"Kita berangkat dulu" jaemin dan jeno berpamitan.
"Mau ikut" haechan menyolek dagu renjun.
"Enggak, sana nanti telat" renjun membiarkan ketiga kembarannya bersekolah.
"Apa, kenapa ayah liatin aku gitu" renjun memandang sinis ayahnya.
"Mau ikut ayah mancing nggak di belakang rumah" siwon sudah menyiapkan bekal untuk memancing bahkan dia membeli dua pancingan baru demi bungsunya ini.
"Hah ya udah ayo" renjun terpaksa daripada dia mati kebosanan.
Mereka berdua akhirnya duduk mancing di belakang rumah. Renjun hanya diam saja pancingnya dia tancapkan di tanah dia lebih memilih menyemil buah dan jajanan yang sudah ayahnya siapkan.
"Seru banget ya dek" siwon tersenyum sumringah ketika mendapatkan ikan.
"Ya dapet lah orang kolamnya aja penuh ikan" batin renjun.
"Liat dek umpan kamu dimakan coba tarik, ayo itu" siwon berteriak antusias.
"Biarin aja biar kenyang ikannya" renjun sudah lelah sebenarnya.
"Nggak gitu loh sayang kan mancing ceritanya" siwon
Renjun dengan kesal mengangkat pancingnya terlalu kuat hingga ikannya terlempar ke atas. Tukang kebun yang sedang merapihkan rumput kejatuhan ikan yang terlempar tadi.
"Ya ampun ikan darimana ini" pak dodot tukang kebun itu celingukan kesana kemari sampai dia melihat tuan mudanya tersenyum.
"Maaf ya pak saya nggak sengaja" renjun membungkuk meminta maaf.
"Nggak papa den, cuma kejatuhan ikan. Kalo kejatuhan duit baru saya kaget" pak dodot tertawa.
"Bisa aja pak, ikannya buat bapak aja buat digoreng di rumah. Sama nih bonus buat bapak" siwon memberikan beberapa lembar uang.
"Terima kasih tuan, terima kasih tuan muda" pak dodot membungkuk berterima kasih.
"Sama sama, saya ke kamar dulu ya pai pai pak dodot" renjun meninggalkan ayah dan pak dodot.