Jemiel & Setitik Kebahagiaan

285 56 5
                                    

Nata melirik bingung teman sebangkunya yang sedaritadi tersenyum lebar. Mereka baru saja menyelesaikan mata pelajaran ekonomi dan matematika secara berurutan, kepala Nata sudah mau pecah tetapi teman sebangkunya itu masih bisa memasang wajah sumringah.

"Masih waras kan, Je?"

Jemiel hanya mengangguk singkat, lalu remaja tersebut terus-terusan mengecek jam tangannya.

"Lima menit lagi bel pulangnya. Lo mau ngapain sih abis ini kok keliatan seneng banget?" tanya Nata yang tidak bisa menyembunyikan rasa keponya.

"Mau blind date ya lo?" tebak Nata ngawur.

"Ngaco banget," Jemiel mendelik saat mendengar tebakan asal Nata. "mau ke kantor Mama gue. It's her birthday."

"Wah asik dong, titip salam ya buat Mama lo, bilang selamat ulang tahun Tante dari sahabat anak Tante yang paling ganteng dan soleh." ujar Nata dengan senyum tengilnya.

Biasanya Jemiel akan kesal melihat tingkah narsis Nata, tetapi kali ini dirinya hanya tertawa kecil. Moodnya sedang bagus.

Suara bel yang dinanti-nantikan Jemiel pun akhirnya berbunyi. Tanpa berlama-lama lagi, Jemiel langsung mengambil tasnya dan melesat ke parkiran. Meninggalkan Nata yang terbengong melihat kecepatan lari sahabatnya yang seperti dirasuki superhero the flash.

Jemiel merasa semesta pun turut mendukungnya hari ini karena jalanan menuju kantor Kristal begitu lengang, padahal sudah memasuki jam pulang kerja. Tidak sampai tiga puluh menit, vespa hitam kesayangannya sudah memasuki area parkir kantor sang Mama.

Sebelum turun dari motor, Jemiel mengambil kotak berisi kalung yang tempo hari ia beli di bagian depan tas sekolahnya, lalu merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan karena helm.

Kedua kakinya melangkah ringan memasuki kantor berlantai tiga tersebut. Jemiel sudah menghubungi Kak Joy dan perempuan itu mengatakan jika sore ini Mamanya tidak memiliki meeting atau pun jadwal di luar kantor sehingga Jemiel bisa leluasa datang.

Tadi pagi Jemiel bangun sedikit kesiangan yang menyebabkan dirinya belum sempat bertemu dengan Kristal dan mengucapkan selamat ulang tahun langsung.

Senyum tipis Jemiel lemparkan kepada receptionist saat memasuki lobby kantor. Walaupun Kristal tidak pernah blak-blakan membuat pengumuman mengenai Jemiel, sudah menjadi rahasia umum di kantor jika Ibu Bos mereka memiliki satu putra yang sudah berusia remaja.

Jemiel memasuki lift dan memencet tombol dua—lantai dimana ruang kerja Mamanya berada.

Senyumnya semakin lebar ketika melihat sosok Kak Joy di depan ruangan sang Mama.

"Cepet banget udah sampe aja?" Joy sedikit terkejut melihat Jemiel yang sudah berdiri dihadapannya.

"Hahaha iya, udah gak sabar ngerayain ulang tahun Mama."

Joy ikut tersenyum melihat raut senang Jemiel. Ia menggeser sedikit tubuhnya yang tadi berada tepat di depan pintu ruangan Kristal. "Mama kamu ada di dalem, gih masuk. Kalau butuh sesuatu meja Kak Joy disebelah situ ya."

Setelah itu Joy beranjak ke meja kerjanya. Lalu dengan gugup tangan Jemiel mendorong gagang pintu didepannya.

Pemandangan yang pertama kali Jemiel lihat ialah punggung Mamanya. Terlihat Mamanya sedang melamun menatap jalanan dari kaca besar. Perempuan yang sedang berulang tahun itu sepertinya tidak sadar jika ada seseorang yang masuk. Bahkan sampai Jemiel sudah berdiri dibelakangnya pun, Kristal masih diposisinya yang membelakangi Jemiel.

Tangan Jemiel menyentuh pelan bahu Kristal, "Mama, selamat ulang tahun."

Kristal segera menoleh ke sumber suara, raut bingung tercetak jelas di wajah cantiknya.

"Abang kok bisa ada disini?"

"Abang pulang sekolah langsung kesini," ujar Jemiel canggung. "tadi pagi Abang belum sempet ketemu Mama, padahal mau ngasih kado."

Jemiel lalu membuka kotak kecil yang berisi kalung emas dengan bandul bunga matahari dan menyerahkannya kehadapan Kristal.

"Aku gak tau Mama suka atau enggak tapi aku pikir Mama bakal cantik banget kalau pakai kalung ini," pandangan Kristal jatuh kepada kalung cantik yang ia rasa harganya cukup mahal untuk seukuran anak remaja seperti Jemiel. "aku tau kalung ini gak seberapa sama pengorbanan dan semua yang udah Mama kasih. Mau sekeras apapun aku berusaha, aku gak bakal bisa gantiin semua yang udah Mama kasih buat aku. Abang bangga banget punya Mama dihidup ini, gak peduli dengan perkataan orang mau gimana, Abang selalu bersyukur lahir dari sosok ibu yang luarbiasa kayak Mama."

Jemiel menjeda perkataannya selama beberapa detik untuk menarik nafas dalam-dalam, suaranya mulai terdengar bergetar.

"Sekali lagi, selamat ulang tahun Ma. Semoga Tuhan selalu kasih Mama kebahagiaan dan umur yang panjang. Semoga berkat-Nya selalu melimpah untuk Mama, semoga Mama bisa terus meraih mimpi-mimpi Mama yang banyak tertunda karena kehadiran Abang yang tiba-tiba. Maaf kalau dikehidupan ini, kehadiran Abang bikin Mama kesusahan. Kalau kehidupan selanjutnya beneran ada, Abang berharap bisa jadi anak Mama lagi di waktu yang tepat."

Jemiel menundukan kepalanya dalam-dalam, ia terlalu malu dan takut menatap Mamanya. Ini merupakan pertama kalinya Jemiel mengeluarkan isi hatinya dan berbicara sepanjang itu kepada sang Mama.

Hening lalu menghampiri kedua manusia tersebut. Kedua mata Kristal mulai berkaca-kaca setelah mencerna perkataan-perkataan yang dilontarkan oleh putranya.

Kedua tangan lentiknya mulai membawa tubuh Jemiel untuk direngkuh hangat. Hal tersebut membuat anak lelakinya mematung.

"Terima kasih ya, Abang. Doanya manis sekali." Kristal mengelus lembut punggung putra semata wayangnya, sebelum akhirnya rengkuhan itu dilepaskannya.

Mata Kristal menatap kalung yang sedaritadi masih dipegang Jemiel dan tersenyum tipis. Perempuan yang baru berulang tahun tersebut lalu membalikan tubuhnya kembali memunggungi sang putra.

"Coba tolong kalungnya dipakein ke Mama. Mama mau lihat seberapa cantik kalungnya kalau Mama pake kayak yang Abang bilang." pinta Kristal membuat Jemiel dengan cepat memasangkan kalung pilihannya di leher sang Mama.

Tidak butuh memakan waktu yang lama, kalung berbandul bunga matahari tersebut sudah terpasang dengan indah di leher Kristal.

Kristal lalu mengambil cermin yang terletak di meja kerjanya, senyum manis terpatri dibibirnya melihat betapa cantiknya kalung yang diberikan oleh Jemiel.

"Ternyata beneran cantik kayak yang Abang bilang. Thank you ya, Son," Kristal kembali menoleh ke arah Jemiel yang masih terpukau melihat betapa cocoknya sang Mama dengan kalung pemberiannya. "tadi Om Bas ngasih kue rasa cokelat kesukaan Abang. Mau cobain enggak?"

Jemiel mengangguk dengan sangat antusias. Senyum lebar tidak pernah luntur dari wajahnya. Jemiel merasa sekarang dia adalah manusia paling bahagia di dunia.

彡彡彡

Jemiel yang lagi jadi manusia paling bahagia di dunia 🫶🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jemiel yang lagi jadi manusia paling bahagia di dunia 🫶🏻. Jangan lupa vote & commentnya yaah

KanigaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang