Beberapa hari ini semua tampak sepi, tak ada suara keributan yang selalu mereka dengar. Seakan-akan semua berubah dalam waktu sekejap. Situasi ini tak membuat mereka lega namun sebaliknya rasa khawatir yang begitu besar terus mereka rasakan.
Seorang laki-laki manis yang selama ini selalu membuat suara yang berisik kini tak ada lagi, hanya ada keterdiamaan, tanpa kata, tanpa suara, dan hanya ada tatapan lesu. Sungguh ini bukan seperti Forza yang mereka kenal.
"Dek makanannya jangan di aduk-aduk doang tapi di makan." Forza yang mendengar ucapan dari sang Papa mulai berhenti, menaruh sendok dengan posisi terbalik menandakan seseorang yang telah selesai makan. Dan hal itu membuat semua orang bertanya akan tindakannya.
"Adek nggak laper Pa, adek mau langsung berangkat aja." Kaki kecil itu dia bawa menuju keluar rumah, duduk dengan lesu memasang sepatunya dengan tatapan yang selalu kosong menghadap ke arah tanah. Sampai dirinya pun tak menyadari ada seseorang yang duduk tepat di sampingnya dengan raut wajah khawatir.
"Lu kenapa si dek? Udah seminggu lu lesu terus kaya gini? Ada masalah? Cerita lah ke gw."
"Gw gpp cuma ngantuk aja."
"Nggak mungkin, gw ini kakak lu gw tau betul lu tu kaya gimana, kenapa si hah?"
"Gw nggak apa-apa, udah lah gw mau berangkat dulu."
Tanpa menunggu jawaban dari sang kakak Forza pergi begitu saja menuju kearah motornya, melaju dengan kecepatan penuh meninggalkan sang kakak yang sekarang sudah mengeluarkan seluruh sumpah serapah untuk dirinya.
"Itu anak bener-bener ya, anak siapa si itu."
.
.
.
.
.Situasi di sekolah tak jauh berbeda dengan di rumah, Forza sama sekali tak membuat keributan akhir-akhir ini, dia hanya diam duduk menyendiri dengan tatapan yang selalu kosong. Bahkan setiap teman-temannya mengajak untuk bermain atau sekedar kekantin untuk mengisi perut dia akan selalu menolak.
"Za kekantin yuk!" Sandy masih berusaha untuk membujuk sahabat nya ini.
"Nggak dulu San kalian aja sana gw nggak laper." Mendengar tuturan dari Forza mereka bukannya pergi namun malah kembali menarik kursi untuk duduk berkerumun mengelilingi Forza yang berada di tengah. Dengan tatapan khawatir mereka berusaha untuk meyakinkan Forza.
"Za gw tau lu sedih, tapi lu juga nggak boleh larut dalam kesedihan segitunya. Ayo lah jangan kaya gini, Forza yang gw kenal dia nggak akan bersikap kaya gini."
Forza masih tak bergeming, dia tetap menunduk dengan lesu tak ada semangat bahkan untuk sekedar menjawab para teman-temannya.
"Bener yang di bilang Winar Za, lu nggak boleh kaya gini terus, ayo senyum kita selalu ada disini buat lu kok, kalo emang si Mas Gema lu itu nepati ucapannya pasti dia balik lagi Za, ayo sekarang kita kekantin dulu, kak Mila bilang lu belom makan dari pagi, nggak sayang lambung lu hah?"
Forza masih tak berkutik dia hanya diam tak ingin menjawab atau pun merespon. Hal ini membuat semua teman-temannya merasa geram, di tariknya tangan Forza paksa untuk mengikuti mereka kearah kantin, bahkan ketika Forza memberontak mereka mengangkat tubuh kecil Forza bersama-sama. Bahkan ketika mereka sudah memposisikan Forza pada salah satu tempat duduk tangan kecil itu masih senantiasa di pegang agar yang pemilik tidak kabur.
"Ishh udah si elah gw nggak bakal kabur juga, lepasin tangan gw" Pegangan tangan itu mulai terlepas satu persatu ketika mereka sudah yakin bahwa Forza tak akan kabur lagi untuk kali ini.
"Udah lu duduk sini bentar gw pesenin makananya. Guys jagain ni bocah biar gw sama Winar aja yang antri." Winar yang namanya tiba-tiba di panggil oleh Sandy pun menoleh sambil menunjuk dirinya sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/364773519-288-k293611.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FOTOCOPY
Fiksi PenggemarIni hanya kisah tentang Forza yang tergila-gila dengan Gema Mas-mas Fotocopy depan SMK dia sekolah. "Mas Gema kok makin ganteng aja si? Jadi pacar aku mau ya?"-Forza "Lulusin aja dulu sekolahnya dek!" Gema Main Cast Fourth as Forza Gemini as Gema to...