11k. fuck

782 50 5
                                    


"Itu hati-hati tangannyaaa, tajem loh itu parutan keju nya" ujar Awan memperingatkan. Louis masih sibuk dengan acara memarut keju, padahal Awan sudah melarangnya tadi.

"Iya, iyaa! Ish Loui sudah besar tauk!" gerutu Louis. Ia ingin membantu Awan membuat kue, tapi Awan terus melarangnya.

Sementara Awan yang masih sibuk dengan Mixer dan adonan kue.

"Tadi Loui menelepon Kak Ray tauk, katanya dia mau pulang nanti sore! Jadi nanti kita kasi bagian juga untuk Kak Ray"

Ahhh, Raycane ya. Ia kira akan selama itu pasangan nya mengurus pekerjaan di Swiss. Swiss merupakan salah satu negara yang masuk dalam list perjalanan panjang nya, untuk ia kunjungi.

"Loui ingin mengunjungi kota Sarajevo untuk kedepannya seperti nya seru sekali, Kakak Ipar ingin ke negara mana yang menjadi impian Kakak untuk di kunjungi?"

Awan melirik Adik iparnya dari ujung matanya, senyuman terbit dengan tenang nya bersama dengan tangan nya yang sibuk mengaduk adonan dengan mixer.

"Kakak ingin ke Swiss sebenarnya, tapi sepertinya itu hanya mimpi semata. Kakak takut untuk bermimpi tinggi lagi Dek"

Louis mencelos mendengar perkataan yang keluar dari mulut Awan, apa ia perlu mengatakan hal ini pada sang Kakak. Sepertinya perlu, Awan begitu baik padanya dan ia ingin membalas semua perhatian dan perlakuan baik Awan selama ia disini.

Biarlah tentang urusan pernikahan, peran nya sebagai seorang adik cukup sampai disini. Biar keputusan apa yang pada akhirnya kedua orang itu ambil. Ia akan mendukung apapun itu.

"Uhh?! Loui juga ingin! Heheh"

Kegiatan kedua manusia itu berlanjut hingga kue keju itu matang.

****

"Aku pulang" ucap Raycane dengan wajah yang kuyu seperti kurang tidur, ia berjalan pelan mendekati meja makan yang masih kosong. Menarik kursi lalu kemudian duduk, Ray membuka tas kerjanya yang berisi seperangkat perlengkapan laptop dan beberapa berkas yang ia bawa pulang.

Koper miliknya ia serahkan pada ketua ART, ia benar-benar lelah untuk satu hari gila kemarin. Ia hanya mengurus beberapa bagian yang memang benar-benar harus di kerjakan di negara itu, dan semua sisa nya ia bawa pulang.

Ray memakai kaca mata baca nya, dan membuka beberapa file di dalam map. Jika dikata ia lelah, memang. Ia lelah, tapi bagaimana lagi ini tanggung jawab nya.

"Sial" umpat nya kesal, dengan tangan yang mencoret beberapa kertas dengan pena bertinta merah.

Raycane membuka handphone dan menelepon sekretaris Wang untuk mengecek data aneh yang ia terima dari sekretaris perusahaan Ayah nya.

"Wang"

"Bantu aku memeriksa beberapa berkas, aku sangat pusing. Buatkan pula folder baru, data yang ku baca benar-benar berantakan"

"Ya, terimakasih"

Ray menutup panggilan begitu saja lalu menelungkup kan wajahnya diatara lipatan tangan, ia akan tidur sebentar sambil menunggu sekretaris nya.

Selang beberapa waktu Ray terlelap Awan berjalan menuruni tangga ia berencana memasak untuk makan malam, melihat sekarang sudah pukul enam malam. Sebelum si pengrusuh bangkit dari acara nonton horor nya.

Mata milik Awan memicing, menatap penuh penasaran punggung lebar yang tengah menelungkup di meja makan. Awan mendekati Ray dengan langkah pelan, takut mengganggu.

Bisa dilihatnya beberapa kertas berserakan di meja makan dan laptop yang masih menyala menampilkan data Excel yang tidak ia pahami.

Penampilan Ray sangat berantakan. Rambut pendek yang mencuat berantakan, kemeja putih yang kusut pada area punggung ke bawah. Awan hanya diam berdiri di belakang kursi yang di tempati Raycane.

Dengan perasaan gundah dan hati yang bergemuruh kuat, perlahan tangan Awan terulur untuk mengusap rambut legam Raycane yang sedikit berantakan.

'Rambut nya halus dan beraroma maskulin, Awa suka!' batin si manis yang terus mengusap rambut pendek Raycane dengan lembut.

"Sebentar Louiss, Kakak sedikit lelah" ucap Ray dengan suara serak.

Awan terkejut dan dengan cepat mengangkat tangan nya dari kepala Ray. Tubuh dominan itu menggeliat pelan dan menghela napasnya dalam terlihat dari punggungnya yang naik turun beberapa kali.

Ray menoleh ke belakang secara spontan membola kaget, "Awan? Ada apa? Kau membutuhkan sesuatu? Katakan" ujar Ray beruntut, melihat pasangannya yang menundukkan kepala seolah ingin mengatakan sesuatu.

"Ray lelah?" tanya Awan lirih.

Raycane tersenyum dan mengangguk, mau berbohong lagi pun ia sudah tertangkap basah.

"Iya, kenapa memang nya? Awan membutuhkan sesuatu? Tidak papa, katakan saja"

Awan menatap mata dominan nya itu, setelahnya merentangkan kedua tangannya. Yang mana membuat Ray bingung.

"Mau peluk?" tawar nya pelan.

Raycane benar-benar terkejut kali ini, ada apa dan apa yang terjadi pada Awan. Jantung nya berdegup kencang, dengan perlahan ia memeluk pinggang ramping itu dengan erat.

"Aku mau, terimakasih"

Tangannya makin mengerat pada pinggang Awan. Ini hangat, ia nyaman dan benar-benar suka. Kepala Ray mengusak pada perut si manis, tangan Awan pun mengelus lembut punggung dan kepala Ray yang memeluk nya.

"Terimakasih Awan, aku mencintaimu"

Ucapan Ray benar-benar mengguncang hati si manis. Perlakuan dan perkataan buruk yang setengah tahun ini ia lontar kan menguap menimbulkan rasa bersalah yang amat besar. Seharusnya ia bersyukur mendapatkan pasangan yang dengan tulus mencintai nya.

Air mata Awan menetes ke kepala Ray, membuat Raycane tersentak dan spontan melepaskan pelukan nya. Kepalanya mendongak menatap Awan dengan tatapan acak, penuh kekhawatiran.

Ray mencekal tangan Awan dengan lembut, "Hey, hey! Ada apa? Aku minta maaf ya? Awann, katakan ada apa sayanggg hmm? Jangan menangis, aku minta maaf. Maaf sayangg, hentikan tangis muuu"

Di kecupnya punggung tangan si manis berkali-kali.

"Awa minta maaf, m-minta maaf Rayy"

Ray berdiri dari duduknya dan menuntun Awan untuk duduk pada kursi yang tadi ia tempati. Ray berjongkok dihadapan si manis, dan menghapus air matanya dengan kedua ibu jari nya.

"Kau tidak perlu minta maaf, apapun yang kau lakukan tidak pernah ada kesalahan pada ku" ungkap Ray. Tatapan nya benar-benar jatuh pada manis cokelat pudar milik si manis yang berbingkai bulir air mata.

"Aku hanya memahami batasan yang kau buat, hati mu, perasaan mu, itu semua milik mu sayang. Aku disini hanya berjuang dan berdoa agar ada segala kebaikan yang dapat membantu kita" Raycane terus mengatakan kebenaran yang sudah ia tahan. Kedua tangan nya terus mengusap lembut punggung tangan si manis.

"Aku membenarkan jika kau ingin berpisah dengan ku karena mimpi dan cita-cita mu. Mungkin masih ada hal-hal besar lain yang kau ingin lihat entah di sudut mana dunia ini. Aku baru menyadarinya, maaf untuk itu"

"Aku tidak bisa terus menggenggam mu dengan cara seperti ini, dan perlu kau ketahui lagi aku benar-benar mencintai mu Awan"

Tangis Awan menjadi-jadi, racauan nya kian melantur kemana-mana.

"Awa minta mmaaff Rayy, jangan seperti ituuu, Awa minta maaaaf"

Raycane langsung memeluk tubuh bergetar itu dengan erat.

"Tidak papa, menangislah keluarkan semuanya. Aku disini, dan selalu disini"


Setelah melewati 7 purnama! Finnaly!!

ANOTHER Marriage (FEMDOM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang