7k.

438 40 4
                                    


"Kakak kenapa seorang guru seperti disembah?"

Ya. Louis diapit Ray sebelah kirinya dan Awan di sebelah kanan nya.

Awan tersenyum mendengar pertanyaan random yang di ajukan Loui ke Raycane, ia ingin mendengar kira-kira jawaban apa yang keluar dari mulut Ray.

Ray tetawa lirih sebelum menjawab pertanyaan Louis "Memang seharusnya menurutmu bagaimana?"

"Ya, mereka itu terlalu berlebihan Kak. Semena-mena dan tidak kompeten"

"Begitu?" tanya Ray lagi.

"Lohh kan I yang bertanya kok malah kenapa I juga yang diberi pertanyaan!" sungut Louis, dan memiringkan tubuhnya menghadap Awan.

Si manis hanya tersenyum melihatnya, lucu juga mendengar perdebatan kedua kakak beradik ini. Dahi Awan mengernyit bingung, melihat tatapan mata berbinar Louis.

"Kenapa Loui?"

"Kaka Ipar, puk-puk kepala Loui yaa" ujarnya memohon.

Awan yang mendengar permintaan Adik pasangan nya itu pun, mengalihkan pandangan melihat Ray. Seolah meminta persetujuan.

Raycane pun hanya mengangguk, memberikan Izin. Badan dominan itu mendekati punggung sang adik dan memeluk nya.

Awan sedikit kaget saat tangan kekar Raycane mendarat pula di pinggangnya, rasanya ia ingin menepis lengan Ray.

Namun ketika melihat senyuman Ray yang sepertinya nyaman ia kembali terdiam.

Pikiran nya tiba-tiba berkelana. Jika memang kata perceraian itu ia ucapkan, apakah Ray akan baik-baik saja? Apa ia juga harus belajar mencintai pasangannya pula?

Ini membingungkan Awan, ia juga belum pernah merasakan jatuh cinta pada seseorang. Suara serak mengantuk Ray membuyarkan lamunan nya.

"Kenapa hmm?"

"Kau merasa tidak nyaman?"

Kedua bola mata Awan bergerak gelisah, ia sangat asing dengan suasana aneh seperti ini. Ray bangkit dari posisinya, ia duduk dengan rambut sepundak nya yang sudah acak-acakan. Dan turun dari ranjang.

Ia berjalan memasuki tempat ganti baju di yang memang masih di dalam kamarnya.

Awan yang melihatnya hanya melihat dengan tatapan bingung, tapi ia kembali terkejut saat Raycane keluar dengan bantal dan selimut tebal yang berada di kedua tangannya.

"Mau kemana?" tanya Awan penasaran. Dengan tangannya yang terus menepuk pelan kepala si bayi besar.

"Ke sofa" jawab Ray singkat.

Ray menata bantal dan selimut tebal yang akan di gunakan nya. Untung saja ia pernah membeli sofa panjang untuk di dalam kamar, dan ternyata sekarang berguna juga.

"Ray... Kenapa disitu?"

Ray tersenyum saat mendengar pertanyaan si manis. Ia paham Awan tidak nyaman dengan situasi tadi, makan nya ia memilih untuk mengalah. Yeahh tidur di sofa pun tak masalah. Ia bahkan sudah bahagia dengan fakta ia dan Awan tidur dalam satu ruangan.

"Tidak papa, kenyamanan mu yang utama" jawab Ray dengan sebagian tubuh nya yang sudah tertutup selimut.

"Eungh, iya" jawab Si manis ragu.

Ray memandangi wajah laki-laki manis nya. Begitu damai ketika terlelap. Raycane hanya bisa menatap wajah ayu itu dari jauh, ia juga sadar diri bahwa keberadaannya memang mengganggu bocah SMA itu.

Hati nya berdebar, sebuah uforia besar seperti meledak-ledak dalam hatinya. Kantuk pun sudah tak terasa di kedua manik tajam Raycane.

Imajinasi Ray bermain. Sepertinya pipi Awan akan sangat kenyal dan halus jika ia sentuh, bibir mungil yang begitu pas dengan proporsi wajah Awan menjadi kesan tersendiri dengan warna pink alami nya. Betapa beruntungnya seseorang yang mendapatkan hati si manis ini kelak.

ANOTHER Marriage (FEMDOM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang