Jemiel & Hari Ayah

392 53 5
                                        

Kedua kaki Jemiel berjalan dengan lesu ke arah parkiran sekolah. Hari itu ialah hari Jumat, hari dimana jadwal ia dengan ketiga temannya selalu bermain sepulang sekolah. Namun, khusus untuk hari ini ketiga temannya kompak izin untuk tidak ikut dalam agenda mingguan mereka karena ingin merayakan hari Ayah nasional. Itulah alasan mengapa ketiga sohib Jemiel bersemangat untuk pulang cepat di hari Jumat yang cukup mendung agar tidak terjebak hujan di tengah jalan.

Terbiasa menghabiskan waktu bersama teman-temannya di hari Jumat yang luang membuat Jemiel sekarang kebingungan sendiri. Ia ragu untuk langsung pulang ke rumah karena Mbak Dina sedang izin sehari untuk menghadiri pentas seni anaknya. Tidak ada yang bisa ia ajak berbicara di rumah. Ingin berkunjung ke kantor Kristal juga sungkan karena takut menganggu pekerjaan sang Mama.

Akhirnya Jemiel memutuskan untuk mengisi perutnya yang sudah berbunyi terlebih dahulu. Pilihannya jatuh di restoran fast food lokal yang tidak terlalu jauh dari sekolah. Setelah pesanannya jadi, ia langsung memilih tempat duduk dekat jendela, biar tidak terlalu sepi karena dapat melihat kendaraan berlalu lalang.

"Je!"

Terdengar suara yang familiar memanggil Jemiel, membuat pemuda itu langsung menengok ke arah pintu masuk. Terlihat sosok Davin dengan senyuman khasnya berjalan menghampirinya.

"Hai, Vin. Dateng sendiri?" tanya Jemiel berbasa-basi.

"Iya nih, eh sebenernya sama supir sih cuma nunggu di parkiran soalnya gue cuma mau takeaway sebentar," balas Davin lalu balik bertanya. "lo makan sendiri atau gimana?"

"Iya sendiri. Temen-temen gue pada gak bisa ikut karena buru-buru mau ngerayain hari Ayah katanya."

"Oalah sama dong, gue kesini juga beli makanan buat bokap dalam rangka hari Ayah. Si Papi dari kemaren lagi bm ayam satu ekor resto ini, walaupun gue gak terlalu suka ayam tapi sesekali nyenengin doi," tutur Davin bersemangat. "lo mau join gak, Je? Papi gue udah dijalan pulang kok."

Tawaran dari Davin sebenarnya cukup menarik, tetapi Jemiel lagi-lagi merasa sungkan untuk mengiyakan. Ia tidak mau jadi pengganggu di hari spesial Davin dengan Om Bastian.

"Next time ya, Vin, sorry. Gue abis ini ada urusan," bohong Jemiel dengan memaksakan senyuman. "gue titip salam aja ke Om Bas."

"Yahhh padahal Papi pasti bakal seneng lo ikut. Yaudah Je kalo gitu gue pesen dulu, nanti gue sampein salam lo ke bokap." Setelah itu, Davin berlalu untuk memesan makanan untuk Bastian dan setelah pesanannya jadi ia langsung berpamitan dengan Jemiel.

Tak lama dari David pergi, Jemiel juga segera menghabiskan makannya karena langit sudah sangat gelap. Ia tidak mau terjebak hujan dengan keadaan handphone mati dan lupa membawa charger. Namun sepertinya semesta tidak mendukung karena tidak sampai lima menit sejak Jemiel beranjak pulang dengan mengendarai motornya, hujan deras turun mengguyur bumi. Sialnya lagi, ia tidak membawa jas hujan yang biasanya selalu ia letakan di bagasi motor. Kemarin jas hujannya sedang dikeringkan Mbak Dina dan lupa ia ambil tadi pagi.

Untung ada halte yang tidak jauh dari tempatnya sekarang, membuat Jemiel sedikit cepat menancapkan gasnya agar segera sampai ke halte untuk berteduh.
Jemiel pun buru-buru menepi dengan setengah badan yang sudah kuyup dengan air hujan. Keadaan halte sangat sepi, hanya dirinya sendiri yang berteduh.

Jemiel menghela nafas panjang, mengasihani dirinya sendiri. Sudah handphonenya mati, terjebak hujan deras denga petir besar, dan tidak bawa jas hujan pula.

Ia jadi membayangkan jika Davin yang berada diposisinya sekarang, pasti Om Bastian sudah kalang kabut mencari anak semata wayangnya. Om Bastian pasti akan menghubungi pihak sekolah dan seluruh teman Davin. Bahkan sepertinya Om Bastian tidak mungkin menempatkan Davin diposisinya sejak awal karena pria yang sudah berkepala empat tersebut pasti akan memastikan Davin pergi dan pulang sekolah dengan nyaman tanpa harus takut terjebak hujan.

Ia juga membayangkan jika Nata, Renja, dan Mahen yang berada diposisinya sekarang, Ayah mereka pasti akan meninggalkan pekerjaan mereka untuk mencari sang anak yang tidak bisa dihubungi dan tidak kunjung pulang ditengah hujan badai.

Jemiel tersenyum getir dalam hati, disaat semua orang didekatnya merayakan hari Ayah dengan perasaan senang dan nyaman, ia merayakan hari Ayah dengan ketidakadaan sosok tersebut.

Jujur Jemiel sudah tidak sedih dengan fakta bahwa dirinya tidak akan pernah merasakan sosok Ayah dalam hidupnya. Ia berpikir untuk apa mengharapkan sosok yang tidak pernah muncul dan mencari darah dagingnya sendiri. Sosok yang membuat Mamanya harus berusaha mati-matian sendiri dalam membesarkan dirinya. Jemiel hanya mempunyai satu orang tua di dunia yaitu sang Mama, dan selamanya akan seperti itu.

Ditengah lamunan Jemiel, sebuah mobil SUV hitam menepi ke arah halte yang diteduhinya. Tidak lama keluar seorang pria dengan jas bermotif kotak-kotak biru dengan payung hitam berjalan cepat menghampiri Jemiel.

Jemiel merasa tidak asing dengan muka pria tersebut dan tidak lama untuk Jemiel menyadari jika sosok yang menghampirinya tersebut adalah pria yang waktu itu mengajaknya berbicara di toko perhiasan.

"Om kalung matahari yang waktu itu ya?" tanya Jemiel sedikit mengeraskan suaranya agar terdengar ditengah derasnya hujan.

"Iya, Nak. Maaf saya tiba-tiba nyamperin karena tadi kebetulan liat kamu sendirian diperjalanan mau jemput putri saya. Sepertinya hujannya akan awet sampai malam, gimana kalau kamu pulang bareng saya?" tawar sang pria yang Jemiel temui beberapa waktu lalu saat ingin membeli hadiah ulang tahun Kristal.

"Makasih tawarannya Om, tapi saya bawa motor. Saya nunggu sampe redaan aja Om." tolak Jemiel sopan.

"Nanti saya suruh orang buat bawa motor kamu gimana? Ini anginnya makin kenceng, saya gak tega liat kamu nunggu dipinggir jalan gini,"

"Gak usah Om, serius. Saya gak masalah nunggu," balas Jemiel tetap dengan pendiriannya. "katanya Om mau jemput putri Om? Mungkin Om bisa jemput dulu putrinya, kasian kalo dia nunggu lama ditengah hujan gini."

Pria tinggi tersebut menghela nafas kecil, dalam hatinya ia masih ingin mengajak remaja didepannya untuk pulang bersama karena rasa khawatir.
Namun ia juga tidak memaksakan kehendaknya sendiri.

"Kamu udah hubungin orang rumah? Atau teman kamu?"

"Belum, Om. Handphone saya mati, saya lupa bawa charger juga," ringis Jemiel.

Mendengar balasan Jemiel, pria yang terbalut apik dengan setelan formalnya itu berbalik ke mobil untuk mengambil sesuatu. Tidak lama kemudian ia kembali ke hadapan Jemiel dengan powerbank ditangannya.

"Ini saya ada powerbank yang udah sekalian ada kabelnya. Kamu bisa pake ini,"

"Makasih banyak, Om," Jemiel mengukir senyum diwajahnya. "tapi ini saya balikin ke Omnya gimana?"

"Gak perlu dibalikin, buat kamu aja," senyuman Jemiel dibalas juga oleh pria tersebut. "kalau gitu saya duluan ya. Kamu cepet hubungin orang tua kamu, takut mereka nyariin. Take care, Nak."

Sebelum kembali ke mobil, pria tersebut menepuk pelan lengan Jemiel dengan lembut.

Jemiel yang tersadar bahwa mereka sama sekali belum berkenalan, bahkan ia tidak mengetahui nama pria yang sudah berbaik hati memberikannya bantuan, langsung berteriak sedikit kencang sebelum Om baik itu membuka pintu mobil.

"Maaf sebelumnya, nama Om siapa ya? Nama saya Jemiel, Om!"

"Nama saya Gabriel, nice to know you, Jemiel!" balas pria yang akhirnya Jemiel ketahui namanya itu.

"Sekali lagi makasih banyak Om Gabriel, hati-hati dijalan Om!"

Gabriel mengangguk dengan senyum lebar hingga membentuk eyesmile yang sangat mirip dengan Jemiel, sebelum akhirnya membuka pintu dan kembali mengendarai mobilnya meninggalkan Jemiel.

Ditengah dinginnya cuaca karena hujan deras yang disertakan angin kencang, hati Jemiel malah merasa hangat. Mungkin ia memang tidak seberuntung teman-temannya dalam perihal sosok Ayah, tetapi ia sudah merasa cukup beruntung dengan kehadiran dan kebaikan Om Gabriel di hari Ayah ini.

彡彡彡

halo... masih ada yang nungguin cerita ini ga ya.. 😅

semoga bisa konsisten lagi buat nulis sampe kelar (amin)!!  btw sedikit kaget karena ada diperingkat 2 di #dreamies 🥹 thank you yah yang udah bacaa <3

KanigaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang