Ada Apa Sebanarnya?

199 31 6
                                    

.
.
.
.
.
.

Hembusan angin berhasil menggerakkan helaian rambut seseorang yang sedang duduk melamun bersandar pada pepohonan. Menatap kosong kesegala arah dengan sesekali mencabuti rerumputan tak bersalah yang ada pada jangkauannya. Kening itu terlihat berkerut dalam setiap menit, seperti ada hal berat yang mengganggu pikirannya. 

"Ishh lah tambah pusing gw, Mas Gema tu kenapa si? Kenapa dia selalu ngomongin hal yang sama dari kemaren?" Kaki kecil itu terus bergerak acak dalam setiap perkataan, sedikit mengacak rambut hitam nya dan kembali merenung menunduk menatap kearah tanah dari sela-sela kakinya.

"Dia nggak mungkin ada pemikiran pengen nyusul ayah nya lagi kan?" Pemikiran gila terus ada dikepala Forza, bayangan yang tak  ingin dia lihat terus berjalan melalui otaknya, membuat sebuah kilasan yang sangat mengganggu dan membuatnya frustasi.

"AAGHHHHH MAS GEMA LU KENAPA SI?" Teriakan itu membuat seluruh orang yang berada disana melihat kearahnya, bahkan burung-burung yang sedang bersantai diatas pohon di buat kaget dan pergi terbang menjauh. Forza yang sadar seketika menciut, menutupi wajahnya karna malu akan kebodohannya.

"Teriak teriak doang lu bisa nya, Pengeng kuping gw anjir." 

Forza menoleh kearah sumber suara yang tiba-tiba saja terdengar

"Lah kalian sejak kapan ada disini?" 

Sandy meroling kedua matanya, mendorong kepala Forza pelan saking kesalnya dengan kebodohan temannya itu.

"Kita disini udah setengah jam, ngeliatin lu yang ngelamun sama ngedumel nggak jelas, tuh lu liat rumput-rumput yang lu cabutin! udah bisa itu buat ngasih makan kambing."

Forza menoleh kearah yang di tunjuk oleh Prama, bola mata bulatnya melebar ketika melihat apa yang telah dia lakukan tanpa sadar.

"Wihh gw punya bakat buat nyabutin rumput juga ternyata." Lagi-lagi belakang kepala itu terkena pukulan sayang dan sang teman.

"Lu mukulin gw mulu si San?"

"Lu nya lagian tolol, ngapain lu? masih belom dapet jawaban dari Mas Mas kesayangan lu itu?"

Kini Forza mengangguk, menundukan kepalanya, kembali berfikir tentang semua perkataan sang pujaan.

"Lu kemaren jadi ketemu dia?"

"Niatnya mau kesana pas pulang sekolah, tapi ternyata tokonya tutup, ya udah gw pulang aja dan ternyata gw ketemu sama dia di jalan deket komplek gw." Forza menjeda ucapnya sebentar untuk membuang nafas.

"Dia ngomong lagi ucapan yang waktu itu dia ucapin sebelum dia nyium gw, tapi waktu gw pengen nanya lagi , ada laki-laki lain yang manggil nama dia, terus dia pergi sebelum gw sempet nanya apa-apa ke dia." Semua teman Forza terlihat berfikir, berusaha menangkap sesuatu dari cerita yang Forza ceritakan. Sementara sang empu  hanya bisa menunduk lesu dengan helaan nafas berat terus keluar dari bibirnya.

" Apa jangan-jangan dia udah punya pacar lagi." Catur berujar tiba-tiba dan hal itu langsung mendapatkan pukulan sayang dari Forza.

"Jangan gitu lah ngomong nya, gw makin over thingking ini lahhh." 

"Mending coba nanti lu temuin lagi aja, bener-bener lu tahan jangan sampe dia kabur lagi, sumpek gw ngeliat lu uring-uringan nggak jelas mulu kaya gini." 

"Ya kan gw juga bingung San."

"Gini deh nanti kita semua temenin lu buat ke tokonya, buat jaga-jaga kalo lu nggak bisa nanya lagi, jadi ada kita yang siap nanya." Forza menatap satu-satu temanya yang sekarang tersenyum kearahnya, dia pun ikut tersenyum menampilkan senyuman haru yang tulus. 

"Ini sebenernya ada apa si?" Semuanya menatap kearah Fatir yang sedang menunjukan wajah dongo nya, melihat secara bergantian ke arah teman-temannya untuk meminta jawaban.

"Yee dasar bocah Lemot."

"Tau Bloon banget lu."

"Udah lah yok tinggalin aja!"

Fatir yang melihat semua temannya pergi satu-satu semakin di buat bingung.

"Ehhh kalian mau kemana? Jelasin dulu." Fatir yang merasa tertinggal kemudian mengejar teman-temannya yang pergi begitu saja meninggalkan dirinya.

.

.

.

.

.

.

Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, membawa suasana ribut dari seluruh siswa yang begitu semangat berlari kearah luar sekolah meluapkan rasa lelah yang tak terbendung karna seluruh pelajaran yang mereka pelajari akhir nya berakhir untuk hari ini. 

Forza dan teman-temannya yang lain berjalan secara beriringan menuju sebuah tempat yang menjadi tujuanya. Menatap keadaan di sekitar nya untuk memastikan kedatangan mereka tidak menggangu aktivitas para perkerja.

Mungkin memang keberuntungan selalu ada untuk mereka, karna situasi disana sedang sepi hanya ada beberapa orang yang duduk pada kursi tunggu. Seluruh kaki itu di langkahkan secara bersamaan, dari arah depan Forza menoleh kebelakang menatap seluruh teman-temannya yang sedang mengepalkan tangan mereka untuk memberi semangat.

Forza menarik nafas dalam, semakin melangkah mendekat pada pusat perhatiannya yang kini telah tergantikan oleh wajah asing yang tak Forza kenal.

"Selamat Sore kak ada yang bisa kami bantu?" Ujar orang tesebut.

"Emm Maaf saya mau cari Mas Gema, dia berangkat nggak ya hari ini?" 

"Ohh Sebentar ya kak soalnya saya disini juga anak baru, mohon di tunggu!" Karyawan tadi berlalu meninggalkan Forza masuk kedalam salah satu ruangan yang Forza yakin itu ruangan untuk beristirahat. Otak Forza kini penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya semakin gelisah.

Dari arah dalam Forza bisa melihat wanita cantik yang Forza sering lihat namun ia tak pernah tau namanya.

"Ehh si adek gemes, nyari Gema ya?" Forza mengangguk untuk menjawab. Wanita tadi tersenyum dengan getir menatap kearah Forza dengan tatapan bersalah.

"Gema nya udah nggak kerja disini lagi dek, dia udah keluar kemaren." 

"HAH?" Itu bukan respon Forza namun itu respon dari semua teman-teman Forza yang mendengarnya dari luar sana. Mereka kemudian masuk kedalam menyusul Forza yang sekarang sudah menunduk menatap kosong kearah lantai.

" Kok bisa mbk? Heh itu orang mau lari setelah nyium temen gw apa gimana? Sialan banget." Winar yang memang orangnya gampang emosi mulai tersulut.

"Saya nggak tau Mas, Tapi bentar." Wanita tadi kembali masuk kedalam mengambil sesuatu. Sebuah boneka beruang yang sepertinya Forza tak asing dengan itu. Wanita tadi mengarahkan boneka tadi kearah Forza.

"Gema bilang itu buat kamu, waktu kemaren di time Zone kamu pengen banget bisa dapetin boneka itu dari mesin capit kan? Tapi kamu nya nggak bisa. Jadi ini Gema berusaha buat dapetin bonekanya dan itu boneka sekarang punya kamu." Forza mengambil boneka tadi dan dilihat secara mendalam, dan tanpa dia sadari juga airmata jatuh dari mata indahnya menuju pada pipinya yang yang sekarang sudah memerah Karna berusaha menahan tangis.

"Hiks." Lolos sudah isakan yang sedari tadi dia tahan, memeluk erat boneka pemberian Gema dan semakin menangis dalam setiap eratnya pelukan. Ternyata ini jawaban dari semua perkataan Gema di hari lalu. Sakit benar-benar sakit tapi Forza percaya Gema melakukan semua ini pasti ada alasannya. Seperti yang diucapkan laki-laki pujaannya itu dia harus selalu percaya dengan setiap langkah Gema.

.
.
.
.
.
.
.

Huhuhu guys maaf ya aku sekarang jarang banget up soalnya aku punya banyak masalah wkwkwk.

Jadi harap maklum ya, tapi mungkin abis ini aku bakal sering up lagi kok.

Kira-kira ini cerita masih ada yang nunggu apa enggak😭😭

Jangan lupa vote dan komen ya Khunoo buat semangat aku kedepannya juga😉



FOTOCOPYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang