14k

337 42 3
                                    


Tangan Raycane mengelus perlahan rambut si manis yang tertidur pada sofa ruangan nya. Begitu pulas, dan ia ragu untuk membangunkan nya.

"Adeeekkkk, bangun sayang"

Ray dengan usil menekan-nekan bibir si manis yang mengerucut lucu. Ia tertawa pelan, "Mau bangun? Atau gendong sampai depan?" tanya Ray, dengan kepekaan 2,5%.

Tapi memang ampuh. Buktinya Awan langsung duduk dan menatap tajam dominan nya itu. Ia masih malu dengan tingkah Louis tadi siang omong-omong.

"Kenapa?" tanya Ray merapikan beberapa helai anak rambut Awan yang menutupi mata.

Mata belo itu mengedar, mencari si iblis kecil. "Kemana Louis, Kak?"

Ray tertawa, membayangkan adik nya pulang dengan sejuta ceritanya yang siap mengganggu ketenangan telinganya.

"Sudah ku bilang ia sudah bertemu kembaran nya, mungkin mereka hangout. Duo itu memang sangat jarang bertemu"

"Kembaran? Sekretaris Kakak itu?"

Raycane yang sudah tidak sabar untuk pulang, langsung menggendong ala koala si manis yang masih memikirkan ucapan Ray.

"Kakkkk ih! Malu! Turun Kaak" rengek si manis dengan wajah memerah.

"Diamlah sayang"

Suasana kantor sudah sepi dan tinggal beberapa cleaning servis yang masih beberapa bertugas, memperhatikan aksi Bos mereka yang  menggondol seseorang.

Sampai-sampai hanya tinggal mobil Raycane saja yang masih terparkir di sana. Ray meletakkan dengan perlahan tubuh si manis ke dalam mobil.

Dominan itu mengendarai dengan kecepatan sedang, sesekali melirik si manis yang terdiam menunduk memilin ujung kaos beruang yang ia kenakan. Entah apa yang ada di dalam kepala cantik nya itu.

"Kenapa hmm? Katakan, Awa ingin apa?"

Pertanyaan yang meluncur dengan kepekaan 3,5% berhasil membuat si manis menatap nya.

"Kakak mau makan?" tanya si manis dengan wajah gugup. Ia harus memperbaiki sikapnya, itulah janjinya untuk sekarang. Awan tak pernah mengetahui kedepan nya bagaimana namun, untuk waktu-waktu ini ia berusaha! Semoga sajaa–! Semoga, berkelanjutan dengan baik.

"Um, itu– iya! Makan?"

Ray bahkan masih belum terbiasa mendengar panggilan manis itu. Tangan ny meremat kemudi melampiaskan rasa gemas. Hanya pertanyaan sederhana seperti ini saja segugup ini. Apa wajahnya semengerikan itu? Pikir Raycane.

"Awa mau nya bagaimana? Kakak ikut saja"

"Eumm, mau masak saja? Apa boleh?"
Tanya Si manis dengan wajah ragu.

Ray tertawa lepas, dan mengusap kepala Awan dengan halus.

"Lakukan apapun yang kau mau sayang. Tidak perlu ragu, rumah itu juga milikmu"

Kenapa jadi mellow seperti ini, "Peluk" pinta si manis dengan manja.

Demi Tuhan Act of service, money service, or something like that seorang Ray tak perlu diragukan lagi. Sifatnya memang 100% duplikat asli penulis.

Raycane menepikan mobilnya kemudian mengangkat si manis untuk duduk di pangkuannya.

Awan menatap rahang tegas si dominan dari posisi nya yng bergelung hangat mendekap tubuh bagian depan Ray, sementara Ray yang kembali fokus pada jalanan petang.

Hening berlalu dengan waktu, namun tidak pada sesuatu di dalam diri Ray memberontak. Hasrat seksual nya seolah meronta menginginkan hal lebih dari si manis. Ray meneguk ludah dengan susah payah, hawa panas di dalam dirinya semakin meningkat. Raycane melirik si manis yang bersandar nyaman di dada nya.

Okey, sepertinya pikiran gila Ray semakin tidak terkontrol. Sesampainya di halaman besar mansion tangan panjang itu mengelus sensual pinggang si manis yang mulai menggeliat tak nyaman dan mendongak menatap nya.

"Sayangggg" panggil si dominan dengan pelan. Oksigen dalam paru-paru nya menyempit, menghimpit kewarasan nya yang tergulung kadar nafsu yang semakin meningkat setiap tarikan napas.

"R-Ray. Kenapa?"

Awan tidak bodoh. Ia tau tatapan dan gerakan tangan Ray yang mengusap pinggangnya. Ia mulai berkeringat dingin. Untuk memulai dari awal hubungan ini memang ia siap. Akan tetapii—, untuk berhubungan intim sepertinya ia harus berpikir ulang.

Ray mendekatkan bibirnya ke bibir si manis yang masih mengatup. Ia mengecup nya beberapa kali. Bibir Awan melembab oleh kegiatan lancang si dominan.

Dengan cepat tangannya memutar kemudi untuk menepikan mobil paada pekarangan luas mansion.

"R-ray, no!" sentak nya dengan lirihan pelan, ketakutan tergambar jelas di wajah kecil Awan dengan tangan kirinya meraba-raba sekitar seolah mencari perlindungan.

Sial. Raycane kembali tersentak lalu spontan menggeleng kan kepalanya beberapa kali dengan kasar, lalu menjauhkan wajahnya. Ia menatap si manis dengan senyuman tipis lalu mengecup kening si manis sedikit lama.

"Maaf. Maaf kan aku" jawab Ray. Lalu tangannya membuka pintu mobil.

"Sekarang keluarlah ya, aku minta maaf" pinta si dominan sekali lagi.

Awan langsung turun dari pangkuan hangat itu dan berjalan sedikit tergesa masuk ke rumah. Tatapan kecewa itu membuat nya merasa sedikit bersalah. Walaupun Ray menghentikan kegiatan nya, tapi ia masih bisa melihat seburat kabut nafsu dari tatapan dominan itu.

Ray membentur kan kening nya beberapa kali pada kemudi mobil, "Bodoh! Kau bodoh Ray! Benar-benar menjijikkan"

Awan berdiri di depan jendela kamarnya yang dapat melihat Ray yang belum masuk ke dalam rumah.

"Aku bingung"

Ia memikirkan umur nya yang masih 17 tahun dan mental yang belum siap untuk berhubungan intim. Padahal sudah banyak remaja seumuran nya yanh melakukan kegiatan seks bebas. Namun ia? Bahkan notabene sudah menikah pun masih begitu ragu.

Ray membuka pintu kamarnya. Ia kira Awan akan tidur sekamar lagi. Namun kenyataan bertindak lain, sepertinya Awan takut padanya.

Ia menghela napas pelan. Dan baru terpikir belum membongkar sama sekali koper yang ia bawa dari Swiss. Ray berjalan mendekat ke almari dan menggeret sebuah koper putih gading yang lumayan besar. Mengambil sebuah kotak besar dan paperbag yang sengaja ia siapkan untuk si manis.

Raycane berjalan keluar dan mengetuk pintu kamar yang berada tepat di sebelah kamar utama. Awan keluar dengan tatapan yangg, agak berbeda dari sebelumnya.

"A-ah ini. Aku teringat sepertinya belum mempunyai pakaian hangat. Jadi aku membelikan nya saat di Swiss kemarin" jelas Ray dengan gugup lalu memindahkan semua bungkus papper bag di tangan si manis.

"Maaf. Permisi" pamit Ray dengan nada suara kaku. Ia merasa canggung oleh karena tingkah nya sendiri tadi, dengan cepat melenggang kembali ke kamarnya.

Awan menjatuhkan semua benda yang berada di tangannya, dan berlari mengejar Ray yang sudah memegang handle pintu. Memeluk punggung tegap itu dengan erat serta di selimuti rasa bersalah.

"Maaf Rayyyy,,.. Maafff"

Raycane membalik tubuhnya dan mendekap si pendek yang terisak lirih di dekapan nya. Ia juga sama halnya merasa bersalah, tidak seharusnya ia melakukan hal mesum seperti tadi walaupun disini Awan adalah pasangannya namun umurnya belum cukup untuk melakukan HS.

"Tidak papa, aku mengerti. Aku juga minta maaf menyentuh mu tanpa persetujuan"

Mungkin kedepan nya Raycane akan sedikit sulit untuk mengatur hasrat gila yang ada ditubuhnya.


Holla! Baby bear!

Tell me, How's your day hm?

ANOTHER Marriage (FEMDOM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang