3. No Silver Lining

3.2K 200 219
                                    

❛❛Not every cloud has silver lining. Sometimes, they just bring more shadows.

────

Dengan menenteng plastik dryclean yang baru diambilnya, Niamh berjalan menuju mansion yang ada di ujung kompleks.

Jeremy dan adiknya, Christina, tinggal di rumah itu berdua. Kedua orang tua mereka adalah pebisnis sukses yang tinggal dan bekerja di Korea, meninggalkan kedua anaknya bebas melakukan apapun dengan uang saku yang tidak terbatas.

Selain membersihkan rumah yang besar, Niamh juga bertanggung jawab untuk mengurusi kebutuhan keduanya. Menyiapkan makanan, mencuci pakaian mereka, belanja kebutuhan mingguan. Pekerjaan Niamh mungkin melelahkan dan ia tidak memiliki hari libur, tapi ia digaji cukup tinggi sebagai pembantu rumah tangga.

Niamh sedang memikirkan apa yang akan dikatakannya kepada Jeremy ketika ia sampai di depan pintu ganda mansion majikannya itu. Dua puluh tujuh ribu dollar bukanlah jumlah yang sedikit, Niamh sadar. Namun ia juga sudah bekerja dengan baik dua tahun ini. Lagipula, apalah arti dua puluh tujuh ribu dollar bagi pria kaya raya seperti Jeremy.

Baru saja Niamh melangkah masuk ke dalam, sebuah suara yang melengking menyambut.

"God! Lama sekali, sih, kau. Aku sudah menunggu sejak tadi."

Niamh menoleh ke arah tangga dan menemukan wajah Christina yang cemberut.

"Sorry, agak ramai di tempat dryclean," Niamh membalas sambil menjulurkan kantung plastik yang dibawanya sejak tadi.

"Kau tahu siang ini aku ada acara penting, kan?" Christina membalas sambil menyambar plastik dari tangan Niamh dengan kasar. "Aku tidak bisa datang ke acara dengan gaun biasa-biasa saja. Kevin akan ada di sana. Jika aku berniat untuk membuatnya terpesona, aku membutuhkan gaun Diorku."

Niamh mencoba sebisa mungkin untuk tidak memutar bola matanya. Tentu saja, Kevin. Niamh tahu dengan pasti apa yang diincar Christina dari pria itu. Kevin adalah salah satu dokter bedah plastik terkenal di kotanya. Selain kaya, Christina pasti berpikir bahwa dengan mengencani pria itu, ia mungkin mendapatkan gratisan untuk implan berikutnya.

Begitu Christina membalik dan berlari kembali ke atas, Niamh melanjutkan langkahnya menuju dapur. Baru saja Niamh meletakkan tasnya di atas counter dapur, Jeremy muncul dan mengamatinya.

Pria itu empat tahun lebih tua dari Niamh dengan rambut hitam sebahu yang sering diikatnya menjadi ponytail. Alisnya yang tebal dan matanya yang sipit membuat pria itu terlihat culas seperti seekor rubah.

Jeremy melebarkan cengirannya sambil menunjuk ke arah kamarnya yang ada di lantai dua.

"Aku perlu kau membersihkan kamar mandiku," pria itu berkata. "Wanita yang kubawa semalam meninggalkan muntahannya di mana-mana."

Menelan geramannya, Niamh hanya membalas, "Okay."

Setelah mengikat rambutnya ke aras, Niamh membungkuk dan membuka kloset yang ada di bawah tempat cuci piring untuk mengambil alat yang diperlukannya.

Sambil memasukkan sabun dan sikat ke dalam ember, Niamh melirik ke arah Jeremy. Pria itu masih berdiri di bawah gawang pintu dapur dan mengamatinya tanpa berkedip. Kedua tangannya terlipat di depan dadanya sementara bahunya yang lebar menyandar ke kusen. Beberapa tato menghiasi kulit pria itu. Tulisan-tulisan korea dan gambar random yang terlihat acak-acakan.

"Kau tampak kusut hari ini," Jeremy berkomentar dengan cengiran yang masih melekat. "Mungkin setelah membersihkan kamar mandiku, aku bisa memandikanmu. Katakan, apakah virgin pussy-mu tercukur atau lebat?"

Shadow [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang