Langkah Baru

171 22 8
                                    

Suara berisik menggema di seluruh sudut sekolah, sorakan gembira dengan rasa bangga terpatri dari setiap siswa yang ada. Menggenggam sebuah kertas yang sesungguhnya adalah awal dari takdir mereka. Sorakan demi sorakan terus terdengar dengan alunan musik yang menjadi pelengkap untuk acara perpisahan. Tangisan dan tawa bercampur manjadi alunan melodi yang sungguh mengharukan. 

Bahagia dan sedih mungkin hal yang biasa untuk situasi ini, para siswa yang telah lulus harus meninggalkan semua kenangan yang ada pada masa sekolah, meninggalkan semua rasa pusing karna pelajaran, namun mereka juga harus menghadapi rintangan hidup yang sesungguhnya. Masa depan mereka menanti, menentukan pilihan yang akan menjadi takdir masing-masing dari mereka. Begitupun dengan Forza dan semua teman-temannya.

" Selamat atas kelulusannya Adek ku tersayang, Selamat memasuki kehidupan yang sesungguhnya hahahaha." Kak Mila berjalan mendekat kearah Forza di ikuti dengan Ayah dan Juga Papa dibelakangnya, dengan sebuket bunga di tanganya yang disalurkan tepat di depan wajah sang adik.

"Makasih, tapi nggak di depan muka gw juga kali lu ngasih ni bunga." Mereka semua tertawa atas keluhan yang Forza utarakan, bahkan semua teman-teman Forza yang  melihat itu pun ikut menggoda dirinya.

" Adek abis ini mau kuliah atau langsung ikut Ayah kerja?" Mendengar ucapan sang Ayah Forza memfokuskan diri sepenuhnya menatap sang Ayah yang sedang bertanya.

"Adek udah keterima kerja Yah"

"HAH?" Semua pasang mata saat ini melihat kearah Forza yang hanya bisa tersenyum dengan canggung, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan gerakan yang begitu kikuk. Sang Ayah yang mendengar ucapan dari si anak bungsunya itu lebih terkejut dari pada yang lain.

"Kok Adek nggak pernah bilang? Kerja dimana? Kerjanya bagian apa? Kenapa nggak ikut Ayah aja? Kamu yakin dek? Kok bisa tiba-tiba kamu udah dapet kerjaan aja? Kerjanya bener nggak? Kamu ..."

"Ishh Ayah satu-satu nanyanya, pusing adek dengernya. Iya adek udah keterima kerja, adek aja juga nggak nyangka kok bisa keterima langsung padahal adek aja baru lulus sekarang, awalnya adek juga kaget orang sebenernya adek cuma iseng masukin lamaran, itu pun cuma ngirim CV tanpa Ijazah karna belum keluar. Ehh tapi ternyata adek keterima jadi staf Office nya." 

"Kenapa nggak bilang Ayah dulu? Office mana emang?" Forza berusaha untuk mengingat nama tempat dia bekerja nanti, mungkin ini agak aneh tapi Forza menganggap ini adalah salah satu keberuntungan dirinya setelah melewati masa-masa sulit selama 4 bulan ini.

"Emm kalo nggak salah GMN Norensi."

"GMN Norensi kaya nggak asing." Sang ayah terlihat berfikir melatakan jari telunjuknya pada dagu dengan tatapan mata melihat kearah atas.

"Ouhhh itu perusahaan baru yang perkembangannya cepet banget, mereka baru berdiri selama 2 bulan tapi aset mereka bisa naik drastis, Ayah aja sempat kaget loh. Kok kamu bisa langsung keterima gitu aja di situ?" Forza hanya mengangkat kedua bahunya untuk menjawab, kalau di tanya kenapa ya Forza juga tidak mengerti jawabannya.

"Lagi kenapa kamu harus lamar di perusahaan lain kalo ayah kamu punya perusaan si dek?" Sang papa akhirnya berbicara menanyakan pertanyaan yang memang ada benarnya, kenapa Forza malah mengambil langkah sulit padahal dia sudah di beri kemudahan?

"Ya gpp, Adek pengen suana baru aja, lagi juga kalo adek ada di perusahaan Ayah nanti adek di spesialkan adek nggak mau."

"Hah kamu itu emang selalu ada di jalan kamu sendiri."

"Hehehe." 

"Nyengir doang lu Za kaga bilang apa-apa ke kita, setidaknya ngajak kita kek kalo pengen lamar kerja, kan siapa tau kita juga keterima." Catur berujar dengan tangan yang penuh makanan yang dia bawa.

FOTOCOPYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang