SOMEDAY II
KOSONG TUJUHAngel pulang ke apartemennya larut malam sehabis minum-minum bersama temannya di bar. Perempuan berambut panjang itu membuka pintu dengan kesadaran yang masih terjaga, meskipun telah menenggak beberapa botol alkohol, karena Ia sudah terbiasa sehingga kebal dengan semua jenis alkohol.
Angel melepas jaket kulit berlogo sayap hitam di belakang punggungnya itu ke sembarang tempat, lalu menanggalkan semua pakaiannya dan berendam di bathup.
Ia menyalakan televisi yang melekat di dinding kamar mandi dan menonton siaran ulang balapan tadi.
"Bosenin banget," celetuknya malas lalu menenggelamkan kepalanya ke air.
¤¤¤
"Ntar malem lu dateng ke rumah gua ya, Dim," ucap Ega sembari memakai seragam sekolahnya tanpa dikancing memperlihatkan kaos polos berwarna hitam.
"Ya," jawab Dimas lalu memakai sepatu.
"Ajak Angel sekalian," katanya sembari menepuk kepala Dimas, lalu berjalan keluar kamar.
"Kenapa nggak lo ajak sendiri, nyusahin aja," celetuk Dimas sembari merapikan rambutnya.
"Dia pasti nolak kalo gua yang ajak, lu kan sepupunya dia pasti mau," ujarnya sembari meniti anak tangga.
Dimas menghela napas kasar lalu menutup pintu kamar dan menuruni tangga.
"Lu nggak bikin sarapan, Dim?" tanya Ega dari dapur.
"Nggak. Sarapan dikantin aja," sahutnya lalu membuka pintu depan.
Ega merangkul Dimas dan berkata, "padahal enakan masakan lu, dari pada makanan kantin."
"Minggir njing!" ketusnya sembari mendorong Ega menjauh.
"Alergi banget lu sama gua, dikira virus apa!" sungut Ega.
Dimas hanya melenggang tak menanggapi.
¤¤¤
Ega dan Dimas masuk ke dalam bus, lalu mengarahkan kartu ke mesin sensor, kemudian mencari kursi yang kosong.
"Penuh semua kursinya," keluh Ega sembari berpegangan pada gantungan.
Bus kembali melaju dengan kecepatan sedang. Mendadak bus berhenti, sehingga kepala Ega membentur Dimas.
"Sakit goblog," ringis Dimas sembari menengok Ega.
"Salahin tuh pak supir," tukas Ega mengusap jidatnya yang sakit.
Tiba-tiba bus kembali melaju, Dimas yang oleng terhempas ke belakang, sehingga menabrak Ega. Beruntung Ega sigap menangkapnya.
Para penumpang lain cekikikan menatap kedua pria itu.
"Woy, pak supir! Bisa nyetir nggak sih!?" bentak Ega dengan kesal.
"Maaf, maaf, tadi ada kucing nyebrang," tukas pak supir.
Dimas mengeratkan pegangannya pada tiang, mengantisipasi jikalau bus berhenti mendadak. Bus melambatkan lajunya saat sampai di depan halte. Seorang perempuan mungil berambut panjang masuk ke dalam bus.
Perempuan itu celingukan mencari tempat duduk yang kosong, namun nihil. Alhasil ia harus berpegangan pada gantungan, tapi tangannya tak sampai.
"Ck, tinggi bener sih," gumamnya.
Tiba-tiba perempuan itu oleng, sebelum terjatuh segera ia berpegangan pada tiang, namun yang ia pegang bukan tiang, melainkan tangan seseorang.
"Eh, sorry," cicitnya sembari mendongak menatap pria itu.
Dimas menunduk menatap gadis mungil setinggi dadanya itu, lalu mengacuhkannya.
"Eh, Bang manga!" seru perempuan itu terkejut.
Ega menyembulkan kepalanya di bahu Dimas, ia berujar, "cewek sepeda?"
"Bang rambut merah?" sebutnya sembari menunjuk Ega.
Dimas bertanya pada Ega sembari melirik gadis mungil itu, "dia siapa?"
"Cewek yang ngasih lu sepeda," jawab Ega.
Dimas hanya ber oh singkat, sembari menyernyit ia bertanya pada gadis itu, "lo yang ngerusak buku manga gue, kan?"
Gadis itu mengangguk patah-patah.
"Mana buku gue?"
"Eh, belum nemu," jawabnya lirih.
"Nama lu siapa?" tanya Ega.
"Amira Putri, Bang," cicitnya.
"Sekolah dimana lu?" Ega menatapnya sinis.
Perempuan itu memilin ujung hoodienya, lalu menjawab, "SMA Gemilang II, Bang."
Dimas dan Ega saling berpandangan. Kemudian berkata, "lah sekolah kita."
"Kelas berapa lo?" kini Dimas yang bertanya dengan nada ketus.
"Se-sepuluh IPS empat, Bang," jawabnya gugup.
"Dikel kita, cok!" celetuk Ega di samping telinga Dimas.
Dimas berseru sembari mengenyahkan kepala Ega, "kuping gue budeg, tolol!"
"Bang manga kok naik bus, sepeda gue mana?" tanya Amira menatap Dimas.
Dimas mengalihkan pandangan lalu menjawab, "di bengkel."
Amira syok mendengarnya, ia pun mewek sembari mencicit, "se-sepeda kesayangan gue."
¤¤¤
Dimas dan Ega berusaha menenangkan gadis mungil bernama Amira itu di depan gerbang sekolah, yang terus menangis dari turun bus sampai saat ini. Hingga menimbulkan prasangka-prasangka buruk pada kedua pria besar itu.
"Wah, tuh cewek kasian banget dibuli kakel."
"Kakak kelas itu serem deh."
"Laporin guru, buruan!"
"Woy, nangisnya berenti dong," keluh Ega sembari menggaruk kepalanya.
Dimas merogoh saku celananya, lalu memberikan permen pentol rasa lemon pada Amira, sembari berkata, "nih permen, jangan nangis."
Amira menyedot ingusnya ia sesenggukan, sembari berbicara terbata-bata, "Abang, kan u-dah jan-ji, nge-jaga se-peda gue, ta-pi ke-napa dirusak!"
Ega menggaruk tengkuknya lalu bertanya pada Dimas, "ngomong apa sih, nih anak?"
Dimas mengabaikan Ega dan berkata, "kecelakaan nggak disengaja, kemarin."
"Parah dong?" tanya Amira sembari mengelap ingusnya.
"Mayan," kata Dimas.
Gadis itupun kembali menangis bahkan lebih keras. Ega yang kesal memojokkan Amira ke tembok sembari tangannya bertumpu pada tembok. Ia mendesis, "pulang lewat mana lu?"
Tiba-tiba seorang cowok yang tak lebih tinggi dari Ega menarik Amira ke belakangnya. Dia berseru, "jangan sakiti Mira chan!"
"Hah?" Ega menatapnya cengo.
Dimas berjalan mendahuluinya sembari berkata pada Amira, "pulang sekolah temui gue di warung belakang."
Ega mengekori Dimas sembari menatap cowok itu sinis.
"Daijaoubudesuka¹, Mira chan?" tanya cowok itu kepada Amira.
"Hah? Ngomong apa sih?" herannya.
"Kamu nggak papa?"
"Nggak papa lah, emang gue diapain," jawab Amira sembari mengelap ingus dan jejak air matanya.
"Wakata², watashi³ nggak akan biarin kakak kelas itu ngebuli Mira chan lagi," terangnya lalu menggenggam tangan Amira.
Amira menepisnya sembari berkata, "siapa yang ngebuli dan siapa yang dibuli sih, aneh lo."
Lalu Amira melenggang pergi, meninggalkan cowok berkacamata tebal itu yang menatapnya sendu.
LMAO GAN
¹ kamu baik baik saja?
² aku mengerti
³ akuSatu kata buat part kali ini

KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEDAY II
Genç Kurgukisah Ega dan Dimas berlanjut!!! Demi seseorang yang mencuri hati Ega, cowok berambut merah itu rela melakukan apa saja untuk gadis pujaannya ini, meskipun cintanya bertepuk sebelah tangan. Sementara hidup Dimas yang dirundung kemalangan, entah di s...