Di Hari Yang Sama

268 37 3
                                    

Matahari diatas sana mulai meredupkan cahaya nya, membawa suasana yang tadi nya terik menjadi lebih sejuk. Daun-daun pada pohon bergoyang mengikuti arah angin, membawa rasa semilir untuk setiap hembusan yang dia loncarkan. Forza dan Gema, duduk berdampingan pada rumput hijau di bawah pohon dengan pemandangan danau yang luas, air yang tenang dan begitu jernih membawa rasa nyaman tersendiri untuk mereka, menikmati senja dengan bahu yang saling berdempetan. 

"Ternyata bumi itu emang seindah itu ya?" Forza menoleh kearah Gema yang berbicara, mata yang menghadap lurus kedepan menatap hamparan air danau yang begitu tenang, dari sudut pandang matanya Forza bisa merasakan ada gurat kesedihan dalam manik hitam seperti jelaga milik Gema. Pancaran tatapan yang meredup seakan-akan terdapat beban yang begitu berat  menutupi pancaran aslinya. Gema memang tersenyum namun Forza tau kalau senyuman itu hanyalah sebuah pengalihan untuk rasa yang sebenarnya ada dalam hati laki-laki yang lebih tua dari nya itu.

"Indah tapi juga menyakitkan, ya nggak si?" Gema kembali berujar, membalas menatap Forza dengan senyum getir yang  terpatri diwajahnya. Forza tak tau harus merespon bagaimana, dia hanya diam menatap wajah Gema dengan begitu lamat.

"Kamu mau tau nggak kenapa aku ngajak kamu kesini sekarang?" Forza menggeleng tanpa melepas pandangan mata dari wajah rupawan sang pujaan hati.

"Di sini, tepat dihari ini, tragedi yang sebenernya nggak pengen aku inget, tragedi yang ngebuat hampir seluruh hidup aku berantakan, Tragedi dimana sosok laki-laki yang begitu aku segani pergi untuk selamanya." Gema berucap dengan senyum getir nya yang kembali menatap kearah danau yang sekarang mulai berisik akan suara hewan yang lewat di atas permukaan airnya. Forza terkejut, namun dia masih diam mendengarkan semua keluh kesah yang ingin Gema keluarkan.

" 3 Tahun lalu, Ayah dan Dira adek aku, ngalamin kecelakaan yang ngebuat suara dan pendengaran Dira terganggu, dia nggak bisa denger dan ngomong sekarang. Kejadiannya pas banget sama hari kelulusan, mereka mau dateng ke acara wisuda ku, mau liat aku berdiri diatas panggung dengan predikat siswa paling berprestasi, tapi ternyata takdir berkata lain. Mobil yang mereka bawa jatuh kedanau karna menghindar mobil yang ngelawan arah secara ugal-ugalan, aneh banget kan? padahal mereka nggak salah loh, tapi kenapa mereka yang kena?" Gema kembali menatap kearah Forza yang sekarang sudah menurunkan bibirnya, Gema tersenyum melihat itu. Memberikan elusan lembut pada pipi Forza dengan senyuman yang terangkat dengan begitu tulusnya.

"Tau nggak si Za, aku tu sempet pengen nyusul Ayah karna saking cape nya sama kehidupan Dunia." Sebuah pukulan Gema dapatkan dari Forza yang sekarang sudah meneteskan air matanya.

"Mas Gema nggak boleh berpikiran kaya gitu, kok jahat banget si sampe kepikiran buat kesana?" Gema menahan tangan kecil Forza yang terus saja memukulinya.

"Asalkan kamu tau Za dulu itu hari-hari aku berat banget, perusahaan ayah yang di tinggalin bangkrut karna banyak karyawan yang melakukan korupsi setelah di tinggal Ayah, aku dulu masih belum bisa apa-apa, aku cuma anak yang baru lulus SMA dan belum tau apa-apa tentang bisnis, jadi semuanya ancur berantakan. Aku ngerasa bersalah sama Ayah karna gagal mempertahankan perusahaan, tapi aku lebih merasa bersalah karna harus ngeliat, Ibu sama Dira harus terliputi sama kekurangan. Aku mulai kerja, sambil kuliah ambil jurusan bisnis dengan beasiswa, aku ambil jurusan ini karna aku pengen ngelanjutin usaha Ayah, dulu emang aku selalu terfikir buat ikut sama Ayah tapi itu dulu Za sekarang udah enggak kok, Aku selalu inget sama Ibu dan Dira, jadi aku disini selalu berusaha yang terbaik buat mereka. Dan mungkin alesan aku buat bertahan juga bertambah satu lagi." Gema menatap tepat kearah mata Forza yang sekarang sudah penuh dengan air mata, tanganya terangkat untuk menghapus jejak air mata yang mengalir dari pipi Forza.

"Mas mau bilang kedepannya kalau terjadi sesuatu kamu harus selalu percaya kalo Mas sebenernya selalu ada di deket kamu ya dek!" Forza bingung , apa maksud dari semua perkataan Gema? Dan juga ini kali pertama Gema menyebut dirinya sendiri dengan sebutan Mas, dan itu ditujukan untuk dirinya.

"Maksud Mas Gema apa? Mas Gema nggak ada pikiran mau nyusul Ayah Mas Gema lagi kan? Mas Gema kenapa ngomong gitu? Mas Gema nggak bakalan pergi kemana-mana kan? Kita baru aja deket loh mas. Mas Gema nggak akan ninggalin aku kan? Mas Gem.." Belum sempat Forza menyelesaikan ucapannya, Gema sudah menarik tengkuknya untuk mendekat. Menyatukan kedua bibir mereka membungkam semua ucapan Forza yang tak ada hentinya. 

Bola mata Forza membesar, terkejut dengan apa yang baru saja Gema lakukan. Tak ada pergerakan dari keduanya, hanya saling menikmati kelembutan dari bibir masing-masing. Tak ada juga yang ingin menyudahi, dan itu membuat Forza frustasi. Dia melihat kearah Gema yang masih setia memejamkan mata, tanganya mulai terangkat di bawa mengalung pada leher jenjang Gema. 

Tindakan yang baru saja Forza lakukan membuat Gema menjadi berani, tangan yang masih setia ada pada tengkuk Forza mulai menekanya, mengerakan bibir dengan lembut merasakan rasa manis dari bibir yang lebih muda. Ciuman itu tak menuntut, hanya ada kelembutan disana, menyalurkan rasa yang sebelumnya tak pernah mereka rasakan. Lumatan itu masih terus mereka lakukan mencari kehangatan di hawa yang sejuk dengan saling mencumbu satu sama lain.

Gema sedikit membuka mata, melihat wajah manis itu dari segini dekatnya. Tautan itu terlepas dengan Gema yang sekarang sudah menyatukan dahi dari keduanya. Kembali memejamkan mata menyalurkan rasa yang ada di dalam hatinya.

"Kamu harus selalu percaya sama Mas ya Dek!" ini lagi yang terucap sebenar nya ada apa dengan Gema, kenapa Forza terus merasa jika dirinya akan kehilangan Gema sebentar lagi. Namun Forza hanya bisa mengangguk, menyimpan semua pertanyaan yang ada pada otaknya untuk dirinya sendiri.

"Aku sayang sama Mas Gema." Hanya kata itu yang bisa Forza ungkapkan.

Gema tersenyum, entah sejak kapan dia bisa jatuh dalam pesona anak sekolah menengah ini. Yang Gema tau setiap melihat Forza ada perasaan senang tersendiri, dan rasa ingin memiliki lebih dalam. Gangguan Forza yang awalnya tak dia harapan kini bisa membuat dirinya tak bisa jika tak melihat Forza sehari aja. Perasaan pada hati nya terus membuncah setiap hari, namun dirinya masih berusaha untuk menaha, karna bagaimanapun juga dunia itu sebenarnya tak seindah yang di bayangkan. 

" Pulang yuk udah mulai gelap!" Forza mengangguk, menerima uluran tangan Gema yang sudah berdiri mendahului. Dengan pipi yang semakin bersemu Forza melihat kearah tautan tangan mereka, Tangan kecilnya itu sangat pas ada dalam genggaman tangan besar Gema. Bisakah Forza meminta untuk selalu bisa menggenggam tangan ini untuk selamanya?

.

.

.

.

Hallo apa kabar semua?

Masih ada yang nunggu Gemaforza nggak si?

Maaf ya aku jarang Up

Jangan lupa vote dan coment nya ya thukon 

Khopkun....

FOTOCOPYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang