21k

320 43 6
                                    

Lamuanan panjang Awan berlanjut hingga pagi ia siap dengan seragam sekolah nya. Jemari nya mengapit sendok teh kecil yang terus berputar selama lamunan nya.

Lalu bagaimana dengan cita-cita nya? Apakah ini pengorbanan untuk kesekian kalinya? Setelah sejauh ini langkah yang ia ambil untuk segalanya.

Awan menoleh kala mendengar suara langkah kaki turun dari tangga. Perasaan nya mencelos kala bersibobrok tatap dengan Raycane yang terdiam pada pertengahan anak tangga.

Suaranya terasa tercekik di ujung tenggorokan. Hanya sekadar sapaan ringan saja hatinya kembali ragu untuk bersikap, atau mengatakan sesuatu dari mulutnya.

Dengan gerakan cepat tangannya meraih tas yang ia taruh pada ujung meja makan, tatapan Awan tak lepas dari kedua manik tajam Raycane yang membidik nya dari ujung tangga.

Hatinya gugup, pikirannya kalut. Entah kemana semangat nya kemarin untuk memperbaiki hubungan ini.

£££££££

Deep Talk?

Trauma terbesar Raycane kali ini. Apa begini hasil kejujurannya semalam? Seperti inikah hasil dari pembicaraan semalam? Jika semuanya jawabanya adalah IYA, mungkin ia tak akan pernah menyetujui permintaan si manis semalam.

Dalam diam Ray mendekati meja makan, menatap dalam secangkir teh yang mulai mendingin termakan waktu dan sepi.

Jemari nya mengait telinga cangkir dengan perlahan meneguk cairan hijau yang teramat nyaman mengalir dalam tenggorokan nya yang terasa begitu kering.

"Pas. Terimakasih banyak, sayang" ucap nya pada riuh sunyi memeluk erat jiwa nya yang kembali terlelap dalam kesendirian.

Agaknya ucapan nya terlampau jauh untuk mengatakan segala sesuatunya yang sebenarnya terjadi.

Langkah jenjang itu berlalu keluar meninggalakn mansion. Jadwalnya padat untuk hari ini, ia harus menghadiri beberapa pertemuan besar di kota tetangga lalu kemudian kembali mengecek dan mengerjakan beberapa berkas persetujuan yang membutuhkan nya.

Ia harap emosinya ikut larut dalam kesibukan nya hari ini.

££££££

"LO GILA?!!" bentak Asta mendengar semua perkataan yang keluar dari mulut sahabat pendek nya.

Awan menunduk dengan ekspresi serta tatapan mata pilunya.

"Entahlah, gue nggak nyangka semuanya jadi makin rumit kayak gini" balas Awan, wajah nya menelungkup pada lipatan tangannya.

Tepukan empati Awan dapatkan.

"Semuanya ngga bakal serumit itu Wa. Coba dengerin gue dulu sini" perintah Asta menarik pelan pundak Awan, ia tak menyangka hubungan pernikahan sahabatnya berlangsung hingga sekian lama. Ia mengerti posisi Ray disini juga sama sulitnya dengan memilih diantara kedua pilihan terpenting.

Awan menoleh menatap kosong sahabatnya itu, "Gimana? Gue pusing Ta! Bener-bener pusing!"

Surat persetujuan keluarga akan segera dikeluarkan oleh pihak sekolah entah itu dalam hitungan hari atau jam. Dan yang lebih mencengangkan lagi pembagian nya yang secara mendadak membuat para siswa terkejut. Beberapa yang lain mungkin menantikan dengan semangat kertas persetujuan itu, namun tidak untuk Awan.

"Kuncinya ada di lo sendiri Wa. Menurut gue disini Ray benar kok! Coba disini lo coba sedikit ngerti sama keadaan nya deh, dia nggak bisa pisah sama lo Wa!. Dan liat peluang nya, lo masih bisa kan kuliah walaupun itu ngga di universitas luar negeri. Dengan lo milih buat ke univ luar, sama aja lo bentuk pikiran Ray kalo sebenarnya perjuangan dia selama ini ngga ada gunanya! Lo pinter kan! Ngga mungkin hal kaya gini aja lo ngga paham! Otak dipake!" cetus Asta panjang lebar, mencoba memberikan masukan untuk sahabat pendek nya itu. Dada nya naik turun setelah menyelesaikan rentetan panjang nya.

ANOTHER Marriage (FEMDOM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang