42 | right here

3.6K 404 121
                                    

Raline

Raline
Updates : you know what, gue hampir aja ketahuan ciuman sama nyokap lo!!!

Samantha
What?!!!
Kok bisa??

Raline
Blame your brother for that one
Iel tiba-tiba back hug gue pas lagi baking
Terus ... ya ... karena kebawa suasana, kami hampir ciuman!

Samantha
Hahaha
Itu mah bukan salah adik gue doang.
Lo juga yang lemah
masa mau dicium berondong di rumah orang tuanya langsung kebawa suasana sih?!

Raline
Whatever
Sekarang gue nggak tau gimana caranya natap mata nyokap lo!!!

Samantha
Yeah, that's your problem, darl.
Gue bantu doa aja dari sini ya.

Raline
Tha, you're not helping!

Samantha
Have fun!

Aku mendesah. Mengutuk Samantha yang alih-alih memberiku saran—malah tampak menikmati penderitaanku. Tidak berbeda jauh dengan kakaknya, Samudera juga tenang-tenang saja. Dia sama sekali nggak terlihat malu, atau pun canggung karena apa yang barusan terjadi. Sementara aku, aku rasanya ingin menenggelamkan diriku ke dasar laut dan menghilang sampai Mami melupakan yang ia lihat.

Karena makanan sudah siap, Mami mengajakku ke meja makan dan meninggalkan cookies yang belum matang biar di-handle oleh Bi Sari. Selama itu, aku hanya diam dan merasa sangat canggung. Biasanya aku selalu bisa menyenangkan suasana. Apalagi pada Mami. Namun sekarang, aku nggak tahu harus mengatakan apa.

Samantha benar, kenapa sih aku lemah sekali kalau sudah berurusan sama Samudera?

Aku lebih tua darinya, seharusnya aku lebih berpikir waras.

"Raline, kok diam aja?" tanya Mami yang membuatku mengerjap kemudian menyimpan ponsel di dalam tas. "Makanannya nggak selera Raline, ya?"

"Oh—" aku buru-buru menggeleng. "Nggak kok, Mi. Raline suka." Kuraih sendok dan mulai memasukkan nasi dan lauk ke dalam mulutku. "Masakkan Mami mana pernah nggak enak."

Mami tersenyum lembut. "Syukur, deh. Mami udah lumayan lama nggak masak. Biasanya Bi Sari aja, karena Mas Iel nggak bolehin Mami capek-capek. Tapi kali ini Mami bersikeras masak, soalnya Raline mau ke sini."

"Raline mau bilang nggak usah repot-repot, tapi masakkan Mami enak banget," kataku jujur. "Makasih ya, Mi. Udah masakkin makanan seenak ini buat Raline."

Mami memandangku dengan tatapan keibuannya. Membuat hatiku menghangat dibuatnya. "Nggak repot, Raline Sayang. Malah Mami happy banget."

Kami berdua terkekeh. Sedikit banyaknya hal itu mengurangi kecanggunganku. Mami sepertinya menyadari aku masih kepikiran soal tadi—maka dari itu, beliau terus mengajakku mengobrol hal-hal ringan. Sekali-kali Samudera akan menimpali jika pembicaraan kami dimengerti olehnya.

Selesai makan siang, kami bertiga duduk di ruang keluarga sembari menikmati cookies yang sudah matang. Lalu Mami tiba-tiba berceletuk. "Oh, iya. Raline mau liat foto-foto Mas Iel waktu masih kecil nggak?"

"Mauuu."

"Mi, please,"

Aku dan Samudera bicara berbarengan namun dengann ekspresi yang berbeda. Samudera tampak keberatan, sementara aku excited sekali. Mami sudah pernah menawarkanku untuk melihat album foto-foto keluarga. Tetapi Samantha melarang karena dia nggak mau aku melihat aib-aib masa kecilnya.

Mami berdiri ragu, menatapku dan Samudera bergantian. "Nggak apa-apa, Mas Iel. Mas Iel waktu kecil sama gantengnya kok kayak sekarang."

"I have no doubts, Mi." Kekehku.

Closer Than ThisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang