Kaki kecil itu terus di langkahan dengan semangat pada tempat yang dia tuju. Segelas kopi hangat berada pada genggaman menemani dalam setiap langkah yang dia buat. Tersenyum sepanjang jalan dengan hayalan yang terus berdatangan, melampiaskan segala emosi senang dalam diri dengan bersenandung di sepanjang jalan.
Semua pasang mata menatap ke arah nya sekarang, pipi yang semula putih bersih kini sedikit memerah karna merasakan malu yang luar biasa, namun hal itu tak akan membuat seorang Forza mundur begitu saja. Melangkah semakin mendekat pada toko dan tersenyum lebar memberikan rasa ceria pada semua orang yang dia lewati.
"Gimana Dek? Ada yang bisa kami bantu? Pasti mau ketemu sama Gema ya?" Ucapan karyawan wanita itu tepat pada sasaran, Forza hanya tersenyum dengan malu-malu sembari menunduk.
"Gema nya masuk siang hari ini, ada yang perlu di sampai in nggak?" Wajah berseri yang Forza tunjukan hilang seketika, tergantikan dengan wajah pundung dengan rasa kaget bagaikan sesorang yang baru saja tersambar petir.
"Hah masuk siang? Terus fungsinya gw beliin ni kopi apa?" Masih dengan wajah kaget nya Forza menunjukan kopi yang dia beli kepada karyawan wanita yang berbicara kepadanya. Kopi yang ada pada tangan Forza di ambil alih oleh karyawan perempuan tadi, sambil menatap wajah Forza dengan senyuman berarti.
"Kopi nya buat gw aja dari pada nanti udah dingin nggak enak di minum." Kopi itu sepenuhnya beralih pada tangan putih lainya dan berlalu menjauh meninggalkan Forza dengan wajah polos yang terlihat bingung.
"Mas maaf jadi ngeprint nggak ya? saya buru-buru nih." Forza yang di tegur oleh orang di belakangnya seketika tersadar dan langsung pergi berlalu dari sana.
.
.
"Sial banget, udah nggak ketemu sama Mas Gema, rugi juga beliin kopi tapi di ambil orang lain HAH." Forza berteriak dengan kesal dengan menendang kaleng bekas yang berada tepat di depannya ke sembarang arah.
"ADUH." Mendengar suara dari arah semak-semak taman Forza menjadi waspada.
"SIAPA YANG BUANG KALENG BEKAS KESINI HAH?" Sebuah kepala tanpa rambut tiba-tiba muncul dari sana dan menatap tajam kearah Forza. Forza yang melihat itu menjadi panik dengan tatapan yang tak bisa terbaca Forza membelakan matanya.
"Waduh ada si botak, lari ah." Forza berlari sekuat tenaga untuk menghindari seseorang laki-laki tua yang paling di hindari oleh para murid.
"FORZA KEMBALI KAMU KESINI." Dengan rotan yang berada di tangannya, Laki-laki tua tadi mengejar Forza yang berada jauh didepan sana. Jangan anggap remeh bapak tua ini, meskipun wajah sudah berkeriput namun kecepatannya dalam berlari tidak bisa di ragukan. Forza yang awalnya berada jauh di depan sana kini mulai terlihat mendekat, dengan keahlian yang dia punya Forza masih berusaha untuk terus menghindar dari lelaki tua itu.
"Aduh pak ampun iya-iya saya ngaku salah, saya nggak sengaja itu sumpah." Tarikan pada telinga membuat Forza berteriak dan menghentikan langkah larinya. Tangan keriput itu masih setia berada pada telinga Forza tanpa ada niatan melepasnya sekali pun. Forza yang sudah benar-benar merasakan sakit terus berusaha untuk melepas tangan sang Guru dari telinganya.
Tangan keriput itu sudah terlepas dari telinga Forza yang sekarang sudah memerah, tangan sang pemilik tubuh di bawa untuk mengelus telinganya untuk meredakan rasa sakit. Namun belum sempat rasa sakit itu hilang Forza harus melakukan hal yang membuat nya benar-benar lelah hari ini.
" Pushup kamu 100 kali!"
"Hah Pak yang bener aja?"
"Ya bener cepet lakuin atau mau saya naikan lagi jumlahnya?"
"Hehe enggak Pak Jangan." Forza mengambil posisi untuk menyamankan dirinya, melakukan gerak pushup dengan jumlah yang di tentukan oleh sang Guru, sedikit menggerutu karna hari ini dirinya benar-benar sial. Sudah di hukum membersihkan seluruh toilet sekolah, ingin bertemu dengan Mas Doi ternyata Mas Doi nya masuk siang, di jewer dan sekarang dia di suruh Pushup, kurang sial apa lagi hidup Forza?
.
Di hitungan 100 Forza langsung merebahkan dirinya karna lelah, rasa dingin dari lantai koridor sekolahnya pun tak dapat dia rasakan, mengatur nafas yang terasa begitu berat dengan mata yang terpejam.
"Nah lain kali di ulangin lagi ya Forza nanti saya tambahin jumlah Push Up nya jadi 200 biar kamu sehat dan bugar terus." Forza berdiri dan memberikan gelengan pelan, masih berusaha untuk mengatur nafas nya yang belum kembali normal.
"Udah sana kamu masuk kelas, ngapain juga kamu di jam pelajaran masih aja ada di luar."
"Iya Pak, saya permisi." Forza berjalan dengan gontai menuju kearah kelas nya, sungguh Forza benar-benar merasakan lelah yang luar biasa, sepertinya Forza bisa pingsan jika seperti ini terus.
.
.
.
.
.
.
Sebuah motor masuk pada lahan parkir yang memang di sediakan untuk para karyawan, mengambil beberapa barang yang dia butuhkan dan masuk pada salah satu toko yang menjadi sumber rejeki nya untuk saat ini.
"Siang semuanya."
"Siang juga Gema." Gema yang baru saja masuk tersenyum kepada semua, bejalan pada loker untuk menaruh barang-barangnya. Kembali berjalan keluar untuk memulai aktivitasnya.
"Udah rekapan mbk lala?" Mbk lala yang di tanya mengangguk untuk memberikan jawaban.
"Udah nanti tinggal oper Shift aja bentar gw nyelesai in kerjaan gw dulu." Gema mengangguk dan duduk pada salah satu kursi sembari menunggu oper shift dari shift sebelumnya. Tanganya sibuk dengan ponsel genggam yang menampilkan room chat nya dengan sang Ibu. Senyuman terukir ketika dia melihat foto dimana sang Ibu dan sang Adik sedang berada di makam sang Ayah dengan senyuman yang sebenar nya Gema tau disana terletak kerinduan yang begitu mendalam. Gema pun merasakannya, rindu yang begitu besar seakan-akan ikut menariknya untuk mengikuti dimana sang Ayah berada, namun semua pikiran itu Gema buang jauh-jauh, Ibu dan sang adik masih memerlukan dirinya.
" Ouh ya Gem, tadi si adek gemes kesini lagi nyariin lu." Gema yang semula fokus pada ponselnya beralih menatap Mbk Lala dengan tatapan bertanya-tanya.
"Forza maksud Mbk Lala?"
"Iya, kesini bawa in lu kopi , tapi lu nya nggak ada jadi ya gw ambil aja kopinya hehehe" Gema hanya tersenyum menanggapi ucapan sang senior nya itu, beralih tempat duduk pada komputer setelah selesai dengan acara oper shift yang sekarang dan seterus nya komputer yang di pegang akan menjadi tanggung jawab dirinya.
"Terus Forza nya gimana Mbk Lala?"
"Tadi si gw di panggil Bos, jadi dia gw tinggal, pas gw keluar udah nggak ada bocah nya. Gw bisa ngeliat ada raut kecewa si di mukanya pas gw bilang lu nya masuk siang, tapi lucu banget ekspresinya gemes." Gema ikut tersenyum dia juga membenarkan ucapan sang senior nya satu itu, mungkin nanti dia harus bertemu dengan Forza untuk mengganti kopi yang telah di bawakan untuk dirinya sebenarnya.
" Ya udah Gem gw balik dulu ya."
"Ehh iya Mbk hati-hati."
" yoi."
Gema kembali dengan pikirannya, sedikit tersenyum ketika dia membayangkan wajah Forza yang menunggu diri nya namun tak bisa bertemu, pasti anak itu akan membuat wajah kesal yang membuat semua orang akan memekik gemas karena dirinya.
"Wait, wait kok gw jadi senyum-senyum nggak jelas si?" Gema mengembalikan kesadarannya, seperti sosok Forza sudah berhasil masuk menjadi bagian dari keseharian Gema.
.
.
.
.
.
.HALLO GUYSSS AKHIRNYA AKU UP😭😭
berapa Minggu coba aku nggak up cerita ini😭
Lembur mulu aku jadi nggak sempat nulis😭😭
Masih ada yang nunggu nggak ni?
Maap ya udah bikin nunggu lama.Jangan lupa buat vote ya thukon biar aku makin semangat nulisnya.
Sampai bertemu ni next part......
KAMU SEDANG MEMBACA
FOTOCOPY
FanfictionIni hanya kisah tentang Forza yang tergila-gila dengan Gema Mas-mas Fotocopy depan SMK dia sekolah. "Mas Gema kok makin ganteng aja si? Jadi pacar aku mau ya?"-Forza "Lulusin aja dulu sekolahnya dek!" Gema Main Cast Fourth as Forza Gemini as Gema to...