"Dee, I fucking miss you."
— AlexioSetelah hari itu Edeline benar-benar tidak bisa tidur nyenyak. Segala hal tentang Alexio benar-benar mengisi otaknya hampir sepanjang waktu. Tapi beruntungnya pria itu membiarkannya pergi, ketika ia harus mengurus pekerjaannya.
Edeline memejamkan matanya seraya memijat pelan pangkal hidungnya. Sampai ketukan pintu membuat Edeline seketika membuka matanya. Terlihat Martha yang masuk tanpa membawa apa pun.
“Ada apa?” tanya Edeline melihat kehadiran Martha yang tak seharusnya berada di jam begini. Terlebih lagi, ini sudah waktunya untuk pulang.
“Ada seorang pria yang sedang menunggu anda di lobi. Pria itu terlihat—“
“Cukup. Aku sudah tahu.” Jawab Edeline yang membuat Martha mengangguk dan pergi dari ruangan Edeline.
“Shit! Apa yang sebenarnya ia inginkan?” desis Edeline, sebelum ia meraih tasnya kemudian keluar dari dalam ruangannya.
Edeline menghembuskan napasnya sejenak sebelum ia melangkah memasuki lift. Ingin rasanya ia lari dari sini, kemudian bersembunyi seperti lima tahun lalu. Tapi untuk saat ini sepertinya tidak akan mudah. Mengingat pria itu sudah tahu di mana tempat tinggalnya, bahkan segala hal yang ia sembunyikan selama ini.
Sesampainya di lantai terbawah Edeline keluar dari dalam lift. Ia bisa melihat seorang pria tengah duduk di lobi dengan majalah di tangannya. Edeline mencoba mengabaikan pria itu dan berjalan seperti biasanya. Namun sialnya.
“Where are you going?” ucap pria itu seraya menutup majalah di tangannya.
Seketika itu Edeline berhenti kemudian menghadap Alexio. Pria itu bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Edeline. Perempuan itu melihat sekelilingnya, beruntungnya tidak ada siapa pun di lobi saat ini.
“What do you want?” tanya Edeline cepat. Ia tidak ingin membuang-buang waktunya untuk meladeni pria di hadapannya ini.
Tanpa kata Alexio meraih tas Edeline, kemudian menggenggam tangan perempuan itu. Edeline terdiam ketika pria itu membawanya pergi dari tempat itu.
Alexio membuka pintu mobilnya dan membawa Edeline masuk ke dalamnya. Edeline hanya diam dan tak menolak sekalipun. Karena ia tahu, pasti pria itu akan mengantarnya pulang.
Edeline masih diam ketika Alexio mulai melajukan mobilnya. Perempuan itu membuang pandangannya seraya menatap jalanan kota Madrid di malam hari. Sampai tindakan tak terduga Alexio membuat Edeline sedikit terkejut.
Edeline menoleh ketika Alexio menggapai tangannya, kemudian menggenggamnya. Tanpa sadar Edeline menyunggingkan senyumnya ketika melihat hal itu. Sampai panggilan Alexio membuat Edeline mendongak ke arah pria itu.
“Dee,”
“Ya?” jawab Edeline dengan wajah bingungnya.
“Kita sudah sampai.” Ucap Alexio dengan senyum simpulnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELINE [ON GOING]
Storie d'amoreSEQUEL "ALEXIO" [FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] DON'T COPY MY STORY❌️‼️ 18+ Buat yang baru baca, kalian bisa baca Alexio dulu sebelum baca Edeline, biar kalian paham alurnya, xx. *** Setelah lima tahun, Edeline hidup seperti orang yang berbeda. Dunia...