Memulai Lagi

193 22 2
                                    

Gema benar-benar menepati ucapanya untuk menghantarkan Forza pulang, dengan suasana dalam mobil yang menurut Forza sedikit canggung karna tak ada salah satu dari mereka yang ingin bersuara. Gema yang fokus pada jalanan di depannya dengan Forza yang terus menatap kearah luar jendela.

Situasi ini benar-benar tak nyaman untuk Forza yang terbiasa dengan suara berisik, dia menoleh kearah Gema yang benar-benar tampan dengan tangan yang memegang pada stir dan lengan kemeja putihnya yang di gulung hinga siku, sungguh ketampanan yang tak mampu di tolak oleh semua orang. Nikmat tuhan mana yang engkau dustakan? 

" Kamu kalo ngeliatan aku kaya gitu terus bisa pingsan nanti kamu." 

Forza terperanjat ketika ia terciduk sedang memperhatikan laki-laki yang lebih tua darinya itu, sedikit salah tingkah dengan pipi yang bersemu merah, berusaha untuk bersikap biasa saja namun hal itu malah semakin memperlihatkan sikap gugupnya.

Tangan Gema bergerak untuk menggenggam tangan kecil Forza yang berada pada pahanya, di genggam dengan erat dengan tatapan yang tetap fokus pada jalan. Forza semakin di buat menegang dengan ini jantungnya benar-benar berdetak dengan cepat sekarang.

" Nggak usah tegang gitu! santai aja!"

Gampang sekali mulut Gema berkata, apakah dia tak merasakan hal yang sama dengan Forza? Gema benar-benar tenang saat ini, pembawaanya yang dewasa benar-benar membuat Forza malah semakin gugup.

" Kamu kalo salah tingkah gini lucu ya" 

Gema tersenyum menatap kearahnya sekilas sebelum kembali menatap jalan di depanya, tangannya masih menggenggam tangan Forza tak berniat melepaskan. Forza mengatur dirinya agar lebih tenang, menyamankan genggaman tangan Gema dan membalas genggaman itu.

" Mau langsung pulang atau mau makan malem dulu?" 

Forza terlihat berfikir, dengan tangan yang bebas dari genggeman berada pada dagunya, menatap kearah Gema dan tersenyum.

"Makan malem dulu gimana? Aku lumayan laper hehehe" 

"Okeyy kita diner dulu."

Mobil itu Gema lajukan pada sebuah tempat yang selalu menjadi kenangan untuk dirinya.

.

.

Mereka berdua memasuki restoran yang tampak tak asing, Forza menoleh kearah Gema yang sekarang juga sedang menatapnya.

"Kenapa kesini?"

"Gpp, Aku cuma pengen ngulang kenangan waktu itu."

Forza tersenyum mengingat waktu dimana mereka menghabiskan waktu bersama sebelum Gema pergi begitu lama. Tangan Forza kembali di genggam, di tariknya tubuh kecil itu untuk masuk mengulang masa di mana rasa dalam dirinya tumbuh.

Suasana saat ini tidak begitu ramai, duduk pada salah satu kursi yang dulu mereka duduki, memesan menu makanan yang sama bahkan Gema pun berjalan kearah para pemusik untuk meminta ijin memainkannya.

Sorot matanya terus menatap Forza, tersenyum dengan indah sebelum dirinya memainkan lagu dimana dulu ia juga memainkan untuk si kecil nya.

Alunan musik itu mulai terdengar, melantunkan lagu dengan lirik yang begitu indah, Forza tersenyum dirinya benar-benar merasakan dejavunya. Suara Gema tetap menjadi Favorit, Lembutnya nada dengan intonasi yang pas mampu membuat siapa aja yang mendengarkan terlena. Bahkan ketika lagu itu selesai di nyanyikan melodi indah yang di suarah Gema terus terngiang di telinga para pendengar.

Kaki jenjang itu dia bawa menuruni panggung, kembali duduk di depan sang pujaan yang sekarang udah tersenyum dengan lebarnya. Hatinya ikut merasakan kehangatan disana, dengan binar mata yang terang Forza benar-benar mampu membuatnya jatuh lebih dari yang dulu.

FOTOCOPYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang