Jemiel & Hal Kecil

416 66 5
                                        

Tidak ada yang lebih membahagiakan dari melihat orang tersayang ketika baru membuka mata. Itu lah yang dirasakan Jemiel sekarang. Setelah lima hari ia dirawat, akhirnya remaja itu dapat melihat presensi Kristal. Mamanya masih memakai setelan kerjanya dan terlihat masih sibuk berkutat dengan ipadnya di sofa besar sebelah ranjang Jemiel.

"Mama?" panggil Jemiel pelan. Ia takut dirinya hanya berhalusinasi.

Kristal mengalihkan pandangannya dari ipad, netranya sedikit membulat melihat sang putra bangun. "Kok bangun? Masih jam satu pagi. Abang haus?"

Gelengan kecil didapatkan Kristal, membuat perempuan itu sedikit bingung dan beranjak mendekati Jemiel.

"Terus kenapa kebangun? Ada yang sakit?"

Rasanya Jemiel ingin menangis menatap wajah Mamanya yang sudah sangat ia rindukan itu. Terlebih dengan perhatian kecil yang sekarang Kristal terus lontarkan.

"Kangen," lirih Jemiel dengan wajah tertunduk. Ia cukup malu karena tidak biasa mengutarakan kerinduannya terhadap sang Mama.

Perempuan berwajah anggun itu cukup terkejut dengan perkataan anaknya. Sejauh ia mengingat baru kali ini Jemiel berkata rindu padanya. Bahkan dulu ia pernah meninggalkan Jemiel hampir dua bulan karena ada pekerjaan di luar negeri, tetapi anak itu sama sekali tidak pernah menunjukan kerinduannya.

"Mama kan udah disini," tangan Kristal dengan otomatis merapihkan poni Jemiel yang sepertinya sudah lebih pendek dari terakhir ia lihat. "rambutmu udah lepek banget, Bang. Besok pagi mau Mama bantu buat keramas?"

Perasaan bahagia membuncah di dada Jemiel, bibirnya membentuk lengkungan sampai kedua matanya menyipit menjadi bulan sabit. Perlahan ia kembali mengangkat wajahnya dan mengangguk antusias kepada Kristal.

"Mau, Ma."

"Ya udah kalau gitu sekarang Abang tidur lagi, biar besok pagi badannya lebih seger," pinta Kristal lalu hendak kembali ke sofa, sebelum tangannya ditahan oleh Jemiel.

"Kenapa lagi, Abang? Kamu harus istirahat biar cepet sembuh," Kristal menghela nafas pelan. Pekerjaannya sedang banyak-banyaknya, ia lelah dan tidak ada tenaga lagi untuk menghadapi putranya yang mendadak menjadi manja ini.

"Mama juga istirahat, jangan kerja terus nanti sakit," cicit Jemiel dengan tangannya yang masih setia memegang lengan Kristal.

Setelah dipikir-pikir, memang akhir-akhir ini Kristal hanya tidur kurang dari empat jam. Itu pun karena ketiduran di ruang kerjanya. Ia bahkan baru sempat mengunjungi Jemiel ketika anak itu sudah cukup lama dirawat. Namun, mau bagaimana lagi, ia tetap harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan perusahaannya. Terlebih keabsenan Joy karena harus menjaga Jemiel membuat pekerjaan Kristal semakin banyak.

"Iya, Mama beresin kerjaan sedikit lagi abis itu tidur. Kamu tidur duluan aja, jangan tungguin Mama."

"Mama ada selimut? Apa mau tidur di kasur berdua sama Abang?" tanya Jemiel lalu menggeser tubuhnya hingga menyisakan ruang yang cukup untuk satu orang lagi. "muat kok. Abang juga  tidurnya gak berantakan."

"Gak usah, nanti Abang kesempitan. Mama di sofa bed aja," tolak Kristal dengan halus. Ia juga masih harus mengerjakan beberapa pekerjaannya lagi, takut menganggu istirahat Jemiel dengan pergerakannya. "udah sekarang tidur. Have a good rest, Abang."

Jemiel cukup kecewa melihat Mamanya menolak tidur berdua dengannya, namun perasaan itu segera dibuangnya jauh-jauh. Seharusnya ia bersyukur karena Kristal sudah menyisihkan waktu untuk menemaninya.

"Good night, Ma." ujar Jemiel sebelum kembali ke alam mimpi.

-

Kedua mata Jemiel kembali terbuka ketika waktu menunjukan jam tujuh pagi. Cowok itu mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kamar dan tidak menemukan keberadaan Mamanya. Hatinya resah, bertanya-tanya apa kah semalam hanya sekedar mimpi belaka. Tas Kristal yang ia ingat terakhir berada di meja depan sofa juga tidak terlihat.

"Ma?" panggil Jemiel dengan suara serak bangun tidurnya.

"Mama," Jemiel kembali memanggil Kristal dengan suara yang lebih keras.
Jantungnya berdegup kencang, ia memutuskan turun dari kasur untuk mencari Kristal.

Baru saja kakinya hendak melangkah, pintu kamar inapnya terbuka dan terdapat Kristal yang sudah tidak terbalut baju kerjanya, Mamanya kini mengenakan sweater putih dan skinny jeans.

"Abang mau kemana?" tanya Kristal dengan kedua kening mengerut.

Kedua mata Jemiel mengerjap, perasaan lega menghampiri dirinya ketika mengetahui Mamanya tidak meninggalkannya.

"Kok malah bengong. Mau ke kamar mandi?"

"Mau cari Mama tadi," ringis Jemiel.

"Mama abis dari minimarket bawah, beliin shampoo kamu. Abang kan gak bisa pake sembarang shampoo, nanti rontok," jelas Kristal sambil memperlihatkan kantung belanja yang ia bawa.

Mendengar penjelasan Kristal membuat perasaan Jemiel menghangat. Mamanya mengingat hal kecil tentangnya, ia merasa disayang.

"Mau keramas sekarang?"

"Boleh," jawab Jemiel senang. "sama Mama?"

"Iya sama Ma—" belum sempat Kristal menyelesaikan kalimatnya, dering nyaring dari ponselnya membuat Kristal mengalihkan perhatian ke benda pipih itu. "sebentar, Bang. Mama angkat telepon dulu."

Kristal sedikit menjauh, bisa Jemiel lihat perubahan raut wajah Mamanya yang tadinya masih terlihat santai terganti dengan raut khawatir.

Tidak lama kemudian Kristal kembali mendekat dan perkataan selanjutnya yang dikeluarkan oleh Mamanya membuat remaja itu kecewa.

"Abang, kamu keramasnya dibantu suster aja ya? Mama ada urusan, harus pergi sekarang," ujar Kristal yang sekarang terlihat sedang terburu-buru. "atau sama Kak Joy? Dia udah perjalanan kesini, paling sebentar lagi datang."

Jemiel hanya bisa tersenyum pahit mendengarnya.

"Iya gampang, Ma. Nanti sama Kak Joy aja."

"Good. Kalau gitu Mama tinggal ya? Panggil suster kalau ada apa-apa." Kristal mengusap lengan Jemiel sebentar sebelum kembali menghilang dari balik pintu kamar inap sang anak.

Netra Jemiel masih setia memandang pintu kamar inapnya. Lalu beralih memandang kantung belanja yang berisi shampoo miliknya dengan tatapan kosong.

Mamanya memang dapat melakukan hal kecil yang membuat Jemiel merasa sangat disayang. Namun, Jemiel lupa jika sang Mama juga dapat melakukan hal kecil yang membuat dirinya sedih tak berujung.

彡彡彡

halo haloo maaf ya lama upnya, rl lagi hectic banget huhu,

dan jangan lupa votenya yaa biar makin semangat nulis :>>

KanigaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang