19k

313 46 7
                                    

"Kau masih di kantor?" tanya Ray pada sekretaris nya di seberang telepon. Diantara kepala dan pundak nya terhimpit handphone, dengan jemari terus menari diatas keyboard.

'Yaiyalah, lo kira gue yang punya perusahaan!'

Setelah sekian lama akhirnya ia kembali menelepon sahabat sekaligus saudara gilanya itu.

'Gimana? Lancar?' tanya si dangdut di seberang telepon. Seolah mengerti kerterdiaman Raycane.

Ray menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi, lalu memutar nya untuk membelakangi meja menikmati  hamparan halaman luas hijau yang teramat nyaman dipandang.

"Mulai. Bagaimana kabar mu di Sydney? Masih dengan perempuan bikini?" tanya Ray membuka obrolan, entah mengapa rasanya sekarang ia menginginkan seseorang untuk mengajaknya bicara.

'Mulut bajingan mu tidak berubah ternyata RayBajinganCane! Ayolahh, aku mencoba move on! Sialnya lagi kemarin aku bertemu dengan suaminya! Benar-benar mengesalkan!' oceh Antonio di seberang.

Tangannya tak henti memukul berkali-kali sumpit pangsit yang baru saja dipesan nya di resto depan perusahaan.

Ray tertawa kecil, waktu berlalu begitu cepat. Tidak ada lagi perdebatan kecil antara Ray dan Antonio yang kalah dalam permainan uno, atau teriakan frustrasi Ray kala saling mengejar rutinitas basket sore nya.

"Bertemu suaminya? Tak membayangkan wajah idiot mu itu!" ujar Ray menahan tawa.

Pada awalnya ia sedikit heran dengan sepupunya ini, ia sadar sepenuhnya perkataan sadis yang terkadang keluar dari ucapan nya menyakitkan untuk sebagian orang.

'Idiot mata mu ijo neon! Suaminya salah satu investor cabang perusahaan Dad ku! Sialan!' curhatan hati seorang pria penggila bikini.

Di tengah mendengarkan keluh kesah An, Raycane tak menyadari kedua bola mata boba yang mengintip dari balik celah pintu yang terbuka.

Dengan langkah lambat serta penuh ke hati-hatian si manis mendekati punggung lebar yang memunggungi nya. Telapak tangan nya menepuk dada pelan beberapa kali, berusaha menenangkan detak jantungnya yang ribut. Ray masih sibuk dengan seseorang di seberang, bahkan tak menyadari atensi nya.

"Kau menyapa nya?" tanya Ray, seolah mengejek penderitaan si dangdut. Wajah konyol seorang Antonio tergambar dengan jelas di dalam benak nya.

'Demi formalitas! Bajingan bodoh—'

Sebuah BackHug, membuat Raycane mengabaikan panggilan telepon Antonio yang masih tetap mengoceh.

Jemari Raycane mengelus perlahan lengan yang terlapis piama tidur motif dino berwarna dongker. Wangi lembut nya membuat Raycane memejamkan maniknya yang terlapis lensa baca.

"Awa minta maaf Rayy, Awa so sorry"

Rengekan Awan, membawa Ray menuntun tubuh kecil itu untuk masuk ke dalam pangkuan hangatnya.

Awan merunduk kan wajahnya, tak berani menatap Ray. Ia merasa berdosa dengan perbuatan nya tadi.

"Sudah selesai sedih nyaa?" tanya si dominan dengan intonasi lembut.

"Sudahh"

"Makan malam nya sudah dimakan?"

"Sudaa, sudah Awa makan" jawab si manis, jiwanya sedikit terintimidasi mendengar suara dominan nya yang terlampau rendah.

"Apa Ray sudah boleh bicara dengan Awa sebentar?"

"Umm!"

Setelah jawaban terakhir Raycane di jawab si manis, dengan ringan nya ia menggendong tubuh submissive nya untuk kembali ke kamar utama. Perlahan tubuh kecil itu ia letak kan pada ranjang, dan ia mulai berbaring di samping si manis dengan nyaman.

Jantung Awan bergemuruh ribut seolah ingin mendobrak keluar, nyali nya kian menciut kata tatapan tajam Ray seolah ingin menelan nya hidup-hidup.

"Kemari" dengan sekali tarikan tubuh Awan masuk dalam dekapan Ray.

"Boleh tolong ceritakan apa yang sebenarnya terjadi sebelum Ray pulang"

Menceritakan? Perkataan Ray tak semudah itu untuk Awan turuti, perkataan kasar Tante merah tadi siang masih membekas di dalam benak nya yang teramat labil.

Dengan sengaja jemari Ray bergerak mengelus punggung si manis sebagai sirene pertanda semuanya akan baik-baik saja.

"Kakk, jawab dengan jujur. Awa jelek ya?"

Usapan halus pada punggung Awan melambat, tak ayal tatapan mata tak terima Ray setelah pertanyaan itu keluar dari mulut si manis.

"Nama mu saja sudah setinggi dan sepantar dengan ciptaan Tuhan yang begitu indah, sayang. Dann— Jelek? Ia mengatakan hal itu?"

Anggukan pelan terlihat begitu lucu, Awan berikan untuk jawaban serta pertanyaan Ray yang begitu indah. Mata boneka nya berkedip serius menatap wajah Ray serta kedua pipi yang menggembung memainkan udara.

Sementara si dominan menahan senyuman menyaksikan serangan si manis.

"Sungguh?! Ahh, besok aku akan membawakan nya kaca ke hadapan muka nya! Besok bantu Ray memukulnya ya sayang" ujar Ray.

Tawa si manis mengalun, gaya bicara Raycane menurutnya seperti berbicara dengan anak kecil. Pelukan Ray juga sungguh tempat terhangat nya yang selama ini ia cari.

"Tidak boleh Ray, tidak baik itu" tutur nya dengan tawa kecil yang masih mengalun.

"Tadi Awa liat video Kak! Katanya kalau kita sudah berhubungan serius kita harus sering–sering DeepTalk" lanjutnya, kedua alisnya sedikit menyatu manatap serius Ray yang tengah bermain dengan rambut ponny nya.

Ray menghentikan gerakkan jemari nya, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada Awan. Deep Talk? Ia rasa tidak begitu buruk.

"Deep Talk?" tanya Ray memastikan.

Anggukan semangat jawaban dari si manis.

"Kita jujur-jujuran Kakk, kata Asta temen sekolah ku begitu"

Raycane tak menjawab, namun tangan nya terulur untuk mematikan saklar lampu kamar. Hanya temaram lampu tidur yang menjadi penerangan kedua insan itu.

"Baik, kamu yang mulai"

ANOTHER Marriage (FEMDOM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang