34 | take me

3.6K 494 157
                                    

Raline

I love my big family. Meskipun hanya berdua dengan Mama, adanya keluarga Mama yang lain membuatku tak pernah merasa kekurangan kasih sayang. Para Om-ku memberikanku kasih sayang seorang ayah. Para Tante-ku pun sangat peduli padaku. Begitu pun sepupu-sepupuku yang nggak pernah membuatku merasa kesepian.

Tetapi, seperti keluarga konglomerat lainnya, mereka lebih menyukai bila anggota keluarganya memilih pasangan yang setara.

Sebab itu, aku sedikit mengkhawatirkan Samudera malam ini. Dia belum benar-benar tahu bagaimana cara menghadapi keluargaku. Setiap orang memiliki karakter dan pandangan yang berbeda. Dan perbedaan itu juga ada dalam keluargaku. Tante Jess agak demanding soal ini. Itu juga yang menyebabkan Kak James—yang sudah berumur 36 tahun, belum kelihatan akan melepas status lajangnya.

Dulu ada satu perempuan yang Kak James seriusi, namun sayangnya tak mendapatkan restu dari Tante Jess. Aku nggak tahu alasan Tante Jess menentang hubungan mereka—yang pasti, salah satu alasannya karena perempuan itu nggak sekufu dengan Kak James.

Well, latar belakang keluarga Samudera baik. Keluarga Mami juga memiliki Firma Hukum. Samudera sempat disarankan untuk mengambil jurusan Hukum sewaktu akan berkuliah agar bisa bergabung ke Firma Hukum keluarga Mami. But as we know, Mami dan mendiang Papi Steven bukan orang tua yang seperti itu. Mereka membebaskan Samudera memilih apa yang diminatinya.

And Samudera did very well with his job. Cuma, yeah, para boomer belum benar-benar menyadari betapa pentingnya kreativitas di zaman sekarang. Bekerja di bidang tersebut, masih mereka pandang sebelah mata.

Aku nggak mau Samudera diremehkan karena ketidaktahuan mereka. Apalagi sampai dibandingkan dengan Andrew yang jelas berbeda dengan Samudera. Buatku, Samudera lebih baik dari Andre. Jauh lebih baik dari pria mana pun.

Pintu ganda besar itu terbuka, dan aku bisa merasakan beberapa tatapan berpaling pada kami begitu aku dan Samudera memasuki ballroom. Dekorasi yang mewah sangat Tante Jess sekali. Alunan musik klasik mengalun dengan indah.

Aku nggak pernah gugup saat menjadi pusat perhatian. Sekarang pun, bukan perasaan gugup yang kurasakan, melainkan khawatir.

Ketika aku menaikkan pandangan pada Samudera untuk memeriksa keadaannya, dia sama sekali nggak kelihatan nervous. Malah dengan percaya diri Samudera merangkul pinggangku selama kami berjalan.

"Everyone is looking at us," bisik Samudera tanpa menatapku.

"Oh, clearly," anggukku.

Jika Samudera sepercaya diri ini, nggak seharusnya aku menunjukkan kekhawatiranku. Seperti yang Samudera katakan. Aku harus mempercayai Samudera menangani ini.

Well, Karena terbiasa menjadi orang yang bisa dia andalkan sejak Samudera masih remaja—yeah, dulu aku adalah Kak Raline yang selalu ada untuk menolongnya. Beberapa kali aku membantu Samudera mengerjakkan PR saat dia masih sekolah. Membelikannya hadiah-hadiah ketika dia menang lomba. Dan menjadi orang yang menghiburnya sewaktu Samudera kehilangan Papi Steven. Bisa dibilang, aku berusaha berperan sebagai kakak yang baik untuk Samudera. Sebab itu, naluri melindungi Samudera sulit kuabaikan.

"You good?" tanyaku.

Samudera tersenyum untuk menenangkanku. "Very good."

Aku balas tersenyum. Lantas menampilkan kepercayaan diri yang sama seperti Samudera sambil mengangguk pada wajah-wajah familiar yang menyapuku, dimana juga diselipi ekspresi penasaran dari mereka.

"Raline! Hi!" sapaan itu praktis menghentikanku dan Samudera.

Sesosok wanita bergaun merah dengan potongan dada rendah mendekati kami dengan senyum lebar dan ekspresi hebohnya.

Closer Than ThisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang