5. Once A Whore

3K 166 244
                                    

"Diam dan terima saja apa  yang kulakukan, Niamh," Jeremy menggeram panas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Diam dan terima saja apa yang kulakukan, Niamh," Jeremy menggeram panas. "Kita baru saja mulai."

Niamh makin panik. Tangan Jeremy terus menahan kepalanya ke dalam kasur dan membuatnya tidak bisa bernapas. Yang bisa dirasakan Niamh saat ini hanyalah paru rasa pedih di bagian bawah tubuhnya yang teregang.

Suara tabrakan kulit Jeremy melawan miliknya memenuhi kamar.

Ketika Jeremy akhirnya melepaskan rambutnya, Niamh langsung mengangkat kepalanya ke atas dan menarik napas dalam-dalam sambil terbatuk.

Niamh tidak lagi bisa melawan. Sementara Jeremy terus menabrakkan tubuhnya, yang bisa dilakukan Niamh hanyalah meremas sprei dengan tangan gemetaran dan berusaha merapatkan kedua kakinya.

"Goddammit!" Jeremy mengumpat ketika tubuh Niamh semakin menolak. "Celahmu sesak sekali, kau akan mematahkan penisku sebelum aku selesai jika begini caranya. Bisakah kau rileks sedikit?"

"A-aku tidak tahu caranya," Niamh membalas sambil menangis.

"Jangan banyak tingkah," Jeremy melanjutkan. "Kau yang membutuhkan uang dariku. Bukan aku yang mengemis padamu, Niamh. Jangan katakan bahwa aku harus menjilatimu agar kau licin."

Bayangan mulut Jeremy menjilatinya membuat perut Niamh melilit. Ia merangkak menjauh untuk kabur, tapi Jeremy kembali meraih pinggangnya dan menarik.

"Hei, mau ke mana kau?" pria itu membentak. "Aku belum selesai."

"Lepaskan aku!" Niamh menjerit sambil meronta.

Jeremy meraih sebuah botol dari meja nakasnya dan menuangkan isinya ke celah Niamh. Cairannya yang licin membasahi lipatan Niamh dan sprei yang ada di bawahnya.

"Apa yang kau lakukan?" Niamh yang masih dalam posisi menelungkup bertanya sambil menoleh ke belakang.

"Memberimu pelumas," Jeremy menjawab dengan wajah nyengir. "Pussy-mu terlalu kering, rasanya tidak enak."

Niamh menggertakkan giginya ketika Jeremy kembali mendesakkan dirinya masuk. Dengan bantuan pelumas, benda di antara kaki Jeremy bisa meluncur lebih mudah.

"Oh yeah," Jeremy menggeram sambil kembali menggenjot. "That's better. Much better."

Entah berapa lama pria itu menghantamkan dirinya, Niamh tidak lagi sadar. Terlambat untuk melawan, keperawanannya sudah robek. Yang bisa dilakukannya hanyalah menangis dan menunggu hingga pria itu selesai.

"Jika kau mengira dengan menangis aku akan berhenti, kau sudah salah, Niamh." Suara Jeremy terdengar bersamaan dengan tawa pria itu. "Aku justru menyukai air mata itu."

Jeremy memompa beberapa kali sebelum kemudian menarik kekakuannya keluar.

"S-selesai?" Niamh bertanya sambil menoleh ke belakang. Ia melihat Jeremy membuka laci nakas dan mengeluarkan sebuah bungkusan kondom.

Shadow [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang