Jemiel & Opa-Oma

230 50 3
                                    

Jemiel tidak terlalu dekat dengan kakek neneknya yang ia panggil dengan sebutan Opa dan Oma. Ketika kecil ia tidak mengerti mengapa Mamanya tidak pernah membawanya ke rumah orang tua sang Mama dan begitu juga sebaliknya, Opa Omanya tidak pernah datang melihatnya. Namun, seiring berjalannya waktu ia cukup paham dengan keadaan, dimana dirinya sendirilah penyebab Opa dan Oma tidak pernah mengunjunginya. Ia cukup paham jika dirinya yang lahir di luar hubungan pernikahan membuat kedua orang tua Mamanya tidak terlalu menyukainya.

Sampai umurnya yang sebentar lagi akan legal, pertemuan dirinya dengan Opa dan Oma dapat dihitung dengan jari. Pertama kali saat ia berusia delapan tahun, ketika Oje membawanya ke rumah utama kediaman Dewanggala sehabis memjemputnya sekolah. Ia cukup terpana melihat wajah sang Oma yang masih terlihat muda dan cantik mirip seperti Mamanya. Ia ingat hanya bisa menarik ujung baju milik Oje sambil menundukan kepala, takut dengan reaksi yang diberikan Oma saat pertama kali mereka bertemu secara langsung. Omanya hanya menanggapi perkataan Jeslan dan melirik Jemiel sekilas lalu berjalan meninggalkannya tanpa sapaan.

Kemudian ia bertemu Opa ketika jam makan siang, Opanya itu memiliki sifat yang tegas dan keras. Jemiel sampai kesusahan menelan makanannya ketika Opanya itu lama sekali menatapnya dengan pandangan yang susah ia artikan. Ia juga sempat tersedak dan respon Opanya yang sangat cepat untuk memberikannya minum membuat Jemiel saat itu cukup tersentuh.

Pertemuan kedua ialah saat wisuda S1 Jeslan, ia tidak dapat menghadiri wisuda Oje bersama sang Mama karena Kristal yang saat itu masih bekerja di Departemen Store tidak dapat cuti. Hal ini menyebabkan Jemiel dijemput oleh Opa dan Omanya atas permohonan Jeslan. Selama perjalanan tidak ada yang membuka suara, Opanya menyetir dalam diam sementara Omanya sibuk merapihkan dandanannya. Namun, tidak lama kemudian radio menyala dan menampilkan lagu kesukaannya disusul oleh perkataan sang Oma.

"Jeslan bilang ini lagu kesukaan kamu," ujar Oma setelah memasang CD lagu ke radio lalu kembali fokus merapihkan make upnya.

Jemiel tidak dapat menahan senyumannya, ia kira sang Oma sama sekali tidak peduli padanya. Tetapi perkiraannya salah, Oma mau repot-repot memasang CD lagu kesukaannya agar ia tidak bosan selama perjalanan.

Pertemuan ketiga sekaligus pertemuan terakhirnya sampai sekarang ialah ketika Opa Omanya memutuskan untuk tinggal di San Fransisco. Ia baru mau memasuki tahun terakhir SMP ketika mengetahui kabar tersebut dan cukup merasa sedih. Akhirnya bersama sang Mama dan Oje ke bandara untuk mengantar sang kakek-nenek.

Terlihat interaksi Kristal dengan kedua orang tuanya masih cukup canggung, tetapi akhirnya Oma memeluk erat anak perempuan satu-satunya tersebut. Disusul oleh Opa yang memeluk singkat Kristal dan memberi pesan untuk selalu menjaga kesehatan. Jemiel juga dihadiahi usapan halus di kepalanya oleh Oma dan senyuman oleh Opanya.

Sudah hampir tiga tahun ia tidak berhubungan dengan Opa dan Omanya. Jemiel hanya mendapat kabar mereka lewat Jeslan. Remaja itu cukup sedih karena yang tadinya sudah 'berjarak' dan sekarang semakin menjauh. Dirinya tidak pernah kenal keluarga besarnya, keluarga yang ia tahu dan punya hanya sang Mama, Oje, dan Opa-Omanya.

Saat ini Jemiel merasa sangat sendiri, Ojenya sibuk berkuliah di benua lain, begitu pula dengan sang Mama yang sibuk bekerja dan jarang di rumah. Sementara Opa Omanya tinggal jauh di negara lain.

"Aden! Kok bengong sih, gak baik tau sore-sore gini!" omel Mbak Dina tiba-tiba yang berjalan dari pintu depan menghampiri Jemiel di ruang TV.

"Gak bengong, Mbak. Ini lagi liatin foto wisuda Oje dulu," jelas Jemiel sambil menunjuk figura yang ada di depannya.

"Oh yang bareng Opa Omanya Aden ya, sering Mbak lap kok itu figuranya tiap pagi," Mbak Dina ikut menatap figura di meja bawah TV, lalu ia tersadar sesuatu. "eh ini Mbak tadi terima paket katanya buat Aden."

KanigaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang