IX. Bincang Sore

62 5 0
                                    

Hari ini adalah hari minggu, dimana hari terkahir di minggu ini Shalina bisa bersantai di sore hari. Mulai esok, Shalina pasti akan sibuk dengan kegiatan di kampusnya dari pagi sampai siang dan dilanjutkan kerja sampai malam hari, belum lagi tugas-tugasnya lainnya yang menunggu dirinya.

Sekarang pukul 16.00 Shalina sudah ada dirumah, ia baru pulang dari tempat ia bekerja. Shalina sekarang sedang duduk dikursi depan rumahnya sambil menjaga adik-adiknya yang lagi asik bermain.

Shalina tersenyum melihat tingkah adik-adiknya itu, ada yang bermain masak-masakan, ada yang main pistol-pistolan dan ada pula yang main mobil-mobilan. Namun, ia merasa kasihan juga atas dirinya dimasa lalu, ia merasa kasihan pada Shalina kecil yang tidak ikut merasakan kebahagiaan di setiap sorenya.

Karena, Shalina kecil setiap sore tidak akan mau diajak bermain dengan siapapun, dia hanya duduk didekat gerbang berharap orangtuanya menjemput dirinya kembali. Namun hingga kini, sudah 18 tahun berlalu. Orangtuanya tidak pernah datang untuk menjemputnya, Shalina sedih. Harusnya, ia dulu lebih mementingkan main dengan temannya dan membuat kenangan indah bersama teman-temannya dibandingkan dengan menunggu orang yang mungkin tak akan kembali lagi.

Shalina yang sedang asik melamun, tiba tjba dikejutkan oleh tangisan salah satu adiknya disana "Huaaaa...Ka Alin...huhuhu" tangisan anak perempuan berusia 4 tahun itu terdengar oleh Shalina, dan Shalina pun mengampiri gadis kecil itu

"Sinta kenapa nangis sayang? kan tadi kaka liat kamu lagi asik main" tanya Shalina

"Iya..huhu..aku..lagi..main..tapi..tadi..malah..digangguin..terus..sama..Bobi..hu.hu.hu" jawab Sinta sambil sesegukan

Bobi, anak laki-laki berusia 6 tahun itu memang suka jail. Tubuhnya yang gempal kadang membuat teman-teman yang lain disana takut juga sama dia.

Setelah Shalina mengetahui kenapa Sinta menangis, ia memutuskan untuk memanggil Bobi "Bobiiii kesayangan kak Alin, kesini sayang" ucap Shalina

"Iya ada apa ka Alin?" tanyanya dengan polos

"Kamu lihat kan ini Sinta menangis, katanya kamu tadi gangguin Sinta terus ya" ujar Shalina

"Aku gak gangguin Sinta ka Alin, aku cuma mau ikut main aja sama dia. Cuma, setiap aku pegang piringnya kata Sinta gak boleh, Aku pegang gelas juga gaboleh. Yauda karena aku kesal sama dia aku lempar aja piringnya tuh kesana" tunjuk Bobi kerah piring yang jauh dari tempat Sinta bermain

Shalina akhirnya mengalihkan pandangan matanya pada Sinta dan bertanya "Memang benar Sin? kenapa kamu tidak membolehkan Bobi untuk bermain?" tanya Shalina

"Iya kaa, soalnya kan ini mainan untuk perempuan" jawab Sinta

"Kata siapa mainan itu untuk perempuan?" tanya Bobi

"Iyaaa lah! ini kan mainan masak-masakan, yang suka masak kan perempuan" jawab Sinta lagi

"Engga tuh! yang suka masak itu bukan cuma perempuan! Abang tukang nasi goreng laki-laki, abang tukang sate juga laki-laki, terus kalau ada yang ulang tahun disini chef-chef yang masakin kita juga laki-laki. Jadi masak-masakan juga bisa dong dimainin sama laki-laki bukan hanya perempuan aja!" jawab Bobi dengan bersungguh-sungguh

"MasyaAllah Bobi, pintar sekali kamu" ucap Shalina "Bener Sinta, apa yang dikatakan sama Bobi, masak-masak itu ga harus perempuan. Masak itu bisa dilakukan oleh Laki-laki dan juga Perempuan, jangan jauh-jauh deh ke abang-abang jualan, dan chef yang pernah datang kesini. Kita liat tuh mas Pasha juga suka masak kan? suka masakin kita semua yang ada disini?" tanya nya

"Iya ka, mas Pasha suka masakin aku juga" jawab Sinta

"Nah, jadi masak itu tidak harus dilakukan oleh perempuan juga. Karena, sebenarnya memasak itu adalah kewajiban yang semua orang harus bisa. Karena dengan bisa memasak berarti kita bisa bertahan untuk hidup, lebih kerennya sih memasak itu masuk ke Basic Life Skill" ucapnya

SHALINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang