23MpDL

337 46 12
                                    


"Ah iya!" ucap Ray, dengan tangan yang mulai merogoh saku celana kantornya yang belum ia ganti hingga sekarang pukul tujuh malam.

Awan terdiam melihat tingkah dominan nya Itu. Ia berhasil menjadi seseorang yang egois, ia berhasil menjadi menghancurkan seseorang dengan cinta nya yang tak terhingga di hadapan nya ini.

Senyum Raycane terulas lebar. Di telapak tangan kanan nya terbuka sebuah kotak berwarna burgundi dengan kilauan merah darah yang begitu indahnya menyapa mata si manis.

"Tadi aku teringat dirimu. Hehehe, ku mohon terimalah ya. Tak apa jika kau tak mau mengenakan nya, simpan saja, kau pasti akan semakin cantik dengan leher terhias dengan kalung ini. Maaf"

Awan memperhatikan senyuman Ray, tingkah laku, serta logat kikuk nya yang bahkan baru ia ketahui kali ini. Ucapan Asta terlintas di pikiran nya.

Makhluk tuhan sebaik ini yang malah bernasib sial harus terikat dengan nya. Entah mengapa kali ini hatinya tak rela melihat senyuman itu. Dominan nya kembali menunduk menatap penuh pada dua kertas yang kembali di ambil nya.

"Pasti kau sangat bahagia ya, sayang? Aku yakin seribu persen, pasti Iya"

Suasana menjadi kian senyap mematikan ruang diantara keduanya, detik jam semakin kian terdengar nyaring dilengkapi rintik hujan yang baru beberapa saat turun.

"Hati ku kenapa begitu jahat padamu, rasanya masih beberapa saat lalu aku menawarkan mu sarapan pagi bersama untuk pertama kalinya"

"Aku lah yang seperti nya bermasalah.  Pasti kau akan sangat bahagia, sayang. Tidak ada lagi perdebatan, tidak ada lagi teguran, tidak ada lagi aku yang merusuhi pagi mu, tidak ada lagi pembahasan-pembahasan runyam tentang hubungan Kita"

Raycane masih tetap pada senyuman nya, air mata tertahan yang mau tak mau perahan merembes.

Manik nya menatap penuh kedua mata cantik milik dunia nya, manik indah dengan cahaya alami nya, manik yang selalu kembali menjatuhkan nya berkali-kali pada seseorang di samping nya kali ini.

"Aku— aku—" helaan napas kasar kasar Ray menghentikan perkataan nya.

Disentuhnya pipi lembut milik Awan dengan penuh kasih serta kehangatan, "Aku akan menepati semuanya, itu adalah janji ku bukan? Akan ku kembalikan semua yang Kakek mu miliki padamu. Agar, kau tak merasakan kesusahan. Semuanya sudah ku tepati"

"Harta, rumah, perusahaan, segala aset yang beliau pindah tangan kan sementara pada ku"

"Begitulah yang sesungguhnya terjadi, sayang. Aku bersumpah semuanya masih utuh dan tak pernah tersentuh oleh ku"

"Kau tau. Sebelum menikahi mu aku menyetujui perjanjian gila, bahkan tak ada untungnya pada ku. Semua bisnis, tanggung jawab, serta kewajiban mu dahulu semuanya dialihkan atas namaku"

"Ku kira semuanya akan berjalan lebih baik dari yang ku kira. Tapi ternyata aku salah besar kali ini. Maaf  aku baru memberi tau mu pada saat seperti ini. Aku hanya mencoba jujur"

"Sekarang aku tak mengharapkan apapun lagi, jawaban mu sudah di tangan ku. Hati ku benar-benar jahat sayang, ia menginginkan mu yang sekarang mulai kelabu dalam genggaman ku"

"Rumah ini sudah larut. Persis seperti yang kau katakan. Kaki ku pun benar-benar patah hanya untuk kembali merayu hati mu. Rasanya dadaku sesak, jiwa ku terimpit"

Ray menggigit bibir bagian dalam nya,

"Selamat ya, aku merasa terhormat semata menjalin hubungan suci dengan mu"

Raycane berlalu begitu saja dari ruang keluarga, tanpa menghiraukan si manis yang masih terdiam pilu sendirian berselimut hening malam.

Ia belum bisa menggugat si manis begitu saja. Hati nya berat, tertinggal jauh terjerumus pada pelukan cinta yang menjuntai menariknya. Ia akui dengan sepenuh nya, hal ini terlampau egois untuk dibicarakan.

Tubuh nya ia istirahatkan sempurna pada empuknya ranjang, sesekali mata nya berkelip perih memicu aliran cair dari belah mata nya. Tak ada isak kan hanya dada nya saja yang terasa berdenyut sakit.

DRTTTT

Perhatian Raycane teralihkan dering handphone yang bernada panggilan masuk. Ibu jari ray menggeser icon hijau, lalu beberapa kali berdeham memulihkan suara nya.

"Ya?"

Ray mengeryit bingung, suara gemrusuk di seberang tak menjawab pertanyaan penasaran nya.

'Dad ku baru membeli stok kenikmatan baru bitch! Kemari lah!' si sialan penggila bikini memang yang terbaik.

"Tunggu, aku bersiap cepat"

Tubuh limbung nya ia bawa berjalan cepat menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri dan bersiap untuk ke rumah sepupunya itu.

Dibawah guyuran shower yang terasa seperti rintik hujan Ray memejamkan mata nya, menikmati sentuhan permukaan air dingin yang meleleh, seolah menari di atas permukaan kulit nya. Berharap pening, serta ribut di dalam kepalanya perlahan luruh bersamaan dengan rintik air.

Hidup terlalu mengerikan hanya untuk sekadar di bayangkan di dalam kepala, segala hal yang terjadi bukan berarti hanya tentang rasa sakit. Semua butuh proses yang panjang dan barulah menjadi pelajaran.

Sungguh, otak nya ingin meledak malam ini.

Bermodal kaos hitam pendek dan celana hitam yang sangat terkesan santai, Ray meraih kunci mobil tak lupa pula handphonenya.

Hp nya kembali berdering ramai, layar menampilkan nama si ungu dangdut yang sepertinya sudah tidak sabaran.

'Cepat bangsat!' teriakan Antonio memekak kan kepala. Sungguh jika bukan karena kepala nya pening mungkin sudah terjadi perdebatan sekarang.

Ray berdecih pelan lalu dengan santai nya berlari kecil menuruni anak tangga dan melewati ruang tamu begitu saja, tanpa menoleh atau menghiraukan seseorang yang masih terdiam di sofa.

Sementara Awan yang terkejut melihat pasangan nya berlari dengan cepat, mencoba mengejar. Air mata nya kembali meleleh deras, biasanya Ray akan meiminta izin atau sekadar memberi tau nya jika ingin keluar. Hati nya resah, bingung, dan malah diabaikan seperti ini.

"RAYYY!!! RAY MAU KEMANA?!!"

Namun usahanya ternyata pun sia-sia mobil si dominan telah melaju dengan cepat meninggalkan pekarangan.



Dalam beberapa waktu dekat cerita ini berakhir🙃 thank you so much guys, atas dukungan nya.

With Love

Btw, ngga mungkin ada cowok yang baca beginian kan?

ANOTHER Marriage (FEMDOM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang