Dirinya. Ia telah memberikan dirinya di saat ia seharusnya menghindar.
—Edeline“Selamat pagi miss.”
“Selamat pagi nona.”
“Selamat pagi nona Alina.”
Berbagai sapaan di pagi hari menjadi awal bagi Edeline sebelum memulai pekerjaannya. Perempuan itu tersenyum simpul ketika beberapa karyawan menyapanya. Tepat saat ia memasuki lift ia menurunkan senyumnya dan merubah raut wajahnya.
Edeline menyandarkan dirinya di dalam lift seraya memijat pelipisnya. Hampir seminggu ia tidak masuk ke dalam kantor, dan hal itu membuat dirinya sangat kesal terhadap pria itu. Gila. pria itu benar-benar membuatnya tidak bisa berjalan hampir seminggu penuh.
Dengan penuh percaya diri Edeline keluar dari dalam lift, kemudian berjalan tanpa ada halangan apa pun. Sampai ia melihat raut terkejut Martha yang baru keluar dari ruangannya.
“Selamat pagi nona.” Sapa Martha.
Edeline tersenyum seraya mengangguk kecil, sebelum ia melangkah dan memasuki ruangannya. Martha melihat kedatangan Edeline dengan raut bingung. Pasalnya, nonanya itu tak berkata akan datang ke kantor hari ini.
Edeline duduk di kursinya seraya menyandarkan punggungnya. Perempuan itu menggigit ujung kukunya ketika mengingat percakapannya dengan Alexio beberapa waktu lalu.
“Tampaknya perusahaanmu sedang membutuhkan investor baru, bukankah begitu Dee?” ucap Alexio seraya menatap Edeline yang tengah menyantap sarapannya.
Edeline terdiam dengan dahi mengerutnya. Bagaimana bisa pria ini tahu jika, ah sial. Ia adalah Alexio. Pria yang selalu tahu mengenai dirinya, tanpa ia beritahu sekalipun.
Edeline berusaha menghiraukan ucapan Alexio. Ia tahu apa yang tengah dipikirkan pria itu saat ini. Pasti pria itu ingin menawarkan bantuan dari perusahaannya. Tidak. Ia tidak ingin berhubungan lebih jauh dengan pria itu, apalagi hal ini mengenai pekerjaannya.
“Aku bisa membantu. Jika kau mau.” Tekan Alexio, yang menyiratkan jika Edeline harus menerima bantuannya kali ini.
“Tidak perlu. Aku sudah mendapatkan investor yang aku mau.” Ucap Edeline dengan senyum simpulnya. Berharap Alexio tidak akan berpikir membantunya lagi.
“Who?” desis Alexio dengan tatapan berubah tajam.
Edeline terdiam dengan pandangan sedikit was-was. Jangan bilang pria itu berusaha menyingkirkan orang-orang yang bekerja sama dengannya.
“Kau tidak perlu—“ Edeline tersentak ketika Alexio mencengkeram tangannya tiba-tiba.
“Katakan, atau aku bisa mematahkan tanganmu saat ini juga.” Ucap Alexio tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELINE [ON GOING]
RomanceSEQUEL "ALEXIO" [FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] DON'T COPY MY STORY❌️‼️ 18+ Buat yang baru baca, kalian bisa baca Alexio dulu sebelum baca Edeline, biar kalian paham alurnya, xx. *** Setelah lima tahun, Edeline hidup seperti orang yang berbeda. Dunia...