Am i dreaming? He said, he’s mine and I'm his yours. That the first thing makes my stomach full of butterflies. —Edeline
“Seriously? Kau akan memindahkan kantor utama di Madrid?” ucap Gideon tak percaya.
Alexio yang tengah menatap laptopnya hanya bergumam pelan. Gideon menatap tak percaya ke arah pria itu. Bagaimana bisa pria itu akan memindahkan Fernandez corporation, yang sebelumnya berpusat di New York.
“Hanya sementara.” Ucap Alexio yang mengerti kekhawatiran Gideon.
Ia tak berniat untuk tinggal lebih lama di Madrid, sebelum ia membawa Edeline kembali. Sebenarnya tujuannya di Madrid hanya untuk perempuan itu. Mengingat tentang Edeline membuat Alexio tersenyum miring. Terlebih lagi ia begitu mengingat jelas pergumulan mereka beberapa waktu lalu.
“Shit!” desis Alexio seraya menutup laptopnya saat itu juga.
Sial. Mengingat tentang hal itu membuatnya tak bisa tenang sedikit pun. Rasanya ia ingin meremukkan tubuh Edeline di bawahnya tanpa henti, seraya mendengar suara perempuan itu yang meneriakkan namanya tanpa henti.
Gideon yang melihat kelakuan Alexio mengernyit heran. Sampai senyum miring tercipta di bibir pria itu.
“Jangan bilang kau sudah merindukannya.” Tebak Gideon yang membuat Alexio seketika menoleh.
Tanpa kata Alexio keluar dari ruangannya. Tanpa peduli orang-orang yang menatapnya penasaran, pria itu terus berjalan tanpa henti. Sampai beberapa saat ia telah sampai di basement perusahaannya. Ia memasuki mobilnya kemudian melajukannya begitu saja.
“Haruskah aku membereskan para tikus itu?” gumam Alexio dengan senyum miringnya. “Atau, membuat sesuatu yang mengejutkan?”
🦋🦋🦋
Edeline menggigit sandwich nya seraya memeriksa beberapa data yang ia kerjakan dari rumah. Bukannya ia tidak ingin berangkat ke kantor. Hanya saja, pria sialan itu yang membuatnya harus mengalami hal ini lagi.
“Bastard!” geram Edeline seraya menggigit sandwich-nya dengan perasaan kesal.
Perempuan itu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, seraya mengunyah sisa sandwich-nya. Entah sudah berapa lama pria itu tidak kunjung pergi dari Madrid. Ia pikir Alexio akan benar-benar pergi setelah hari itu. Sialnya, kini ia telah terjebak dengan pria itu.
Di tengah diamnya Edeline merasakan ponsel di sebelahnya bergetar. Perempuan itu mengambil ponselnya hingga ia mendapati nama Jade di sana. Ia menghela napas sejenak sebelum mengangkat teleponnya.
“Why you–“
“Gawat! Ini benar-benar gawat!” pekik Jade di seberang telepon.
“What do you mean?” tanya Edeline dengan kening berkerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELINE [ON GOING]
RomanceSEQUEL "ALEXIO" [FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] DON'T COPY MY STORY❌️‼️ 18+ Buat yang baru baca, kalian bisa baca Alexio dulu sebelum baca Edeline, biar kalian paham alurnya, xx. *** Setelah lima tahun, Edeline hidup seperti orang yang berbeda. Dunia...