Sesampainya di rumah mereka bertiga langsung mengunci renjun di dalam kamarnya.
"BUKAIN GAK! AWAS LO SEMUA, KALO SAMPE JUAL MOTOR GUE, GUE MOGOK SEKOLAH SATU TAHUN"
Renjun terus berteriak di dalam kamarnya."BAGUS KALO KAMU MOGOK SEKOLAH AYAH JUGA DARI DULU PENGEN KAMU HOME SCHOOLING"
Entah dari mana tiba-tiba ayahnya sudah dibelakang mereka di depan pintu kamar renjun."AYAH MAKSUDNYA GAK GITU. Ayah bukain"
(Gue harus bisa pengaruhin ayah)"Aws sakit ayah, kaki adek lemes" mereka berempat panik langsung membuka pintu kamar renjun dan menggendong renjun ke kamar ayah mereka.
"ayah kaki adek lemes, gara gara bang jeno nana sama beruang itu" Renjun menunjuk ketiga abangnya, bibirnya tak berhenti manyun kedepan. Renjun yang tidak digubris menyenderkan kepalanya ke pundak sang ayah.
Perlahan terdengar suara tangis renjun, cukup pelan tapi mereka mendengar cukup jelas.
Sesampainya di kamar ayah langsung membaringkan renjun di karpet bulu.
"Sudah jangan menangis, kamu kan yang salah. Sudah ayah bilang jangan sekolah dulu, kamu kan baru check up kemarin. Lihat wajah kamu masih pucat" Mendengar kata kamu membuat renjun semakin mengencangkan tangisnya. Kalo ayah manggil kamu berarti ayah marah biasanya dia dipanggil adek, itulah pikiran renjun saat ini.
"Ayah marah, maaf adek salah. Janji gak ulang. Jangan marah-marah nanti cepet tua" Lihat dimarahi sedikit saja mata rubah itu sudah penuh air mata.
"Minta maaf sama Abang, janji gak ulang lagi" renjun menatap ketiga Abang kembarnya. Matanya sayu memandang ke arah mereka.
"Maaf Abang, adek salah. Jangan marah, takut" jeno menghapus air mata renjun. Jaemin mengambil minyak urut yang biasa bayi pakai.
"Maaf" mereka bertiga masih diam saja membuat renjun semakin gelisah."Abang" jaemin dan jeno memeluk erat renjun mencium umbun umbun renjun. Adiknya ini memang pandai merayu dengan suara halusnya.
"Abang maafin, jangan diulangi" jeno
"Kalo diulangi lagi Abang terpaksa suruh om Suho ngeluarin kamu dari sekolah" jaemin berusaha mengancam adiknya ini. Kalo tidak di ancam pasti selalu diulangi."Eum renjun janji (kalo gak lupa)" tentu saja kalimat terakhir dia ucapkan didalam hati.
"Abang haechan, Abang masih marah. Abang gak sayang adek lagi" Haechan bangkit dari duduknya meninggalkan renjun.
"ABANG ADEK MINTA MAAF, ABANG ECHAN" Renjun kembali menangis dipelukan ayah.
"Shutt nanti minta maaf lagi ya, sekarang Abang mendinginkan pikirannya dulu. Sekarang ayah mau pijat kaki adek dulu, lihat kakinya ada sedikit lebam" renjun menngguk.
Perlahan ayah mengoleskan minyak ke kaki renjun menekan pelan kaki renjun semakin lama agak semakin keras, renjun yang tak tahan mendesis pelan. Kenapa dia baru sadar ada lebam di kakinya.
"Aws ayah udah, sakit" ayahnya tak terkecoh dengan perkataan renjun.
Setelah sepuluh menit pijatan berakhir. Jano jaemin keluar untuk istirahat sementara renjun sekarang sedang dibantu ayahnya berganti pakaian.
Kini pemuda mungil ini menggunakan baju tidur Pororo berwarna kuning.
"Ayah bajunya kok gini, mau ganti" renjun melengkungkan bibirnya.
"Tidak, ayah tidak bisa dibantah sekarang. Tidur nanti ayah bangunkan saat makan malam. Ayah pakaikan masker oksigen sepertinya nafas kamu sedikit berat" Ayah memasangkan masker oksigen perlahan mengelus kening renjun yang sedikit berkeringat, setelah bungsunya tertidur dia beranjak mengambil baju ganti, saat mau memasuki kamar mandi sejenak dia menatap bungsunya yang tertidur.
"Beberapa hari lagi keluarga besar akan pindah ke sini, entah bagaimana nasib kamu ditangan mereka. Sepertinya kamu akan susah bergerak" ayah terkekeh pelan memandang wajah renjun yang mengkerut saat tidur, seperti menanggapi ucapannya.
"Selamat istirahat bayi, jangan sakit lagi kami khawatir" ayah mencium lagi kening renjun agak lama. Rasanya dia sedikit bangga membesarkan ke empat anak mereka tanpa sosok ibu.