudera bertambah kian besar seiring dengan berjalannya hubunan kami. Bukannya fokus pada ide-ide yang mereka ajukkan, aku malah sibuk terpesona oleh ketampanan pacarku sendiri.

Yeah, Samudera is the most reliable distraction.

"Bu Selena tadi berpesan agar ibu menghubungi beliau jika ibu sudah selesai meeting."

Aku mendongak, mengalihkan perhatian dari laporan yang tengah kubaca pada Ami. Dia berdiri di sebelahku sambil melanjutkan ucapannya. "Beliau bilang, ibu nggak mengangkat telpon beliau."

"Saya selalu silent hape kalau lagi meeting," lantas kukeluarkan ponsel dan mendapati ada satu misscall dari Mama. "Pasti mau ngomel nih kayak Iel," tebakku mengingat Samudera berkata Mama berpesan padanya agar aku menyembuhkan kondisiku terlebih dahulu sebelum kembali bekerja.

Ami mengulum bibirnya menahan senyum. "Kalau gitu saya keluar dulu, Bu."

Aku mengangguk. Menghubungi Mama begitu Ami menutup pintu. Di dering kedua, Mama menjawab telponku.

"Raline," suara Mama terdengar ramah. "Mama dengar kamu masuk kerja hari ini ya?"

"Informan Mama kan selalu bisa dipercaya."

Mama tertawa kecil.

"Mama harap kondisi kamu udah lebih baik sampai kamu mengabaikan perkataan Mama. Mama suka semangat kerja kamu, tapi Mama nggak suka kamu memaksakan diri di saat kondisi kamu sedang nggak sehat."

"I'm better now," balasku. "All good, mom."

"Of course, habis dirawat sama pacar sendiri," sahut Mama dengan nada suara mengejek.

Aku mengulum bibir. Nggak bisa menahan senyum. "Mama nggak ngomong yang aneh-aneh sama Iel kemarin, kan?"

"Raline," Mama menghela napas. "Kamu pikir Mama orang tua seperti itu?"

"No," Aku menggeleng. "I mean, aku nggak mau Iel ngerasa terbebani karena Mama tahu hubungan kami."

"Kamu berpikir Samudera akan terbebani kalau Mama tahu?"

"Samudera masih muda. Dan hubungan kami baru seumur jagung," jelasku. Aku percaya Samudera serius padaku. Namun aku nggak mau membebaninya dan membuatnya berusaha terlalu keras. I mean, Samudera harus sedikit lebih rileks agar dia lebih menikmati kebersamaan kami. "You know what I mean, Mom."

"I get your point, honey. Cuma menurut Mama, Samudera sama sekali nggak merasa terbebani. Dia kelihatan serius sama kamu."

"He is," aku berhenti sejenak menggigit bibir.

"But?" Mama tahu masih ada yang ingin kukatakan.

"But ... Samudera nggak perlu berusaha terlalu keras."

Closer Than ThisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang