"Nggak papa cuma diare aja, abis minum obat juga sembuh" jae membantu renjun meminum obatnya.
"Makasih abang" renjun dibiarkan istirahat.
Jeno memandang wajah renjun, entah kenapa hatinya tidak tenang seperti akan terjadi sesuatu pada adiknya.
"Jen sana lo istirahat biar gue sama ayah yang jagain adek" haechan peka pasti jeno kelelahan, wajah abangnya terlihat sedikit pucat seperti orang kebanyakan pikiran.
"Gue mau tidur di sebelah renjun boleh kan" akhirnya mereka membiarkan jeno semalaman dengan renjun.
Pagi tiba jaemin jeno dan haecham memutuskan bertemu bundanya.
Kini mereka berada di cafe.
"Hai bunda disini" mereka bertiga mendekat di meja bundanya."Ya ampun anak bunda sudah besar besar ya. Kalian sehat kan" mereka hanya terdiam.
"Maafin bunda ya pasti kalian marah sama bunda, maafin bunda karena sudah meninggalkan kalian bunda janji akan memperbaiki semuanya. Rencananya bunda ingin mengajak kaliam bertiga untuk tinggal bersama" bunda
"Kita sudah maafin bunda tapi untuk tinggal bersama bunda kami nggak akan mau" jaemin menolak dengan lembut.
"Apa karena anak penyakitam itu? Kalian lebih memilih dia daripada bunda" bunda
"Cukup, saya kesini hanya untuk mengantar adik adik saya" jeno
"Sebentar jen, bunda ada yang mau ketemu bunda. Adek kesini" haechan.
"Chan lo bawa adek??" ucap jeno frustasi.
"Bunda?? Ini bundanya abang abang ya? Bunda cantik banget. Bunda maafin adek. Maaf sudah ngehancurin citra bunda karena melahirkan anak penyakitan seperti aku. Bunda kalau nanti adek pergi peluk adek ya, itu permintaan pertama dan terakhir adek" mata renjun sudah berkaca kaca. Kenapa dadanya terasa sesak. Renjun merasa bahagia dan kecewa. Bukan kecewa dengan bundanya tapi kecewa dengan dirinya sendiri, dirinya merasa menjadi penghalang kebahagian bagi semuanya.
"Adek nggak boleh ngomong gitu, ayo pulang abang nana anterin" jaemin memegang tangan dingin adiknya.
"Sebentar abang, adek pengen lihat wajah bunda yang lama" renjun terus saja memandang wajah bundanya pipinya sudah basah.
Sebenarnya di hati kecilnya bunda juga merasa bersalah, tapi mengingat tatapan benci dan omongan kebencian orang lain saat renjun lahir membuat dirinya semakin benci pada anaknya.
"Maaf" bunda berlari ke luar cafe, tanpa melihat kondisi jalan bunda terus saja berlari. Renjun terus mengejar bundanya, dia masih ingin berbicara pada bundanya.
Tanpa di sangka mobil melaju dari arah berlawanan, bundanya dalam bahaya. Renjun mendorong bundanya ketepi jalan tapi terlambat renjun tertabrak truk terlempar jauh dari jalan. Jeno jaemin dan haechan berteriak. Mereka langsung menghubungi ambulan.
"RENJUNAAA" jaemin terbangun mimpi itu datang lagi. Jeno langsung masuk ke kamar jaemin menenangkan adiknya. Mereka berdua menangis bersama.
Mimpi itu terus saja terulang setelah kejadian lima tahun itu.
"Maafin gue, kalau gue nggak ngotot ketemu bunda pasti adek masih ada" jaemin menangis di pelukan jeno.
"Lo nggak boleh gitu, adek sudah bahagia di sana. Renjun pasti sedih liat lo terus kaya gini" jeno terus menenanglan jaemin. Walaupun dirinya bahkan lebih hancur.
Sementara di kamar siwon, ayah empat anak itu melihat gambar foto bayi yang terpampang di depannya.
"Maafin ayah ya sayang, ayah nggak bisa jagain kamu. Maafin ayah karena ayah kamu tidak merasakan cinta dari bunda kamu, bahagialah di sana. Ayah disini akan menjaga ketiga abang kamu. Tolong tunggu ayah di sana. Sering sering dateng ke mimpi ayah ya sayangnya ayah" siwon menangis di setiap paginya.Sementara haechan kini berada di luar negeri sekarang dirinya berada di jilin china. Dulu adiknya ingin sekali tinggal disini. Renjun sangat suka sekali dengan salju.
"RENJUNAAA" haechan berteriak di atas balkon kamarnya.
"Maafin abang ya adek, lihat sekarang abang di jilin. Dulu kamu yang mau ajak abang ke sini sekarang abang sudah di sini. Kamu dimana sayang. Abang kangen. Abang bodoh kan. Andai abang nggak ajak kamu ketemu bunda sekarang pasti kamu masih di samping abang" haechan menangis di bawah rintikan salju.
"Saya nggak gila pak, lepasin saya. Renjun renjun maafin bunda ya nak. Sini nak. AWAS PAK ANAK SAYA NANGIS DI LUAR, RENJUN RENJUN SINI NAK"
"Bu ibu harus sabar, minum obat dulu yah nanti kita ketemu anak ibu ya"
Bunda sekarang mendekam di dalam rumah sakit jiwa terperangkap di jeruji penyesalan yang tiada akhir.
Jaehyun menggendong bayi, sekarang dia sudah menjadi ayah. Wajah anaknya sekarang mirip sekali dengan renjun adik kesayangannya.
"Kamu renjun ya, apa benar tranmigrasi itu ada. Ren abang kangen banget sama kamu sampai menghayal yang engak enggak" jaehyun tertawa lembut di depan anaknya.
"Kalau kehidupan kedua ada biarkan abang yang jadi orang tua kamu ya sayang. Abang akan selalu ingat kamu dimanapun dan kapanpun" jaehyun menitihkan air mata.
"Kalo adek nggak nurut nanti abang sedot pipi kamu" haechan"Kamu cantik banget ya ren perempuan di sana aja kalah cantik sama kamu" jaemin.
"Dunia gue lagi cantik banget kalau ada lo ren" jeno
Maafin aku ya, aku udah bingung mau lanjutin kaya gimana. Kayaknya kita cukup sampa disini asekk. Aku bakal fokus ke bayi galak. Bay bay terima kasih love you all
😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍