2 K

914 58 1
                                    


Pada kenyataannya kejadian yang ditulis oleh autor sialan itu— hanya sebuah kronologi yang membawa Raycane pada pernikahan aneh yang ia jalani sekarang. Pernikahan yang sama sekali tidak ia bayangkan dalam mimpi nya. Ini sedikit sulit, namun Raycane mencoba menjadikan ini sebagai pernikahan sekali seumur hidup seperti yang ia janjikan pada Ibunya.

Semoga saja ia bisa mengalahkan egonya sendiri demi pernikahan ini.

Raycane kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti pada pertengahan anak tangga, untuk sejenak menatap bingkai besar yang terpajang foto pernikahannya dengan si bocah konyol itu.

Ia meletakkan tas kerjanya di meja makan dan duduk dengan tenang menikmati secangkir kopi yang telah di sediakan oleh ART. Nikmat pagi yang menurun dari Ayahnya.

Mata Ray menoleh ke arah tangga melihat seorang remaja pendek turun dengan wajah lempeng, bahkan tak melirik nya.

"Kemarilah Awan" panggil Ray menyerukan nama pasangan hidupnya itu.

Langkah Awan terhenti dan menoleh melihat Ray dari ruang tamu, menatapnya dengan tatapan mata dan senyum meremehkan.

"Kenapa? Mau merusak bagian mana lagi? Sudahlah, aku akan terlambat" ucapan singkat dan sedikit membuat Ray merasa bersalah.

Entah apa pula tujuan Ayahnya menjodohkan ia dengan seorang bocah sekolah menengah, ini membingungkan.

Raycane tak menyalahkan siapapun dalam hal kali ini, semuanya murni kesalahan nya yang memasrahkan semua yang Ayahnya inginkan. Bahkan ia pun baru bertemu calon pasangannya itu sesaat sebelum pemberkatan.

Ia juga tak menyalah kan Awan. Bocah itu benar bahwa ia telah merenggut masa muda nya, kebebasan nya, dan status yang seharusnya tidak ia emban pada umur semuda ini.

Hilang sudah selera makan nya, mengambil kembali tas kerja pada sisi kiri dan berdiri untuk langsung ke perusahaan. Di dalam mobil pun hanya di isi sunyi mengingat ia tak pernah menyukai jenis musik apapun.

Sampai di perusahaan pun masih terasa sangat sepi, bahkan ini masih terlalu pagi untuk para karyawan masuk. Dan Raycane memutuskan langsung menuju ruangan nya di lantai sepuluh.

Memeriksa kembali beberapa file dan berkas yang masuk pada e-mail nya.

***

Sementara sisi lain Awan berdiri di depan ruangan BK, mungkin ia kan kembali mendapatkan surat dipensasi untuk yang entah ke berapa kalinya.

Awan mendorong pintu ber cat putih yang mulai menghitam itu.

"Assalamualaikum, Cogan se angkasa raya kembali lagi ber silturahmi ke ruangan Bapak Anas yang kesepian ini" ujarnya denagan cengiran tengil dan duduk berhadapan dengan Si Anas pemegang kunci kemaslahatan rakyat sekolah.

Si Botak M pun menatap jengah muridnya yang selalu bermasalah ini.

"Sudah lah Awan. Kau ini perbaikilah sikapmu, nilai mu, dan beberapa prestasi yang kamu miliki. Ini bukan sekedar peringatan Awan, Bapak tak masalah mengeluarkan berlembar kertas untukmu jika kau masih menginjak kelas IX atau kelas X, tapi ini sudah kelas duabelas. Berhenti lah Awan jangan bermain lagi jika kau benar-benar ingin lulus" ujar Pak Anas panjang. Dan menyodorkan surat dispensasi untuk Awan.

Seketika wajah Awan membeku melihat amplop putih yang disodorkan oleh Pak Anas. Semua pergerakan nya sekarang terpantau oleh Dad nya, dan tentunya si perempuan gila itu.

"Bapak mohon untuk kali ini benar-benar wali mu yang datang kemari Awan. Dan silahkan kembali ke rumah, datanglah lagi besok ke sekolah"

Biasanya sih yang datang hanya orang bayaran yang entah dari mana si manis pungut. Seperti tukang ojek, driver makanan online, supir taksi, pedagang martabak, penjual cireng.

ANOTHER Marriage (FEMDOM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang