Lama Tak Berjumpa

186 24 9
                                    

Sinar sang mentari muncul dari balik pepohonan, masuk kesebuah ruangan melalui celah yang dapat di lalui nya. Kilauan cahaya nya tepat mengenai wajah yang sedang berdamai dalam tidur, mencoba untuk mengetuk kedua mata itu agar sang pemilik raga terbangun. Di bantu dengan suara cuitan burung dan juga kokokan ayam, akhirnya mata indah itu terbuka memperlihatkan manik hitam indahnya yang sedang berusaha membiasakan diri dengan masuknya cahaya dalam penglihatan. Manik hitam itu bergulir melirik kearah jam dinding yang berada tepat di depannya, sedikit meregangkan badan untuk menghilangkan semua rasa pegal dan berlalu dari atas kasur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tak butuh waktu lama untuk dirinya bersiap, setelan kantor dengan dasi yang terpasang dengan apik menambah kesan maskulin untuk penampilan nya saat ini, memasang sebuah jam tangan untuk menghiasi tangan kekarnya dan tak lupa juga menyemprotkan minyak wangi pada seluruh tubuhnya. Kaki itu dia langkahkan menuju pada sebuah meja mengambil tas kerjanya dan berlalu keluar dari kamar kondo nya. 

Langkahnya terlihat mantap menuju kearah lift dengan tangan yang selalu sibuk menguhubungi  dial nomor orang kepercayaannya. Dalam ruangan yang sempit itu dia masih berusaha untuk mengirim pesan tentang pekerjaanya hari ini. Tak terganggu dengan suara ricuh dari semua orang yang memenuhi lift tersebut.

Ting

Pintu lift terbuka semua orang keluar begitu pun dirinya, melangkah menuju kearah dimana mobilnya ter parkir dan masuk kedalam, meletakan tas kerjanya pada kursi penumpang dan memasang sabuk pengaman kemudian melaju dengan kecepatan sedang menuju kantornya.

.

.

.

.

Langkah kaki yang terburu terdengar disetiap tempat yang dia lalui, berlari sekuat tenaga untuk sampai pada tempat tujuannya. Membuka pintu sedikit kencang hingga seluruh pasang mata menatap kearahnya.

" Hah hah hah." Dia mencoba mengatur nafasnya yang terasa begitu berat, berlari itu memang sangat melelahkan.

"Maaf Aku telat."

"Wkwkwk santai aja Za udah duduk sana atur dulu nafasnya." Forza yang mendapat jawaban dari sang Leader pun menuruti nya, berjalan kearah meja dan kursinya untuk mengistirahatkan kakinya. Sungguh Forza merutuki kebodohannya, mengapa semalam dia harus bermain video game hingga larut malam, dan hal itu membuat dirinya terbangun dengan waktu yang sudah mepet dengan jam kerjanya.

"Maaf ya kak." Ujarnya lagi.

"Iya Za, tapi lain kali jangan telat lagi ya!" 

"Iya kak, maaf ya hari ini aku telat bangun soalnya." Forza menatap takut kearah para seniornya, berusaha untuk menjelaskan semua kesalah dan kebodohan yang dia buat.

" Ya kalo dari kita si nggak masalah Za, tapi ini tadi asistennya Nya Bos kesini nyariin lu." Ekspresi Forza seketika berubah, rasa kaget yang menjalar keseluruh tubuh membuat dirinya terlihat lebih bodoh sekarang.

"Hah? Yang bener kak?" Wajahnya terlihat begitu panik bola mata itu bergulir dengan semua rasa resah yang menjalar saat ini.

"Iya tadi si dia bilangnya nanti mau kesini lagi, Paling ya bent..."

"Mana Forza?" Ucapan itu belum sempat terselesaikan namun orang yang mereka maksud sudah ada di ujung pintu menatap tepat kearah Forza.

Tegang, tubuh Forza seketika menegang, nafasnya tercekat dengan ludah yang susah payah dia telan, pelan-pelan mengangkat tangannya untuk memberikan jawaban atas hal yang di tanyakan.

"Sa- Saya Pak." Langkah seseorang itu semakin mendekat, menelisik penampilan Forza dari atas hingga bawah. Wajahnya di buat berkerut dengan tangan yang selalu berada di belakang punggungnya.

FOTOCOPYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang