Hari Jumat merupakan jadwal Jemiel dengan para sahabatnya untuk bermain sepulang sekolah. Terdapat jadwal tak tertulis dimana pada hari jumat di minggu pertama mereka akan bermain di rumah Nata, minggu kedua di rumah Mahen, minggu ketiga di rumah Renja, dan minggu terakhir atau minggu keempat di rumah Jemiel. Lalu terus berulang untuk seterusnya.
Jumat ini merupakan hari Jumat di minggu ketiga dimana jadwal mereka berempat untuk bermain di rumah Renja. Rumah Renja letaknya tidak terlalu jauh dengan rumah Jemiel, tidak seperti rumah Nata yang dapat memakan waktu sejam perjalanan dari rumahnya.
Sekarang keempat remaja itu sedang asik bermain pingpong di halaman belakang dan luar biasa berisik karena Nata terus-terusan eror saat melakukan servis, membuat Renja—teman satu timnya itu berteriak kesal.
Nata yang menjadi sumber kekesalan Renja hanya cengengesan, "Marah-marah mulu si kasep. Tar cepet berkerut itu mukanya mau emang?"
Sebelum sempat menyembur Nata lagi dengan emosinya, ponsel Renja yang berada di kursi panjang dekat meja pingpong itu berdering nyaring.
"Halo, Mi?" sapa Renja saat mengetahui orang yang menelpon ialah Maminya.
"Halo, Adek. Adek lagi di rumah sama anak-anak Mami yang lain kah sekarang?"
"Iyaa, ini lagi main pingpong. Kenapa, Mi?"
"Ini Mami mau pulang sekalian mau mampir ke supermarket. Tolong tanyain mereka mau dimasakan apa buat makan malam nanti sama Adek juga mau dimasakin apa."
"Bentar Mi, aku tanyain," Renja sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga dan menatap ketiga temannya. "Ini Mami nanya kalian mau dimasakin apa buat makan malem."
"Gue kayaknya bentar lagi pulang, tadi disuruh Ayah pulang cepet karna mau jemput Eyang di stasiun." ujar Nata sambil melirik jam tangannya.
"Eh sorry bilang ke Mami gue juga nanti gak ikut makan malem, mau jemput si adek di tempat les, Ibu lagi arisan soalnya gak bisa jemput." Mahen memasang wajah sedih, padahal dirinya kangen dimasakin Mami yang masakannya gak pernah gagal dan selalu kayak makan di restoran bintang lima.
Renja hanya mengangguk paham dan menjatuhkan netranya ke sosok yang dari tadi melamun. "Kalo lo gimana, Je?"
"Eh?" Jemiel sedikit tersentak mendengar namanya dipanggil. "gue ngikut lo aja, Ren."
"Oke deh," dengan itu Renja kembali mendekatkan ponselnya ke telinga. "Mi, Mahen sama Nata nanti gak ikut karna harus pulang cepet. Aku request ayam saus madu, sayurnya terserah Mami. Jemiel juga katanya ngikut aja."
"Yah sayang banget gak bisa makan malam bareng. Berarti ini requestnya cuma ayam saus madu aja? Gak mau request dessert?"
"Enggak deh, dessert apa aja kalo Mami yang buat udah pasti enak luar biasa," jawab Renja yang mengundang tawa lawan bicaranya.
"Bisa aja nyenengin Maminya kamu, Dek. Yaudah Mami tutup ya, i love you Adek."
"Hati-hati, Mi. Love you too." balas Renja lembut. Di antara ketiga sahabat Jemiel memang Renja lah yang paling tidak sungkan untuk menyatakan rasa sayangnya kepada sang ibu. Tidak seperti Nata yang selalu kabur saat Bundanya hendak memberi kecupan di pipi atau pun Mahen yang tidak pernah membalas ucapan sayang Ibunya di depan mereka karena terlampau malu.
Setengah jam setelah Mahen dan Nata pulang, mobil milik Mami muncul dan memasuki garasi. Dengan sigap Renja membuka pintu belakang dan membantu Maminya membawa kantong belanja berisikan bahan makanan.
Jemiel yang sedari tadi mengekori Renja pun turut membantu dan tidak lupa memberi salam kepada Mami Renja.
"Sore, Mi," sapa Jemiel dengan senyum manis yang membuat kedua matanya membentuk bulan sabit.